Dari sejarah ini kita semua sadar jika pada dasarnya bangsa manusia bukan berasal dari bumi melainkan pernah menjadi jenis makhluk hidup yang terdata pada Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kerajaan Langit. Sejarah itu selayaknya menjadi motivasi tersendiri bagi setiap anak Adam 'alaihisalam untuk mencari jati diri aslinya dan kembali kepada tempat dimana seharusnya mereka berasal.
Opening yang sangat panjang untuk menjelaskan betapa setiap manusia memiliki hak untuk kembali ketempat dimana bapak dan ibunya berasal. "Setiap anak cucu Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baiknya yang berbuat dosa adalah yang bertaubat", demikian perkataan seorang pemimpin yang menjadi panutan utama setiap yang menjadi muslim. Ada terlalu banyak variasi maksiat yang sering dilakukan oleh setiap manusia, tahukah kita? maksiat itu merupakan cara Tuhan menunjukan rasa cintaNya kepada ciptaanNya hingga membuat Raja Jin kafir musuh bubuyatan bangsa manusia dengan kisah legendnya berani mentang perintah King of All Kings Tuhan Yang dicintainya untuk mengakui kepemimpinan Adam di atas Litosfer bumi dengan cara enggan untuk bersujud kepada Adam. Hal itu karena King Of Kafir's Jinn beranalogi dengan keterbatasan analisis akalnya dan meremehkan hikmahNya dan tujuanNya hingga merasa itu adalah perintah yang tidak masuk di akal.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullâh menyatakan maksiat yang dilakukan seorang manusia dapat menjadi sebab yang mendatangkan kasih sayang dari The Most Beneficent King & The Most Merciful King dan membuat Raja jin kafir menyesal karena sebab permohonan ampun dari manusia kepada Maha Rajanya. Bangsa manusia merupakan bagian dari alam semesta, wajar jika melakukan suatu kesalahan yang dapat merusak tatanan alam semesta kita berinisiatif memohon pengampunan dari Raja alam semesta atau King of Universe.
Permohonan ampun dari manusia pertama di bumi tertulis dalam lembar Al-Qur'an Surah Al A'raf ayat 23, Raja alam semesta Berfirman kepada panutan utama umat muslim tentang kalimat yang diucapkan oleh manusia pertama yang diciptakanNya tatkala sang manusia tidak tega untuk menuruti keinginan istrinya agar memakan buah terlarang di Kerajaan langit, hal itu karena terperdaya oleh provukasi Iblis sang raja jin kafir yang di klaim pernah menjadi komandan perang dalam jajaran prajurit bangsa malaikat untuk memberantas kekacauan dan pertumbuhan darah di bumi yang disebabkan oleh maksiat dari bangsa jin, bangsanya sendiri. Dalam ayat ini Adam dan kekasihnya berkata :
"Wahai Tuhan kami, kami (Adam dan istrinya) telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat (kasih sayang) kepada kami, niscaya kami PASTIlah termasuk orang-orang yang meRUGI"
Setelah keduanya mengucapkan kalimat tersebut maka Pemilik dan Penguasa seluruh kerajaan alam semesta Berfirman :
"Turunlah engkau sekalian, sebahagian engkau (manusia) menjadi musuh bagi sebahagian yang lain (manusia). Dan engkau mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi hingga waktu yang telah ditentukan. Di bumi itu engkau hidup dan di bumi itu engkau mati, dan dari bumi itu (pula) engkau akan dibangkitkan.”.
Point disini adalah tentang manusia yang melanggar ketentuan Sang Maha Raja, dimana maksiat yang mereka lakukan difasilitasi dengan lengkap oleh Sang Maha Raja sendiri, akan tetapi mereka tidak menyalahkan orang lain (Raja Jin kafir) karena telah menghasut mereka, dan juga tidak menyalahkan King of Universe karena telah menciptakan buah yang enak tapi terlarang. Mereka to the point mengakui kesalahan, meminta ampunan, dan menerima hukumanNya dengan tetap berprasangka baik kepadaNya.
