Kenaikan harga barang-barang belakangan ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Apalagi jika barang yang mengalami kenaikan harga adalah barang pokok yang sebagian besar digunakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan primer manusia (sandang, pangan dan papan). Bukan hanya di Indonesia, di negara lain banyak terjadi demo yang dilakukan untuk mengutarakan protes akan harga kebutuhan pokok yang kian melambung.
Pada aspek pangan, selain kenaikan harga bahan makanan yang tidak ada tanda-tanda penurunannya, harga liquefied petroleum gas (LPG) atau gas elpiji turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dikutip dari Kompas.com, harga eceran tertinggi (HET) untuk gas elpiji 3 kg di pangkalan yang semula Rp 16.000 kini naik menjadi Rp 19.000 per tabung. Imbasnya, masyarakat yang kehidupan ekonominya tidak terlalu baik harus mencari alternatif demi tetap memenuhi kebutuhan primernya.
Salah satu alternatif dari penggunaan gas elpiji untuk memasak adalah dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak makanan. Namun, apakah dengan beralih ke kayu bakar dapat menyelesaikan masalah? Tentu saja segala sesuatu ada kelebihan dan kekurangannya. Maka, perlu ada perbandingan antara penggunaan gas elpiji dan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk menyalakan api guna memasak makanan.
Kelebihan Penggunaan Kayu Bakar
Memasak menggunakan kayu bakar dapat menghemat keuangan yang dikeluarkan, terutama di saat harga gas elpiji sedang mahal-mahalnya. Apalagi bagi penduduk yang tinggal di sekitar hutan atau kebun milik sendiri, mereka dapat mendapatkannya secara gratis.
Penggunaan kayu bakar dapat mengurangi resiko terjadinya hal-hal yang dapat mebahayakan ketika memasak. Contohnya, tidak adanya resiko akan terjadi ledakan pada kompor ketika memasak. Lain halnya dengan gas elpiji yang jika terjadi kebocoran gas dapat berakibat ledakan atau kebakaran bila terkena api.
Terakhir, makanan yang dimasak menggunakan kayu bakar biasanya memiliki aroma yang khas dan lebih disukai banyak orang.
Kekurangan Penggunaan Kayu Bakar
Tentu saja penggunaan kayu bakar akan menyebabkan polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan gas elpiji. Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu cukup berbahaya bagi manusia apabila terhirup dan terkena mata.
Kayu yang akan digunakan haruslah kayu yang kering, sehingga penggunaan kayu bakar tidak praktis. Kayu yang akan digunakan harus dijemur terlebih dahulu agar kering dan kandungan airnya hilang.
Panas dan api yang dihasilkan kayu bakar tidak stabil, sehingga makanan yang dimasak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk matang.
Selain itu, penggunaan kayu bakar dapat mengakibatkan kegundulan pada hutan jika pemakaiannya tidak seimbang dengan pertumbuhan pohon yang kayunya digunakan untuk dijadikan kayu bakar.
Kelebihan Penggunaan Gas Elpiji
Penggunaannya praktis. Cukup dengan menyambungkan tabung gas dengan kompor menggunakan selang khusus maka kompor sudah bisa digunakan untuk memasak.
Api dan panas yang dihasilkan kompor gas lebih stabil dibandingkan kayu bakar, sehingga lebih efisien dalam memasak dan makanan lebih cepat matang.
Kompor gas tidak menimbulkan asap, sehingga polusi udara yang dihasilkan lebih sedikit dan tentu saja gas elpiji tidak menyebabkan kegundulan hutan.
Kekurangan Penggunaan Gas Elpiji
Tidak seperti kayu bakar yang bisa diambil dari pohon dan diolah sendiri, untuk bisa mendapatkan satu tabung gas elpiji seseorang harus membelinya di SPBU atau tempat yang menjual gas seperti pangkalan gas. Sehingga gas elpiji tidak didapatkan secara gratis atau tidak lebih hemat dari kayu bakar.
Walaupun jarang terjadi, kebocoran gas elpiji beresiko mengakibatkan ledakan gas dan kebakaran.
Kesimpulan
Di satu sisi, memasak dengan bahan bakar alternatif pengganti gas elpiji seperti kayu bakar mungkin lebih menghemat biaya. Namun, dengan memperhatikan berbagai kekurangannya, serta perkembangan zaman di mana efisiensi waktu lebih diutamakan, maka kayu bakar hanya cocok untuk digunakan pada keadaan tidak tergesa dan hanya untuk memasak makanan yang butuh waktu lama, seperti rendang, pepes dan lain sebagainya. Selain itu, tidak banyak kompor khusus yang menggunakan kayu bakar ditemukan di dapur rumah-rumah yang berada di perkotaan, sehingga membutuhkan biaya tambahan lagi apabila seseorang ingin beralih dari gas elpiji ke kayu bakar. Bagaimana menurutmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H