"Selamat ulang tahun kesayangan Ibu. Putri Ibu yang paling hebat. Semoga keberkahan selalu menyertai Ziya selamanya"
"Aamiin, terimakasih Bu. Kalau nggak ada Ibu, Ziya nggak akan bisa berdiri di sini." Air mataku tumpah di pelukannya
Aku beralih, menyalami satu persatu orang-orang hebat yang membuat Zi Bakery bisa sebesar ini. Lalu mereka kupersilakan memakan kue yang ada, hari ini juga para pengunjung aku berikan diskon dua puluh lima persen untuk setiap pembelian. Hitung-hitung syukuran atas segala berkah dan rezeki yang aku terima hingga saat ini.
***
      Saat ini aku tengah menikmati suasana lantai dua Zi Bakery. Duduk di sofa dengan pemandangan yang langsung mengarah ke area perkebunan. Di depanku sudah terpampang beberapa catatan pekerjaan yang harus aku periksa dan selesaikan segera.Â
"Maaf mbak, di bawah ada yang mau ngelamar pekerjaan." Rafa datang mengejutkanku, membuat fokusku terpecah. Aku mengernyitkan dahi seingatku tidak ada iklan lowongan pekerjaan yang kami sebar.
"Bukannya kita nggak lagi buka lowongan pekerjaan ya?"
Rafa mengangguk, "Iya mbak, tapi itu orangnya maksa pengen ketemu mbak Ziya."
"Oke, suruh dia duduk dulu, nanti aku turun." Rafa pergi sesaat setelah mendapatkan instruksi dariku.
Setelah menyimpan file yang sempat kukerjakan, akhirnya kini aku turun menemui orang yang Rafa maksud. Begitu melihat aku datang, Rafa segera menghampiri dan membawaku ke sebuah meja.
"Permisi mbak, ini mbak Ziya owner Zi Bakery" ucap Rafa membuat wanita yang tengah melamun itu menoleh. Begitu mata kami beradu, ia langsung melotot tidak percaya.