Mohon tunggu...
Sayyidatina Khaliza
Sayyidatina Khaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Observasi Perkembangan Konsep Diri pada Siswa SMA: Perspektif Teori Hurlock

19 Desember 2024   22:29 Diperbarui: 19 Desember 2024   22:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep diri adalah pandangan atas diri sendiri, pengenalan diri sendiri dan pemahaman diri sendiri melalui cara pandang individu dalam melihat diri sendiri sebagai pribadi,merasakan yang ada didalam dirinya, dan gambaran serta pandangan orang lain tentang diri individu itu sendiri.

Terdapat konsep diri positif dan negatif dalam diri manusia. Konsep diri positif dapat dianalogikan suka berpikir objektif, menerima pujian dengan tenang, menerima kritikan dengan bijak, menerima perspektif berbeda dari orang lain, bisa mengontrol emosi dengan stabil. Sedangkan, konsep diri negatif memiliki kontradiksi dengan konsep diri positif.

Artikel ini berfokus pada hasil observasi terhadap seorang siswi SMA Negeri 49 Jakarta, yang memberikan wawasan tentang bagaimana konsep diri terbentuk dan memengaruhi perilaku individu, khususnya pada remaja.

Konsep Diri Positif

Konsep diri positif mencerminkan pandangan optimis, percaya diri, dan perilaku adaptif terhadap situasi kehidupan. Berdasarkan wawancara, siswi ini memandang konsep diri sebagai elemen yang sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang. "Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukanperilaku individu dalam memandang dirinya," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa pemahaman konsep diri yang baik memungkinkan individu bersikap optimis dan berpikir positif.  

Dalam menyelesaikan konflik, siswi ini mengutamakan pengendalian emosi dengan cara tenang, berpikir jernih, dan mengevaluasi situasi sebelum bertindak. "Saya cenderung mengenali konfliknya, berdiam diri dulu, dan merenungi apakah diperlukan orang ketiga sebagai mediator atau tidak," jelasnya. Pendekatan ini mencerminkan kemampuan pengendalian diri yang menjadi ciri khas konsep diri positif.  

Ketika ditanya mengenai pengaruh penilaian orang lain terhadap cara ia memandang dirinya, ia menjawab dengan tegas, "Saya tidak peduli, karena yang tahu tentang diri saya adalah saya sendiri. Jika terlalu memikirkan pendapat orang lain, itu akan berdampak negatif." Sikap ini menunjukkan kemampuannya untuk memisahkan pengaruh eksternal yang tidak konstruktif dari cara ia melihat dirinya sendiri. 

Ia juga sepakat bahwa pengalaman masa kecil yang kurang mendukung dapat membentuk konsep diri negatif. "Lingkungan yang tidak mendukung saat kecil cenderung membuat seseorang memiliki konsep diri yang negatif," tuturnya. Untuk mengatasi hal tersebut, ia menekankan pentingnya berkembang, keluar dari zona nyaman, dan terus bertahan meski menghadapi kesulitan.

Konsep Diri Negatif

Sebaliknya, konsep diri negatif mencerminkan pandangan apatis dan pesimistis terhadap diri sendiri maupun orang lain. Siswi ini mendeskripsikan konsep diri negatif sebagai sikap "terlalu apatis terhadap diri sendiri dan orang lain."

Ia mengakui bahwa pengalaman selama masa sekolah memengaruhi cara pandangnya terhadap diri sendiri, terutama karena interaksi intensif dengan guru dan teman. "Sekolah memiliki pengaruh besar karena saya menghabiskan waktu lebih banyak di sana daripada di rumah," ujarnya.  

Ketika menerima kritik atau penilaian negatif dari guru maupun teman, ia mengakui bahwa hal tersebut memengaruhi rasa percaya dirinya. Namun, ia memiliki strategi untuk mengatasi dampak tersebut dengan introspeksi. "Saya selalu memikirkan alasan di balik kritik tersebut. Jika merasa tidak melakukan kesalahan, saya tidak perlu memaksakan diri untuk membenarkan perspektif orang lain," tambahnya.  

Peran keluarga juga dianggap penting. Meskipun ia tidak menerima pesan negatif dari orang tuanya, ia menyadari bahwa orang tuanya tidak membantunya untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya. Hal ini menunjukkan bagaimana lingkungan keluarga memengaruhi cara individu membangun konsep diri.  

Ketika ditanya apakah konsep diri negatif bisa diubah menjadi positif, ia percaya bahwa perubahan mungkin terjadi, asalkan seseorang mau memperbaiki mindset-nya. "Seseorang yang berpikiran buruk akan mengalami hal buruk. Jadi, jika ingin berubah, harus dimulai dari cara berpikir," jelasnya. 

Kesimpulan

Berdasarkan observasi, konsep diri remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa kecil, lingkungan sekolah, keluarga, dan interaksi sosial. Dengan memahami konsep diri positif maupun negatif melalui Teori Hurlock, siswa dapat membangun pandangan yang lebih baik tentang dirinya. Perubahan dari konsep diri negatif menjadi positif memerlukan kemauan individu untuk memperbaiki cara berpikir dan menghadapi tantangan hidup secara adaptif. Penerapan teori Hurlock tidak hanya relevan untuk memahami konsep diri, tetapi juga dapat membantu siswa mengembangkan kepribadian yang lebih sehat dan optimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun