Politisasi ayat-ayat tuhan dari beragam kitab keagamaan di Betavia saat ini semakin meraja-lela. Bahkan di kota Betavia telah muncul sebuah penafsiran propaganda, dari Brain One Unity atas landasan 'Human Right' atau hak azasi manusia. Yaitu, keragaman pemikiran semakin dipahami sebagai sebuah kekayaan intelektual menuju satu tujuan, yaitu kebebasan bagi manusia, kebebasan berperilaku dan kebebasan berkehendak. Beraneka pola bersatu padu, demikian propaganda persatuan kota betavia.
Di tengah kekacauan penafsiran dan kehancuran ayat-ayat tentang ketuhanan itulah seorang tokoh revolusioner bernama 'Uncle Samiri' menyebarkan dan membumikan sebuah kitab yang disebut sebagai Kitab manusia atau Kitab Betavia. Betavia memiliki makna Melampaui Diri Sendiri, karena berdasar pada akar kata, Beta-via. Beta dalam bahasa milenia berarti 'aku atau diri sendiri' dan via berarti melewati atau melampaui.
Kemudian lahirlah kata Betavia, Â hal ini tercermin dari kitab manusia atau kitab Betavia yang bertujuan untuk mengagungkan sosok persona manusia yang secara bertahap akan terus bebas berpikir, bertindak dan berkreasi dari zaman ke zaman, hingga akhir zaman. Akhir dari kehidupan manusia yang bersejarah. Dalam kitab betavia ini, manusia yang tidak menerima dan tidak meyakini perihal kebenaran dari kitab betavia atau mengingkari 'Uncle Samiri yang cemerlang', maka dia disebut individu yang memiliki karakter divergent. Sedangkan manusia yang kooperatif dan taat pada ajaran kitab manusia disebut persona convergent dan invergent.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI