Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rian Seong, Gempuran Kenangan, dan Lukisan yang Hilang

9 Januari 2020   11:05 Diperbarui: 9 Januari 2020   11:25 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diterbitkan Gerbang Media  Yogyakarta pada Oktober 2019. Dapat dilahap habis dalam 30 menit. Rain menulis untuk satu tahun kepergian sang Mama. Sebuah hadiah inspiratif seorang anak laki-laki kepada mamanya. 

Saya membayangkan ketika buku itu dihadirkan ke tengah keluarga. Betapa terkejutnya mereka, seorang anak laki-laki berjuang keras di antara gemuruh kehilangan ibu, menulis kembali rekaman tahun-tahun kehidupan bersama wanita terkuat yang pernah mereka miliki. Sekali lagi sebuah kejutan inspiratif.

Mengapa Rian Memilih Kata Lukisan?

Lukisan adalah gambar(an) yang indah-indah. Lukisan juga bermakna cerita atau uraian yang melukiskan sesuatu (hal, kejadian, dan sebagainya). Begitulah makna lukisan yang termaktub dalam KBBI. 

Sebagai seorang pekerja seni, tak heran Rian menautkan perumpamaannya pada sesuatu yang dekat dengannya. Maria Marselina Angela Dhengo, perempuan kelahiran Sokoria-Ende Lio itu diibaratkan seperti sebuah lukisan---sebuah gambar indah---sebuah gambaran keindahan. Sebuah gambar yang pantas hadir di rumah---tempat  orang-orang pulang, orang-orang yang mengasihi, tempat berkumpulnya kasih sayang dan harapan.

Biografi mini seorang perempuan Ende yang dikenal sebagai ibu rumah tangga yang setia mengurus anak dan suaminya. Juga mengurus pekarangan, kebun, komunitas, dan orang-orang hadir dalam kehidupnnya. Rian melukiskan keindahan hidup bersama perempuan itu dalam sebuah buku, ketika perempuan itu tak lagi ada. Benarlah, bahwa cinta adalah cita itu sendiri. 

Tak ada yang dapat mengerti cinta setelah kehilangan. Begitu pun keindahan adalah keindahan itu sendiri, tak ada yang dapat memaknai keidahan dengan sebenar-benarnya sebelum keindahan itu pergi---hilang---lenyap  dari mata-mata yang biasa memandangnya.  

Saya menagkap sebuah desahan panjang berisi doa-doa rumit yang dihadirkan Rian dalam buku ini. Mengenang kembali putaran kehidupan bersama orang tersayang yang telah hilang tak gampang. 

Kadang, kita ingin keindahan itu menjadi nyata kembali. Selalu ada pertempuran antara yang nyata dan tak nyata. Dan dengan kekuatan iman, Rian berhasil menghadirkan kembali ringkasan cerita tentang hubungannya dengan perempuan penenun keindahan itu.

Mama Lin---begitulah sapaan seluruh keluarga di rumah, menjadi warna, garis, ruang, waktu, tekstur, dimensi, cahaya, abtraksi, dan ekspresionis yang Tuhan lukiskan dalam surga kecil mereka. Keindahannya memantul-mantul di udara, membawa kebahagiaan bagi siapaun yang mengenalnya. 

Cahaya hatinya menetap lama dalam hati. Rian memilih menulis buku sebagai media keindahan itu menetap lebih lama. Setiap kali membaca kembali buku Lukisan yang Hilang, ia akan terus menemukan keindahan Mama Lin, keindahan cahaya dan warna dan garis-garis kehidupan yang telah mereka maknai bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun