Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dakwah Nabi yang Dikelilingi Para Pengusaha Kaya

11 Juni 2018   06:04 Diperbarui: 11 Juni 2018   07:34 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpinan PM Tazakka Batang, Anang rikza, dan praktisi bisnis, Teguh Suhardi, saat mengisi kelas terakhir Sekolah Tabligh Ramadhan 2018. (dokumen pribadi)

Dai dan pengusaha tentu dua entitas yang jauh berbeda. Umat Islam dewasa ini juga bisa jadi kesulitan melihat irisan peran keduanya. Tetapi belajar dari kesuksesan dakwah Nabi Muhammad Saw, kelompok pengusaha justru menjadi bagian penting dari gerakan dakwah Nabi sejak di Mekah hingga Madinah.

Mari melirik kembali shirah nabawiyah, aktivitas dakwah Nabi ternyata tak pernah lepas dari entitas pengusaha kaya. Ya, Rasulullah ternyata dikelilingi para pengusaha sukses yang notabene adalah para sahabatnya.  Tak sekadar berstatus pengusaha, mereka juga dikenal sangat dermawan yang rela mendermakan hartanya untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat sampai batas yang sulit kita temukan padanannya di era saat ini.

Sebutlah Abdurrahman bin Auf yang saat meninggal memiliki kekayaan hingga 3.200 Dinar. Jika dikonversi ke rupiah, nilainya mencapai Rp 6,2 triliun. Soal kedermawanannya jangan ditanya, dia pernah menyumbangkan emas seberat 5,9 kg, sebidang tanah, dan 700 ekor unta.

Pernah juga Abdurrahman bin Auf mendermakan seluruh kekayaannya hingga tak menyisakannya untuk keluarga. Seperti saat hijrah ke Madinah, kekayaannya telah habis. Ketika ditawari bantuan orang anshor (Madinah), dia menolak dan malah meminta ditunjukkan pasar terdekat. Hal itu menunjukkan kepiawaiannya sebagai pedagang, karena tak lama dia kembali sukses menjadi saudagar kaya dengan ratusan unta dimilikinya.

Ada lagi Utsman bin Affan, yang kekayaannya mencapai 2,5 triliun. Khalifah ke 3 sepeninggal Nabi itu juga tercatat pernah menyedekahkan hampir Rp 400 miliar untuk kepentingan umat Islam saat itu.

Selain keduanya, ada 3 pengusaha kaya lainnya yang masuk dalam generasi awal, yakni Zubair bin Awwam dengan kekayaan mencapai Rp 3,5 triliun, lalu Thalhah bin Ubaydillah dengan kekayaan kurang lebih setengah triliun, serta Saad bin Abi waqosh yang saat wafat meninggalkan kekayaan sekitar Rp 15 miliar.

Rekam jejak kelima sahabat Nabi itu terbilang luar biasa. Sebagai pengusaha, mereka adalah salah satu penopang utama misi dakwah Rasulullah. Kesimpulan itu juga disampaikan Pimpinan Pondok Modern (PM) Tazakka Batang, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA, saat memberi closing class dalam kegiatan Sekolah Tabligh Ramadhan 2018 yang dibidani PCM Pekalongan Timur, Ahad (10/6) sore.

"Ulama, dai, pejuang dakwah harus mencontoh ini. Bahwa salah satu sunah Nabi dalam pergerakan dakwah adalah kemauan dan kemampuan berkolaborasi dengan pengusaha," ujarnya.

Menurut Anang, tidak ada satu nabi dan rasulpun yang perjuangan dakwahnya mulus. Semua punya rintangan dan tantangan yang berat. Musuh-musuh para utusan Allah itu juga orang-orang besar, para penguasa hingga pemodal. "Ini adalah sunnatullah bagi siapapun yang menekuni jalan dakwah. Rasulullah tidak diturunkan untuk kaum yang telah baik, tetapi justru jahiliyah. Maka pendakwah harus memahami ketetapan ini," tandas dia.

Namun, alumnus Gontor, Al Azhar dan UGM itu meyakinkan para pejuang dakwah bahwa pada akhirnya Allah akan memenangkan para penagak kebenaran dengan cara yang mampu membalik logika musuh-musuhnya.

Dia menyimpulkan, sunah rasul dalam pergerakan adalah selalu didampingi pengusaha. Ulama, pejuang dakwah harus kolaboratif dengan pengusaha. "Di Mekah ataupun Madinah, Nabi selalu dikelilingi pengusaha. Bahkan, dari 10 sahabat yang dijamin masuk surge, 6 di antaranya adalah pengusaha," tandasnya.

Pemateri lainnya,, Teguh Suhardi, pun mempertegasnya. Kata dia, kolaborasi ulama-pengusaha adalah formasi terbaik untuk berdakwah. Tak terkecuali Kiai Ahmad Dahlan yang juga melibatkan pengusaha saat mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. "Karena sirah nabawiyah bicara begitu, pengusaha dilibatkan aktif dalam aktivitas dakwah," kata praktisi bisnis itu.

Suksesnya gerakan dakwah karenanya tidak bisa tidak haruslah ditopang oleh kolaborasi ulama-pengusaha. Saat menikah dengan Khadijah, Muhammad bukan sekadar CEO, tetapi juga pemilik saham. "Sejak belia, Nabi telah ditempa dengan mental pengusaha. Memulai dengan magang pada pamannya, lalu bekerja pada Ibrahim, menjadi CEO dan akhirnya memiliki saham sendiri," ucapnya.

Sekolah Tabligh Ramadhan sendiri digelar sejak 26 Mei sampai 10 Juni 2018. Ada 11 sesi kelas pembelajaran yang menghadirkan narasumber berkompeten di bidangnya, dari akademisi, mubaligh, trainer, jurnalis, praktisi politik, hingga praktisi bisnis. Materinya juga dibuat dengan merespon perkembangan mutakhir. Ada puluhan peserta yang mengikuti kegiatan ini mewakili utusan se Kota Pekalongan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun