Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Momentum Hari Santri Nasional Tahun 2022 dalam Kisah "Saya Santriah, Saya Bisa"

23 Oktober 2022   02:29 Diperbarui: 23 Oktober 2022   02:40 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah kisah menarik, yang dalam dunia santriah kisah ini belum lama terjadi. Dikisahkan, pada 7 tahun silam, ada seorang anak yang bernama Maysaroh. Maysaroh merupakan seorang gadis yang sangat baik hati, lembut, ramah dan sopan. Sewaktu duduk di sekolah dasar, Maysaroh merupakan anak yang sangat rajin, pandai, dan disenangi oleh banyak orang. Dia selalu mendapatkan peringkat  di sekolahnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Maysaroh mulai tidak di sukai oleh temannya dikarenakan Maysaroh sangat pendiam dan kurang komunikatif. Yang mana jika temannya ingin meminta penjelasan, dia masih suka ragu. Padahal sebenarnya, dalam lubuk hati Maysaroh tidak ada maksud untuk pelit ilmu.

6 tahun berlalu, pelulusan kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 1 pun tiba. Para murid-murid sangat menunggu hasil perolehan nilai yang telah mereka peroleh selama 6 tahun ini. Merekapun segera berkumpul di lapangan dan di temani oleh para orang tua dan wali dari mereka masing-masing. Dan ketika waktu pengumuman tiba, ternyata tidak di sangka-sangka Maysaroh merupakan juara umum di sekolahnya. 

Hal yang tidak pernah di sangka sebelumnya olehnya. Mata berkaca-kaca dan terharu oleh Maysaroh, karena melihat dirinya bisa membanggakan orang tuanya dan orang di sekelilingnya. Di saat itu, orang tua Maysaroh beserta adik Maysaroh yang bernama Nafisya dan Rahman ikut menemai Maysaroh dalam pelulusan. Merekapun turut bangga atas pencapaian yang di raih oleh Maysaroh.

Begitu juga dengan teman-teman Maysaroh. Walaupun ada di antara mereka yang kurang senang dengan Maysaroh, tetapi mereka tetap bangga dengan Maysaroh atas prestasi Maysaroh yang bisa dijadikan motivasi untuk belajar lebih dan berjuang lebih bagi teman-temannya. Suasana mulai ramai bercampur dengan tangisan haru. Para guru-guru di Sekolah Dasar Maysaroh juga turut memberi selamat atas pencapaian Maysaroh selama 6 tahun ini. Walaupun demikian, Maysaroh tetap rendah hati dan tidak sombong.

Setelah pelulusan, Maysaroh dan teman-temannya mulai beranjak untuk memikirkan tempat studi selanjutnya. Dan di sinilah terdapat banyak pendapat. Ada yang igin melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama, ada yang mau lanjut di pesantren ataupun pondok lainnya. Adapun Maysaroh dan beberapa teman kelasnya juga sebenarnya masih pada bingung. Mereka saling bertanya satu sama lain. Ketika Maysaroh di tanyapun, dia masih bingung. Kemudian, Maysaroh akhirnya memutuskan untuk bermusyawarah dengan orang tuanya. Dan pada akhirnya, atas hidayah dari Allah SWT, akhirnya Maysaroh dan orang tuanya pun memutuskan untuk memasukkan Maysaroh ke Pondok Pesantren.

Rasa bingung bercampur bahagia serta heran dirasakan oleh Maysaroh. Bukan karena apa, tapi dirinya tidak menyangka bahwa dia akan dimasukkan ke Pondok Pesantren dan harus berpisah jauh dari keluarga. Tapi, Maysaroh memiliki tekad kuat, bahwasanya dia akan belajar bersungguh-sungguh dan menuntut ilmu serta mencari pengalaman yang banyak ketika nanti dia resmi menjadi santriah di Pondok Pesantren yang dia pilih. Doa dan dukungan dari orang tua, adik, serta keluarga juga selalu menyertai Maysaroh agar di permudah dalam menuntut ilmu. Akhirnya Maysaroh pun menanamkan niat yang kokoh dan teguh untuk bisa menempatkan posisinya sebagai santriah yang baik, aktif, intelek, dan menjaga adab sopan santun.

1 bulan kemudian, setelah berunding dengan orang tua dan keluarga, akhirnya Maysaroh pun memutuskan untuk langsung mendaftar, dan segera datang ke Pondok Pesantren agar bisa mengikuti seleksi masuk dan menempati asrama yang ada. Dengan hati riang gembira tepat pada hari Jum'at, Maysaroh segera bergegas dari rumahnya untuk membeli perlengkapan asrama bersama kedua orang tuanya dan adiknya, kemudian langsung menuju ke Pondok Pesantren

Setibanya di sana, Maysaroh sangat kagum atas keindahan, dan kesejukan suasana serta lingkungan yang nantinya akan menjadi lading jihad Maysaroh. Tanpa berkata, Maysaroh pun langsung turun dan mengikuti tes. Kemudian langsung menaruh perlengkapannya di dalam asrama dengan senang hati dan ditemani oleh kedua adiknya yang sangat baik kepadanya. 2 hari setelah ujian masuk, pengumuman pun tiba, dan Maysaroh resmi di terima menjadi santriah di Pondok Pesantrennya tersebut. Maysaroh langsung memberi kabar baik untuk keluarga di rumah bahwasanya dirinya telah resmi menjadi santriah di sana.

Seiring berjalannya waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tak dirasa perjalanan Maysaroh sudah cukup lama dan Panjang. Berbagai hal, mulai dari Pendidikan, keilmuan, serta pengalaman di dapatkan oleh Maysaroh. Dengan berbagai rintangan serta masalah, yang datang kepadanya menjadikan Maysaroh sosok yang kuat, tegar, dan tabah atas semua cobaan yang di berikan. Dan pada akhirnya, Maysaroh justru menjadi orang yang sangat menginspirasi banyak santriah lainnya sewaktu di Pondok Pesantren. Dia sungguh menjadi teladan di kalangannya, maupun kalangan di atas dan di bawahnya. Yang membuatnya, selalu bertekad untuk berbuat kebaikan dan pantang menyerah.

Jatuh, bangun lagi. Gagal, bangkit lagi, ungkapnya. Maysaroh juga tidak pernah melupakan ibadahnya. Dia tidak pernah lupa untuk menunaikan ibadah wajib ataupun sunnah yang ada. Di iringi dengan usaha serta doa yang kuat menjadikan Maysaroh unggul dan produktif dalam segala aktivitas hariannya. Banyak harapan dan cita-cita yang diinginkan oleh Maysaroh sebagai santriah. Karena salah satu bakat yang dimilikinya adalah di bidang kepenulisan. Sejak kecil, Maysaroh sudah aktif dalam menulis. Mulai dari cerita, dongeng, puisi, maupun hal lainnya yang bersangkutan degan kepenulisan.

Karena baginya menjadi santriah itu sangat penting. Satriah memiliki peran dan fungsi yang sangat penting untuk memajukan bangsa. Menurutnya, santriah itu harus memiliki niat, tekad, serta prinsip yang kuat, memperkuat dan saling mengukuhkan satu sama lain. Maysaroh berharap seorang santriah diharapkan bisa menguatkan niat dalam peranannya terhadap Indonesia. Santriah pun diharapkan memperkuat barisannya serta bersatu membangun kultur ramah lingkungan, dan santriah diharapkan pula mengukuhkan prinsip-prinsipnya untuk selalu merawat taman perdamaian di alam Indonesia tercinta ini. Seperti salah satu pelajaran yang telah dipelajarinya dalam mahfudzot, yang artinya "Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dapatlah ia".

Kemudian dari pada itu, Maysaroh juga pernah menuliskan harapan serta cita-citanya dalam sebuah buku, yang dia utarakan dalam sebuah cerita. Tulisan tersebut yakni, santriah dalam posisinya sebagai warga negara yang baik, harus memenuhi janji kemerdekaan dengan cara membela negara, menjaga pancasila, dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan hal ini, menurutnya bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai bidang dan kemampuan santriah. Yang pasti, jangan sampai memecah belah atau membuat gaduh.

