Dai dan pengusaha tentu dua entitas yang jauh berbeda. Umat Islam dewasa ini juga bisa jadi kesulitan melihat irisan peran keduanya. Tetapi belajar dari kesuksesan dakwah Nabi Muhammad Saw, kelompok pengusaha justru menjadi bagian penting dari gerakan dakwah Nabi sejak di Mekah hingga Madinah.
Mari melirik kembali shirah nabawiyah, aktivitas dakwah Nabi ternyata tak pernah lepas dari entitas pengusaha kaya. Ya, Rasulullah ternyata dikelilingi para pengusaha sukses yang notabene adalah para sahabatnya. Â Tak sekadar berstatus pengusaha, mereka juga dikenal sangat dermawan yang rela mendermakan hartanya untuk kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat sampai batas yang sulit kita temukan padanannya di era saat ini.
Sebutlah Abdurrahman bin Auf yang saat meninggal memiliki kekayaan hingga 3.200 Dinar. Jika dikonversi ke rupiah, nilainya mencapai Rp 6,2 triliun. Soal kedermawanannya jangan ditanya, dia pernah menyumbangkan emas seberat 5,9 kg, sebidang tanah, dan 700 ekor unta.
Pernah juga Abdurrahman bin Auf mendermakan seluruh kekayaannya hingga tak menyisakannya untuk keluarga. Seperti saat hijrah ke Madinah, kekayaannya telah habis. Ketika ditawari bantuan orang anshor (Madinah), dia menolak dan malah meminta ditunjukkan pasar terdekat. Hal itu menunjukkan kepiawaiannya sebagai pedagang, karena tak lama dia kembali sukses menjadi saudagar kaya dengan ratusan unta dimilikinya.
Ada lagi Utsman bin Affan, yang kekayaannya mencapai 2,5 triliun. Khalifah ke 3 sepeninggal Nabi itu juga tercatat pernah menyedekahkan hampir Rp 400 miliar untuk kepentingan umat Islam saat itu.
Selain keduanya, ada 3 pengusaha kaya lainnya yang masuk dalam generasi awal, yakni Zubair bin Awwam dengan kekayaan mencapai Rp 3,5 triliun, lalu Thalhah bin Ubaydillah dengan kekayaan kurang lebih setengah triliun, serta Saad bin Abi waqosh yang saat wafat meninggalkan kekayaan sekitar Rp 15 miliar.
Rekam jejak kelima sahabat Nabi itu terbilang luar biasa. Sebagai pengusaha, mereka adalah salah satu penopang utama misi dakwah Rasulullah. Kesimpulan itu juga disampaikan Pimpinan Pondok Modern (PM) Tazakka Batang, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA, saat memberi closing class dalam kegiatan Sekolah Tabligh Ramadhan 2018 yang dibidani PCM Pekalongan Timur, Ahad (10/6) sore.
"Ulama, dai, pejuang dakwah harus mencontoh ini. Bahwa salah satu sunah Nabi dalam pergerakan dakwah adalah kemauan dan kemampuan berkolaborasi dengan pengusaha," ujarnya.
Menurut Anang, tidak ada satu nabi dan rasulpun yang perjuangan dakwahnya mulus. Semua punya rintangan dan tantangan yang berat. Musuh-musuh para utusan Allah itu juga orang-orang besar, para penguasa hingga pemodal. "Ini adalah sunnatullah bagi siapapun yang menekuni jalan dakwah. Rasulullah tidak diturunkan untuk kaum yang telah baik, tetapi justru jahiliyah. Maka pendakwah harus memahami ketetapan ini," tandas dia.
Namun, alumnus Gontor, Al Azhar dan UGM itu meyakinkan para pejuang dakwah bahwa pada akhirnya Allah akan memenangkan para penagak kebenaran dengan cara yang mampu membalik logika musuh-musuhnya.
Dia menyimpulkan, sunah rasul dalam pergerakan adalah selalu didampingi pengusaha. Ulama, pejuang dakwah harus kolaboratif dengan pengusaha. "Di Mekah ataupun Madinah, Nabi selalu dikelilingi pengusaha. Bahkan, dari 10 sahabat yang dijamin masuk surge, 6 di antaranya adalah pengusaha," tandasnya.