Jam tua di sudut ruang tamu
Berdetak tanpa henti meski tahu tak ada yang menengok lagi
Tak ada yang dilakukan jam tua itu
Hanya berdiam diri
Menerka, apakah sang pemilik akan merawatnya lagiÂ
Atau justru memberikannya pada orang yang berhasrat memiliki
Begitulah nasib jam tua itu kini
Tak bisa apa-apa lagi
Kehilangan pesona diri
Pukul 00.00, sunyi
Namun jam tua malah gaduh membunyi
Memberi isyarat eksistensi
Namun siapa peduli? Orang-orang menganggapnya sebagai pengganggu mimpi
Tak ada yang sudi mendengarnya berbunyi
Begitulah keadaannya kini, tak ada yang mengasihi
Begitu terus, setiap detik menjelma jadi ratusan hari
Jarum jam terus berputar, wajahnya makin usangÂ
Sampai tiba di suatu sore, jam tua tak lagi mampu menghitung masa
Ia mati dalam kubangan putus asa
Setelah berhari-hari mati
Barulah orang menengoknya lagi
Untuk terakhir kali, sebelum hidup lagi, untuk kembali terbengkalai
Begitulah nasib jam tua, esok, entah sampai kapan, terus sendiri
Tiada yang peduli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H