Karena santriah sekarang harus menjadi agen perubahan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Kita harus mengingatkan kepada diri kita sendiri, bahwa kedamaian dan perdamaian di Indonesia adalah harga hidup sekaligus sampai mati yang harus terus ditunaikan. Seperti cita-cita para ulama dan para pendiri pondok kami terdahulu, ialah santriah mampu melanjutkan perjuangan para pendahulunya, tidak berhenti memberikan inspirasi dan inovasi, diharapkan mampu berkiprah disegala bidang dan di semua aspek kehidupan. Tidak hanya itu, selain fokus pada pengembangan diri, santriah juga harus mulai berkontribusi dalam ruang dakwah yang bebas ini. Medianya sekarang sudah mudah dan banyak. Tradisi menulis dan literasi harus mulai dibangkitkan. Apalagi saat ini, banyak sekali tulisan, berita, dan informasi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Menjaga pancasila dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Kebhinekaan, cara menulis bisa dijadikan pilihan untuk menjaga dan merawatnya.

Maysaroh juga pernah mengutip sebuah perkataan, bahwasanya kegiatan tulis-menulis adalah awal membangun peradaban yang baik. Selain untuk merawat tradisi yang sudah berkembang di kalangan masyarakat, juga untuk memelihara segenap potensi dan kekuatan peradaban bangsa Indonesia. Peradaban ini dijaga dan dilestarikan melalui kegiatan kebudayaan dan kesastraan, dalam bentuk tulis-menulis, kemudian melahirkan sejumlah karya dan khazanah.

Karena telah terbukti jelas, salah satu cara meneguhkan peran santriah dalam menjaga semuanya tentang Indonesia yaitu melalui media tulis-menulis. Dengan ini, wacana terus berkembang, pesan positif terus disampaikan, mengabarkan pentingnya menjaga pancasila dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia akan selalu bersemi. Maysaroh juga berkata bahwa kita tidak boleh tertinggal oleh peradaban. Karena itu, mulai saat ini kita harus meneguhkan peran sebagai seorang santriah. Menurutnya, dengan adanya web dan media bisa menjadi acuan santri untuk aktif dalam menulis, dan itu bisa mengasah kreatifitas.  Sehingga peran santri bisa lebih terlihat

Dan Maysaroh juga pernah membaca sebuah kutipan yang mana mengatakan bahwa mengupayakan pesan dalam rangka memajukan peran santriah  dalam membangun negeri tersebut, harus terinstal ke dalam pemikiran para santriah, dan harus diusahakan sejak dini dari mulai awal seseorang menjadi santriah dan pada saat proses dipesantren. Salah satu caranya adalah menghidupkan tradisi menulis (dunia literasi) di lingkungan pesantren.

Dan itu semua menjadi catatan penting bagi Maysaroh. Yang akhirnya sewaktu menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren menjadikan Maysaroh sebagai salah satu lulusan terbaik dari beribu-ribu teman yang lainnya. Dan hari itu menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Maysaroh. Karena dengan tangisannya, usahanya, kerja kerasnya, tantangannya justru bisa membawa dia ke panggung harapan dan impiannya. Saat itu, orang tua Maysaroh hadir untuk kesekian kalinya untuk melihat anaknya dengan prestasi yang sangat luar biasa.

Dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya membuat banyak orang terpukau kepada akhlakul karimah yang dimilikinya. Setelah itu, Maysaroh kemudian melanjutkan pengabdiannya sebelum lanjut ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yakni perkuliahan. Dan semasa pengabdiannya, Maysaroh juga sering dan suka memberi motivasi kepada santriah-santriahnya. Sehinnga tidak heran, Maysaroh menjadi salah seorang figur dan guru favorit di Pondok Pesantrennya. Mulai dari awal minatnya di bidang kepenulisan, yang kemudian dari tulisannya itu dia kembangkan dan dia pelajari. Yang kemudian dia implementasikan dalam kehidupannya. Menjadikan sosok Maysaroh santriah yang kuat dan bisa. Dan semua perjalanan cerita Maysaroh dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul "Saya Santriah, Saya Bisa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun