Mohon tunggu...
Sayekti Milan
Sayekti Milan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi yang jatuh cinta dengan dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

4 Alasan Pemberian Tugas Clue Makanan Harus Dimusnahkan: Bikin Siswa Susah

25 Juli 2024   16:06 Diperbarui: 25 Juli 2024   17:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nypost.com/2022/05/02/nyc-students-struggle-to-get-the-reading-help-they-need/

MPLS, yang dulunya dikenal sebagai MOS atau Ospek, punya masa lalu yang agak "nyeleneh" karena adanya perpeloncoan terhadap murid baru. Dulu panitia MOS atau OSPEK mengharuskan murid baru pakai aksesoris aneh, seperti bola jadi topi, rafia jadi ikat rambut, atau bahkan kardus jadi tas sekolah. Tugas-tugasnya juga seringnya bikin miris, bahkan tidak sedikit peserta MOS atau OSPEK yang dinyatakan meninggal dunia akibat kelelahan dengan tugas di kegiatan tersebut.

Untungnya, cerita kelam MOS dan OSPEK sudah jadi sejarah pada sekitar tahun 2018. MOS dan OSPEK kemudian diganti dengan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang di isi dengan kegiatan mendidik guna mempersiapkan murid di lingkungan sekolah baru.

Namun, budaya menyulitkan murid di MOS dan OSPEK nampak masih sulit ditinggalkan begitu saja oleh dunia pendidikan Indonesia. Meskipun "titelnya" diganti menjadi MPLS, seringkali kegiatan di dalamnya dianggap kurang memberikan manfaat bahkan dapat merugikan baik murid maupun orang tua dengan cara yang merepotkan.

Pemberian tugas clue makanan adalah salah satunya. Tugas yang katanya bertujuan untuk melatih problem solving siswa ini justru menjadi tugas yang merepotkan dan tidak ada manfaatnya. Sebagai informasi, tugas memecahkan clue makanan adalah tugas berupa pemecahan teka-teki. Murid baru akan diberi clue untuk dipecahkan dan di bawa hasilnya esok hari. Sebut saja Ari, seorang murid baru di sebuah SMP. Di hari pertama, ia diberi tugas memecahkan teka-teki yang bikin gatal kepala. Clue yang diterima Ari adalah "Nasi Hepatitis" dan "Minuman Tidak Loyo". Tugas Ari adalah mengartikan clue tersebut. "Nasi Hepatitis" sendiri berarti Nasi Kuning dan "Minuman Tidak Loyo" berarti Air Mineral bermerk Vit.

Oleh karena itu, terdapat beberapa alasan berikut mengapa tugas memecahkan teka-teki makanan sebaiknya dihapuskan.

1. BIKIN ORANG TUA PUSING

Tak hanya Ari yang pusing, tugas clue makanan ini juga memberikan beban tambahan pada orang tua murid. Orang tuanya harus berburu nasi kuning di pagi buta sebelum Ari berangkat ke sekolah barunya. Pencarian ini tidak jarang menghabiskan waktu dan tenaga yang berarti bagi orang tua, terutama ketika barang yang dicari tidak mudah ditemukan.

Ada juga Lita, seorang murid baru di sebuah SMA yang mendapat clue "nasi seksi" yang artinya adalah nasi dengan dada ayam. Orang tuanya turut kesulitan, pasalnya tidak setiap hari mereka punya dada ayam di kulkas. Begitupun banyak orang tua murid diluar sana yang kerepotan mencarikan anaknya makanan yang telah ditentukan. Sekali lagi, tugas clue makanan ini menyulitkan orang tua karena harus memasak makanan yang tidak setiap hari ada di rumah. Belum lagi, tak jarang bahan makanan yang ditugaskan tidak murah harganya.

2.  KURANG BERMANFAAT

Panitia MPLS mengaku, tujuan pemberian tugas memecahkan teka-teki ini adalah untuk melatih daya berpikir siswa baru untuk mempersiapkan mereka menghadapi tugas yang lebih sulit di sekolah barunya. Namun nampaknya panitia tidak melakukan survei di lapangan. Pasalnya, alih-alih menggunakan kemampuan otaknya, siswa yang diberi tugas lebih senang mencontek di Google, persis yang dilakukan Ari. Ia enggan pusing setelah kegiatan MPLS yang melelahkan. Selain itu, ia enggan ambil resiko karena apabila teka-tekinya salah diartikan, ia akan dihukum oleh panitia. Meskipun memiliki tujuan yang baik, nampaknya tugas memecahkan teka-teki makanan tersebut justru berbalik arah merugikan siswa dan orang tua siswa.

3. DAPAT DISALURKAN DALAM BENTUK TUGAS YANG LAIN

Seperti yang di singgung sebelumnya, pemberian tugas teka-teki makanan bertujuan untuk mengasah pola berpikir siswa. Namun hal tersebut tidak sebanding dengan kesulitan yang didapatkan dan manfaat yang justru salah sasaran. Untuk itu, sebenarnya tujuan "mengasah pola pikir siswa dapat disalurkan dalam bentuk tugas yang lebih mudah dan murah.

Misalnya pemberian tugas mengenal peta sekolah yang berguna untuk memperdalam pengenalan siswa terhadap lingkungan barunya, pemberian tugas diskusi mengenai suatu kasus yang umum muncul di sekolah, atau tugas yang lebih sederhana, seperti menulis rencana studi yang berisi gambaran ekstrakulikuler, organisasi, atau perlombaan yang ingin di ikuti siswa.

4. ADA ISU LAIN YANG LEBIH DARURAT DARI PADA MEMECAHKAN TEKA-TEKI MAKANAN

Seperti yang diketahui, sekolah sebagai tempat belajar tidak luput dari berbagai isu serius yang mengancam masa depan pendidikan di Indonesia, seperti perundungan, pelecehan seksual, kehamilan di luar nikah, dan bahkan bunuh diri.

Isu-isu ini terjadi mulai dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, yang menunjukkan urgensi untuk mengedukasi siswa baru mengenai hal-hal tersebut daripada hanya fokus pada tugas memecahkan teka-teki makanan yang mungkin menyulitkan siswa dan orang tua mereka.

Untuk mengatasi hal ini, panitia MPLS dapat mengadakan berbagai kegiatan seperti seminar pencegahan perundungan, pengenalan kesehatan reproduksi, edukasi seksual dasar, serta seminar kesehatan mental. Langkah-langkah ini akan memberikan manfaat yang lebih nyata bagi kehidupan siswa di masa depan. Selain itu, untuk mendalami pemahaman siswa, panitia juga dapat memberikan tugas diskusi yang menggali kasus-kasus terkait isu-isu seperti perundungan, pelecehan seksual, atau kesehatan mental.

Dengan demikian, fokus pada edukasi dan pemahaman tentang isu-isu sensitif ini diharapkan dapat membantu melindungi dan mendukung perkembangan positif siswa dalam lingkungan sekolah mereka.

Sebagai penutup, panitia MPLS sebaiknya melihat ulang kebijakan pemberian tugas seperti teka-teki makanan atau yang sejenis. Hal ini penting agar tidak terulang lagi situasi yang mirip dengan perpeloncoan di MOS dan OSPEK yang bikin ribet di masa lalu.

Sekarang saatnya sekolah jadi tempat yang menyenangkan dan asik tanpa beban yang nggak bermanfaat buat siswa, guru, dan orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun