Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjaga Dahsyatnya Niat Menaklukkan Kebiasaan

7 Juni 2019   22:38 Diperbarui: 7 Juni 2019   23:11 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pusatgratis.com/ 

MAKAN tiga kali sehari sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang terpola di masyarakat. Bahkan, mungkin saja dianggap sebagai 'keharusan medis', bahwa kebiasaan makan yang sehat adalah tiga kali dalam sehari; pagi, siang, dan malam. Tapi benarhkah demikian? Nyatanya tubuh kita cukup tahan ketika 'dipaksa' untuk makan dua kali sehari saat sebulan berpuasa Ramadhan.

Artinya, pola makan tiga kali sehari sebetulnya tidak lebih dari kabiasaan yang telah mengakar dalam masyarakat. Konon, pola itu berawal dari orang-orang Eropa di era revolusi industri, di mana pekerja yang terporsir fisiknya akhirnya membiasakan sarapan pagi dan makan siang untuk memastikan staminanya tetap terjaga. Tuntutan itu akhirnya melahirkan pola makan masyarakat Eropa menjadi terstruktur dan pada akhirnya mendunia.

Meski telah menjadi kebiasaan keseharian masyarakat kita, termasuk masyarakat Muslim di Indonesia, kebiasaan bukanlah sesuatu yang paten dan tidak bisa dirubah. Seperti telah disinggung di awal, faktanya selama Bulan Ramadhan hampir setiap orang yang berpuasa bisa secara otomatis merubah pola makannya menjadi dua kali sehari. 

Setiap hari selama sebulan, tubuh kita hanya diasupi makan sahur agar kuat menjaga stamina sampai maghrib tiba. Saat berbuka, orang hanya minum dan memakan takjil, baru setelahnya makan. Atau untuk sebagian kita mungkin langsung berbuka dengan makan besar.

Dua jadwal makan itulah yang menjadi kebiasaan harian kita di Bulan Ramadhan. Kalaupun ada asupan di sela antara maghrib sampai malam hari, kebanyakan mungkin hanya ngemil. Bagi sejumlah orang, terutama perempuan, Ramadhan bahkan dijadikan sebagai program diet menyusutkan berat badan.

Nah, dari pengalaman puasa Ramadhan inilah kita bisa belajar banyak hal, termasuk sesuai bahasan tulisan ini adalah bagaimana merubah kebiasaan. Bahwa pola makan yang sudah tertanam sejak kecil pun nyatanya bisa dirubah dan kita kuat menuntaskannya. Lantas, bilamana kebiasaan itu bisa berubah dan faktor apa yang mendorongnya?

Dalam agama, kita mengenal konsep niat, yakni kesengajaan untuk melakukan sesuatu. Dalam bahasan fiqih ibadah, setiap ibadah praktis menjadikan niat sebagai rukun. Hal ini untuk menegaskan bahwa ibadah dilaksanakan dalam kondisi sadar, tidak gila, tidak dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang, dan lainnya.  

Faktor niat ternyata berdampak besar terhadap gerak dan ucapan. Dalam shalat misalnya, setelah niat, kita harus melaksanakan rukun shalat, baik bacaan maupun gerak, dari takbiratul ikhram sampai salam. Tidak boleh ada aktivitas ucap dan fisik lain di luar yang telah diatur, karena bisa membatalkan shalatnya.

Ketika saat sahur kita berniat berpuasa, maka saat itu kita secara sadar dan sengaja menyiapkan diri untuk berpuasa. Niatlah yang akhirnya memberikan perintah ke seluruh saraf agar melakukan kebiasaan puasa, yakni tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan seksual bagi suami istri. Atau untuk tingkatan puasa yang berkualitas, niat juga akan memerintahkan nafsunya agar tidak melakukan hal-hal yang bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan nilai pahala puasa.

Karena niat, kita bisa tahan menahan rasa lapar dan haus dari fajar sampai maghrib. Tak terkecuali bagi orang-orang yang tak terbiasa berpuasa sunah, terbiasa banyak makan di luar Ramadhan, mereka tetap kuat. Inilah dahsyatnya niat.

Yang lebih ekstrim, adalah bagaimana Ramadhan mampu membuat perokok berat mampu bertahan kurang lebih 8 jam tanpa menghisap nikotin. Di luar Ramadhan, hanya hitungan jam saja muut perokok sudah kecut. Pun bagi penggila kopi, mereka tahan tidak ngopi sejak pagi buta sampai jelang petang.

Dari ritual Ramadhan, kita menjadi belajar bahwa niat yang kuat akan mampu merubah kebiasaan, tak terkecuali kebiasaan buruk. Mereka yang terjerat dalam candu kebiasaan tak positif, bahkan kriminal sekalipun, sejatinya bukan sama sekali tak bisa berubah. Sejauh ada niat kuat yang menghujam ke hati plus disertai pola-pola pendukungnya, maka apapun bisa dirubah.

Dalam bahasan Teori Sosiologi Modern (TSM), Robert K Merton memperkenalkan konsep self fulfilling propechy atau ramalan prawujud untuk menggambarkan sebuah prediksi yang secara langsung atau tidak langsung membuatnya terwujud sendiri akibat umpan balik positif antara keyakinan dan kelakuan. 

Kata orang, keyakinan akan membentuk realitasnya. Kalau tidak terus meyakinkan otak kita tak mampu mempelajari matematika, maka selamanya kita akan kesulitan dengan matematika.

Dari Ramadhan, kita justru belajar bagaimana niat baik yang kuat akan mampu melahirkan perubahan dan penyesuaian yang positf terhadap perilaku. Itu sebabnya, niat menempati posisi penting dalam menentukan kualitas perbuatannya.  

Salah satu ayat popular terkait ini ditegaskan Allah dalam QS. Ar-Ra'du ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri".

Sementara dalam hadits popular, Rasulullah Saw juga menegaskan pentingnya niat. "Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan" (HR. Bukhari & Muslim).

Pelajaran tentang betapa dahsyatnya niat ini menjadi salah satu inspirasi penting yang kita peroleh dari puasa Ramadhan. Ini bekal inspiratif untuk 11 ke depan agar kita menjadi pribadi yang terus berubah menjadi lebih baik, berikhtiar mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk yang sia-sia menjadi kebiasaan positif dan produktif. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun