Lalu satu besek yang dibawa pulang Bapak akan dibagi rata lauknya untuk kami makan; Bapak dan kami, kelima anaknya. Satu potong telur ayam rebus bisa dipotong menjadi enam bagian. Dan Emak kami, pasti beralasan belum lapar, menunggu ada sisa lauk untuk dimakan. Selalu seperti itu.
Di lain episode, saya meminta tambahan sangu ke Bapak, karena hendak berangkat ke Bogor diantar Kakek. Bapak langsung menjawab tak ada, karena memang sedang tak ada uang.Â
Emak lantas menarik tangan Bapak ke ruang belakang, menjauh dari hadapanku. Selang beberapa menit, Bapak memberikanku tambahan sangu.Â
Saat itu, saya tak benar-benar tahu behind the scene dari kronologis uang sangu yang dari tidak ada menjadi ada. Tetapi beberapa tahun kemudian barulah aku tahu, ternyata Bapak meminjam ke tetangga. Kok seniat itu? Ternyata Emak lah yang meminta dan merajuknya ke Bapak.
Kenapa seorang Ibu sedemikian hebatnya memperjuangkan kebahagiaan kita, anak-anaknya? Menjadikan kita sebagai prioritas, melampaui ingin dan angannya. Jawabannya adalah karena kasih sayang.Â
Benarlah ungkapan yang meyebut; seorang Ibu sanggup merawat 10 anaknya dengan maksimal sampai tumbuh besar, tetapi 10 anak belum tentu mampu merawat seorang ibu dengan baik.
Ya Tuhanku, janganlah engkau putus kasih sayang untuk mereka, sebagaimana mereka tiada lelah dan tiada menyerah mendidik kami sedari kecil.
Terima kasih, Emak...
Terima kasih, Emak...
Terima kasih, Emak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H