Kawan-kawan senasib yang kubanggakan, mari berhenti mengomentari hal-hal tak berguna yang terjadi di sekitar kita. Stop kebiasaan membicarakan kekurangan teman-teman kita, guru-guru kita, orang tua kita. Mari berkonsentrasi, memikirkan hal-hal baik yang bisa kita lakukan untuk diri dan sekitar kita. Yakinlah, upaya itu akan lebih membahagiakan kita daripada selalu mempermasalahkan kekurangan orang lain yang pastinya melelahkan.
 Mari pancangkan cita-cita setinggi langit, I WANNA BE A PRESIDENT. Jangan pernah takut bermimpi, karena semua kemajuan ilmu dan teknologi yang kita nikmati hari ini pun berawal dari sebuah impian orang-orang hebat.
 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Qs. Ar-Ra'd:11).
***
Naskah itu dibacakan (Lebih tepatnya dihapal) anak sulungku, Sayeva Madani, saat lomba berpidato tingkat SD di kota kami. Dia ragu saat namanya dipanggil pembawa acara untuk mendapat giliran naik ke panggung. Di tengah pidato, diapun sempat jeda dan nyaris menangis, karena harus lama mengais-kais ingatannya yang terlupa. Sayeva memang tidak keluar sebagai juara, tetapi keberaniannya tampil di hadapan banyak orang adalah lebih dari sekadar trofi piala. Semangat, Anakku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H