Perempuan itu kini sudah berdiri. Tubuhnya sedikit kaku. Nafasnya pun tersengal. Kasihan sekali dia, shock. Tapi membayangkan perilakunya di minimarket tadi, aku sempat menahan simpati. Dalam hati, aku ingin sekali menyimpulkan insiden itu sebagai teguran dari Tuhan. Ada desakan yang meledak-ledak untuk merasakan semacam ekstase spiritual, Gede Rasa, baper, merasa apa yang dialami perempuan itu sebagai balasan Tuhan atas perilakunya sendiri.
Tetapi belum sempat mengeja sensasi-sensasi batin itu, aku dikagetkan dengan munculnya perempuan lain dari balik becak yang baru saja ambruk. Ini juga perempuan yang tadi, anaknya mungkin. Begitu dia bangkit dibantu warga, lamunanku sedikit tersedak menyaksikan wujud bagian perutnya.
Astaga, perempuan muda ini sedang hamil ternyata, Hamil tua malah. Akupun mundur teratur, kembali ke parkiran,lantas melajukan motor dengan pelan. Di jalan,setengahnya melamun. Mengingat kembali dinamika batin sesaat lalu. Agh, nyaris saja. Ternyata, dalam balutan apapun, betapa nikmatnya sensasi mendendam. []
Based on true story
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H