Mohon tunggu...
Sayyida AuliaRahma
Sayyida AuliaRahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya percaya bahwa setiap kata memiliki kekuatan untuk menginspirasi, dan setiap desain mampu menyampaikan pesan tanpa batasan bahasa. Di blog ini, saya akan berbagi pemikiran, pengalaman, dan karya-karya yang lahir dari passion saya. Selamat datang dan semoga tulisan di sini dapat memberikan inspirasi, wawasan, atau sekadar hiburan bagi kamu! 😊

Selanjutnya

Tutup

Worklife

No Rush , No Pressure : Fenomena Soft Life pada Generasi Muda

2 Februari 2025   21:04 Diperbarui: 2 Februari 2025   21:04 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah dunia yang serba cepat, di mana kerja keras sering dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan, muncul tren baru yang justru bergerak ke arah sebaliknya—soft life. Sebuah gaya hidup yang mengutamakan ketenangan, keseimbangan, dan kebahagiaan tanpa harus terjebak dalam tekanan sosial.

Apa Itu Soft Life?

Soft life adalah filosofi hidup yang lebih santai, di mana seseorang memilih untuk tidak terburu-buru dalam mengejar sesuatu dan lebih menikmati prosesnya. Bukan berarti malas atau tidak mau bekerja keras, tetapi lebih ke bagaimana seseorang mengatur ritme hidup agar tetap produktif tanpa harus mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan mental.

Tren ini menjadi populer di kalangan generasi muda, terutama mereka yang merasa lelah dengan budaya hustle—sebuah pola pikir yang menekankan bahwa semakin sibuk seseorang, semakin sukses hidupnya.

Kenapa Generasi Muda Memilih Soft Life?

Ada beberapa alasan mengapa banyak anak muda sekarang lebih memilih menjalani hidup dengan santai:

1. Burnout Itu Nyata

Generasi muda sering mengalami tekanan kerja atau kuliah yang berlebihan. Banyak dari mereka merasa lelah, kehilangan motivasi, bahkan mengalami stres berkepanjangan. Soft life menjadi solusi agar mereka tetap bisa produktif tanpa kehilangan diri sendiri.

2.Definisi Sukses yang Berubah

Dulu, sukses sering diukur dari kerja keras tanpa henti. Sekarang, banyak yang menyadari bahwa sukses tidak melulu soal materi, tetapi juga soal kebahagiaan, kesehatan mental, dan keseimbangan hidup.

3.Fokus pada Kualitas Hidup

Alih-alih terus mengejar ambisi sampai lupa waktu, soft life mengajarkan untuk menikmati hidup lebih banyak menjaga hubungan sosial, memiliki waktu untuk diri sendiri, dan menikmati hal-hal kecil yang membuat bahagia.

4. Work-Life Balance Bukan Mitos

Dengan berkembangnya teknologi dan pekerjaan yang lebih fleksibel, generasi muda menyadari bahwa mereka bisa tetap bekerja tanpa harus mengorbankan seluruh waktunya untuk bekerja.

Bagaimana Cara Menerapkan Soft Life?

Kalau ingin mencoba menjalani soft life, ada beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan:

  • Kurangi Overthinking & Hidup di Masa Sekarang
    Jangan terlalu khawatir dengan masa depan atau menyesali masa lalu. Fokuslah pada apa yang bisa dinikmati hari ini.
  • Pilih Pekerjaan yang Sejalan dengan Nilai Hidup
    Bekerja keras itu baik, tetapi pastikan tetap punya waktu untuk diri sendiri. Jangan sampai pekerjaan mengambil alih seluruh hidup.
  • Prioritaskan Kebahagiaan, Bukan Sekadar Prestasi
    Kejar impian, tetapi jangan lupa menikmati prosesnya. Bahagia itu bukan hanya soal pencapaian besar, tetapi juga hal-hal kecil yang membuat hati tenang.
  • Jangan Terjebak Standar Sosial
    Tidak perlu selalu mengikuti ekspektasi orang lain. Hidup adalah tentang bagaimana kita merasa nyaman dengan pilihan kita sendiri.

Apakah Soft Life Berarti Malas?

Sama sekali tidak. Soft life bukan tentang bermalas-malasan dan menghindari tanggung jawab. Ini lebih ke bagaimana seseorang bisa tetap bekerja dan berkarya tanpa harus mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan diri.

Generasi muda mulai menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang mengejar kesuksesan, tetapi juga tentang bagaimana menikmati perjalanan itu.

 Jadi, apakah kamu siap untuk no rush, no pressure dalam hidupmu?

Sumber referensi :

Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Consumer behavior. Prentice Hall.

Tirto.id. (2023). Gaya hidup minim stres, apa iya slow life solusinya? Tirto.id. Retrieved from https://tirto.id/gaya-hidup-minim-stres-apa-iya-slow-life-solusinya-gYoL

Susanto, R. (2023). Gaya hidup dan perilaku konsumtif: Sebuah tinjauan teori dan praktik. Inculco Journal of Christian Education, 2(1), 45-56. Retrieved from https://e-journal.stakanakbangsa.ac.id/index.php/ijce/article/download/27/35

Rahayu, S. P. (2022). Analisis konsep work-life balance pada generasi muda di era digital. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 11(2), 112-125. Retrieved from https://journals.usm.ac.id/index.php/solusi/article/download/7497/3503

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun