Sebuah notifikasi pesan masuk. Namamu muncul di layar, dan mood-ku langsung memburuk. Kenapa dia masih saja nekat berkomunikasi, bukankah setahun lalu kau memilih mengakhiri interaksi kita? Kenapa mendadak kau tarik ludahmu sendiri. Aku kesal dan marah, tetapi tetap saja rasa ingin tahuku mengusik. Dari tampilan notifikasi pesanmu, aku jadi tahu, ini pasti link tulisanmu di kompasiana.
Setelah setengah jam, akhirnya kubuka juga pesanmu. Sengaja kujeda, takut saja kalau kamu jadi gede rasa. Sebuah link tulisan berjudul "Request Mimpiku Dibayar Lunas"
Tak menunggu waktu lama, tulisanmu sudah kulumat. Dan entah kenapa, dadaku ikut berkonstraksi saat membacanya, dan saat tulisan berakhir, reflek pula kuhembuskan nafas panjang. Kenapa tulisanmu tetap terasa berat saat kubaca. Apakah ini hanya pengalamanku karena merasa menjadi bagian dari isi cerita, ataukah tulisanmu sukses meluapkan rasa marah, sedih, kangen, dan gembira yang campur aduk? Agh, sudahlah. "Tuhan, bolehkah pula aku me-request mimpi?". []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H