Ada sebuah kisah menarik, yang dalam dunia santriah kisah ini belum lama terjadi. Dikisahkan, pada 7 tahun silam, ada seorang anak yang bernama Maysaroh. Maysaroh merupakan seorang gadis yang sangat baik hati, lembut, ramah dan sopan. Sewaktu duduk di sekolah dasar, Maysaroh merupakan anak yang sangat rajin, pandai, dan disenangi oleh banyak orang. Dia selalu mendapatkan peringkat  di sekolahnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Maysaroh mulai tidak di sukai oleh temannya dikarenakan Maysaroh sangat pendiam dan kurang komunikatif. Yang mana jika temannya ingin meminta penjelasan, dia masih suka ragu. Padahal sebenarnya, dalam lubuk hati Maysaroh tidak ada maksud untuk pelit ilmu.
6 tahun berlalu, pelulusan kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 1 pun tiba. Para murid-murid sangat menunggu hasil perolehan nilai yang telah mereka peroleh selama 6 tahun ini. Merekapun segera berkumpul di lapangan dan di temani oleh para orang tua dan wali dari mereka masing-masing. Dan ketika waktu pengumuman tiba, ternyata tidak di sangka-sangka Maysaroh merupakan juara umum di sekolahnya.Â
Hal yang tidak pernah di sangka sebelumnya olehnya. Mata berkaca-kaca dan terharu oleh Maysaroh, karena melihat dirinya bisa membanggakan orang tuanya dan orang di sekelilingnya. Di saat itu, orang tua Maysaroh beserta adik Maysaroh yang bernama Nafisya dan Rahman ikut menemai Maysaroh dalam pelulusan. Merekapun turut bangga atas pencapaian yang di raih oleh Maysaroh.
Begitu juga dengan teman-teman Maysaroh. Walaupun ada di antara mereka yang kurang senang dengan Maysaroh, tetapi mereka tetap bangga dengan Maysaroh atas prestasi Maysaroh yang bisa dijadikan motivasi untuk belajar lebih dan berjuang lebih bagi teman-temannya. Suasana mulai ramai bercampur dengan tangisan haru. Para guru-guru di Sekolah Dasar Maysaroh juga turut memberi selamat atas pencapaian Maysaroh selama 6 tahun ini. Walaupun demikian, Maysaroh tetap rendah hati dan tidak sombong.
Setelah pelulusan, Maysaroh dan teman-temannya mulai beranjak untuk memikirkan tempat studi selanjutnya. Dan di sinilah terdapat banyak pendapat. Ada yang igin melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama, ada yang mau lanjut di pesantren ataupun pondok lainnya. Adapun Maysaroh dan beberapa teman kelasnya juga sebenarnya masih pada bingung. Mereka saling bertanya satu sama lain. Ketika Maysaroh di tanyapun, dia masih bingung. Kemudian, Maysaroh akhirnya memutuskan untuk bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan pada akhirnya, atas hidayah dari Allah SWT, akhirnya Maysaroh dan orang tuanya pun memutuskan untuk memasukkan Maysaroh ke Pondok Pesantren.
Rasa bingung bercampur bahagia serta heran dirasakan oleh Maysaroh. Bukan karena apa, tapi dirinya tidak menyangka bahwa dia akan dimasukkan ke Pondok Pesantren dan harus berpisah jauh dari keluarga. Tapi, Maysaroh memiliki tekad kuat, bahwasanya dia akan belajar bersungguh-sungguh dan menuntut ilmu serta mencari pengalaman yang banyak ketika nanti dia resmi menjadi santriah di Pondok Pesantren yang dia pilih. Doa dan dukungan dari orang tua, adik, serta keluarga juga selalu menyertai Maysaroh agar di permudah dalam menuntut ilmu. Akhirnya Maysaroh pun menanamkan niat yang kokoh dan teguh untuk bisa menempatkan posisinya sebagai santriah yang baik, aktif, intelek, dan menjaga adab sopan santun.
1 bulan kemudian, setelah berunding dengan orang tua dan keluarga, akhirnya Maysaroh pun memutuskan untuk langsung mendaftar, dan segera datang ke Pondok Pesantren agar bisa mengikuti seleksi masuk dan menempati asrama yang ada. Dengan hati riang gembira tepat pada hari Jum'at, Maysaroh segera bergegas dari rumahnya untuk membeli perlengkapan asrama bersama kedua orang tuanya dan adiknya, kemudian langsung menuju ke Pondok Pesantren
Setibanya di sana, Maysaroh sangat kagum atas keindahan, dan kesejukan suasana serta lingkungan yang nantinya akan menjadi lading jihad Maysaroh. Tanpa berkata, Maysaroh pun langsung turun dan mengikuti tes. Kemudian langsung menaruh perlengkapannya di dalam asrama dengan senang hati dan ditemani oleh kedua adiknya yang sangat baik kepadanya. 2 hari setelah ujian masuk, pengumuman pun tiba, dan Maysaroh resmi di terima menjadi santriah di Pondok Pesantrennya tersebut. Maysaroh langsung memberi kabar baik untuk keluarga di rumah bahwasanya dirinya telah resmi menjadi santriah di sana.
Seiring berjalannya waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tak dirasa perjalanan Maysaroh sudah cukup lama dan Panjang. Berbagai hal, mulai dari Pendidikan, keilmuan, serta pengalaman di dapatkan oleh Maysaroh. Dengan berbagai rintangan serta masalah, yang datang kepadanya menjadikan Maysaroh sosok yang kuat, tegar, dan tabah atas semua cobaan yang di berikan. Dan pada akhirnya, Maysaroh justru menjadi orang yang sangat menginspirasi banyak santriah lainnya sewaktu di Pondok Pesantren. Dia sungguh menjadi teladan di kalangannya, maupun kalangan di atas dan di bawahnya. Yang membuatnya, selalu bertekad untuk berbuat kebaikan dan pantang menyerah.
Jatuh, bangun lagi. Gagal, bangkit lagi, ungkapnya. Maysaroh juga tidak pernah melupakan ibadahnya. Dia tidak pernah lupa untuk menunaikan ibadah wajib ataupun sunnah yang ada. Di iringi dengan usaha serta doa yang kuat menjadikan Maysaroh unggul dan produktif dalam segala aktivitas hariannya. Banyak harapan dan cita-cita yang diinginkan oleh Maysaroh sebagai santriah. Karena salah satu bakat yang dimilikinya adalah di bidang kepenulisan. Sejak kecil, Maysaroh sudah aktif dalam menulis. Mulai dari cerita, dongeng, puisi, maupun hal lainnya yang bersangkutan degan kepenulisan.
Karena baginya menjadi santriah itu sangat penting. Satriah memiliki peran dan fungsi yang sangat penting untuk memajukan bangsa. Menurutnya, santriah itu harus memiliki niat, tekad, serta prinsip yang kuat, memperkuat dan saling mengukuhkan satu sama lain. Maysaroh berharap seorang santriah diharapkan bisa menguatkan niat dalam peranannya terhadap Indonesia. Santriah pun diharapkan memperkuat barisannya serta bersatu membangun kultur ramah lingkungan, dan santriah diharapkan pula mengukuhkan prinsip-prinsipnya untuk selalu merawat taman perdamaian di alam Indonesia tercinta ini. Seperti salah satu pelajaran yang telah dipelajarinya dalam mahfudzot, yang artinya "Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dapatlah ia".