Syurga Firdaus tempat dimana mereka tinggal, Kerajaan super mewah dengan fasilitas super Sultan. Mana ada open recruitment disana untuk mengais rezeki menafkahi istri tercintanya, Manusia yang bahkan gak tau kerasnya survive dengan rasa lapar, dinginnya kehujanan, dan panasnya terik matahari. Namun keduanya hanya berfokus pada "yang penting" diampuni oleh Sang Maha Raja.
Setiap dari kita sering mendapati diri kesulitan untuk mengkontrol hawa nafsu, sering juga mendapati kondisi dimana realita tidak sesuai dengan ekspetasi. Hal ini dialami oleh setiap makhluk hidup ciptaanNya di dunia tidak hanya bangsa manusia namun bangsa hewan, bangsa tumbuhan, dan juga bangsa jin. Konteks kekecewaan pun sangat variatif bukan hanya perihal cinta sesama jenis tapi ada banyak sekali takdir yang kita terima, sangat amat terlampau jauh dari harapan yang kita inginkan.
Setiap manusia pasti ingin menikahi atau bersama dengan orang yang dia cintai. Namun karena faktor kondisi, situasi, dan latarbelakang tiap manusia yang kompleks akan selalu ada potensi yang membuat impian tersebut gak bisa diwujudkan. Sebagai contoh dalam kehidupan manusia seringkali kita harus menerima kenyataan kalau apa yang kita inginkan bukanlah hak yang harus kita nikmati, selain itu merupakan keputusan dari Raja alam semesta, juga merupakan bentuk kasih sayang dari Lord of Destiny melalui maksiat atau segala macam kesedihan yang kita alami. VisiNya adalah untuk menggerakan orientasi kehidupan kita dan menjadikan maksiat itu sendiri sebagai kesempatan emas untuk menunjukan rasa hormat dan prasangka baik kepada Sang Penguasa Takdir bahwa setiap dari keputusanNya pasti ada rencana besar dan sangat serius. Bukankah mustahil bagi Pakar Strategi Kehidupan yang Maha Analitis (Teliti) bertindak ceroboh dalam memperhitungkan setiap langkah kehidupan kita sebagai seorang hamba?.
Seringkali dua manusia yang saling mencintaipun tidak kuasa untuk mengikat hubungan mereka dalam bentuk pernikahan, bisa sebab restu orang tua, jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, latarbelakang calon, perbedaan visi misi, dan masih ada jutaan alasan lain tentu bisa menjadi potensi yang membuat seseorang tidak bisa menyatukan cinta mereka setinggi apapun ekspetasi sang manusia tentang cinta. Entah bercampur hawa nafsu ataupun tidak, jika belum rezekinya maka mau bagaimana lagi?.
Atau ada keadaan dimana seseorang gak bisa menyatukan cinta sebab alasan perbedaan agama, ras, suku, warna kulit, atau masih satu agama namun misal dalam aturan islam karena sebab informasi pasangan pernah zina, jarang shalat, satu darah, talak 3, dan masih banyak sekali benteng pembatas yang membuat ikatan cinta dua manusia tidak bisa direalisasikan tentu semua kondisi ini sangat bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsu manusia. Termasuk di dalamnya kecintaan seseorang terhadap jenis kelamin yang sama dengan dirinya. Kecintaan tersebut tidaklah menjadi pembenaran atas dibolehkannya menuruti hawa nafsu karena berbagai kondisi yang telah diperhitungkan dengan cermat oleh Sang Ahli Strategi. Juga dalam rangka mengaplikasikan sikap empati terhadap stabilitas alam semesta demi terwujudnya kesejahteraan dan keberlanjutan populasi bangsa manusia di atas litosfer bumi, tentu kuantitas saja tidak menjadi tolak ukur dari kesejahteraan itu sendiri, namun sudah pasti perbaikan kualitas diri mampu membuat bangsa manusia dapat merealisasikan kehidupan yang sejahtera terlebih jika mengacu pada asal muasal dari diri kita tentu seorang yang menginginkan harta dan tahta dan hidup dalam kesejahteraan abadi, akan berusaha untuk mencari peta petunjuk menuju tanah Kerajaan yang menjanjikan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan tersebut.