"Agh, coba saja saat itu waktunya belum habis, paling tidak nilai matematikaku tak sejelek ini. Andai saja waktunya diperpanjang sedikit saja, tentu aku bisa mendapat nilai jauh dari ini"
***
Peristiwa 20 tahun lalu itu masih kuingat sampai kini. Jujur, aku kesulitan menghapus ingatan itu, meski selalu berakhir dengan penyesalan. Yang aku bayangkan, seandainya bisa mengulang kesempatan itu, tentu aku bisa menyelesaikan jawaban lebih cepat. Tak harus panik, tanpa mesti was-was jabwannya salah dibaca komputer.
Dari pengalaman itulah aku selalu bertanya tentang konsep kesempatan kedua. Adalah kesempatan kedua itu bagi manusia? Atau, adakah yang bisa memberi penjelasan bilamana kesempatan kedua itu datang?
Yang kutahu, kesempatan kedua lebih sering merujuk pada dua pengalaman. Pertama, orang yang nyaris tewas dalam sebuah insiden, sehingga hidupnya setelah itu dianggap sebagai kesempatan kedua. Kedua, Orang yang masa lalunya sangat kelam lantas memilih bertaubat dan membuka lembaran kedua. ***
____________
Nb: BTW, saat itu hasil nilai rata-rata EBTANAS di Kabupaten Bogor dikabarkan jeblok. Kata Kepala Sekolah, nilai EBTANAS ku masuk peringkat 4 terbaik se kabupaten. Aku senang, tapi penyesalan itu tak mau juga hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H