2.1 Ekowisata Hutan Mangrove
Dalam  usaha  pengembangannya  Indonesia  wajib  memperhatikan  dampak-dampak yang  ditimbulkannya,  sehingga  yang  paling  tepat  dikembangkan  adalah  sektor  ekowisata dan  pariwisata  alternatif  yang  diartikan  sebagai  konsisten  dengan  nilai-nilai  alam,  sosial dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara para pelakunya.Secara  global,  sektor  pariwisata  (termasuk  ekowisata)  pada  saat  ini  menjadi  harapan bagi  banyak  Negara  termasuk  Indonesia  sebagai  sektor  yang  dapat  diandalkan  dalam pembangunan ekonomi. Pada saat ini sektor pariwisata telah menjadi industri swastayang terpenting di dunia. Menurut World Travel and Tourism Council, terbukti pada tahun 1993 pariwisata  merupakan  industri  terbesar  di  dunia  dengan  pendapatan  lebih  dari  US$  3,5 triliyun atau 6 %.Masalah  kerusakan  sumber  daya  alam  dan  lingkungan  pada  saat  ini  sangat  menonjol dan  menjadi  isu  internasional  yang  mendapat  perhatian  khusus.  Di  sisi  lain,  justru kepariwisataan   alam   mengalami   perkembangan   yang   meningkat   dan   signifikan. Kepariwisataan  alam  kemudian  berkembang  ke  arah  pola  wisata  ekologis  yang  dikenal dengan istilah ekowisata (ecotourism) dan wisata minat khusus (alternative tourism) (Wijaya, 2021).
Wilayah pesisir mempunyai peranan penting untuk kesejahteraan hidup masyarakat, khususnya bagi masyarakat di wilayah pesisir. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang terletak antara wilayah daratan dan wilayah lautan, yang menyediakan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Wilayah pesisir mempunyai fungsi sebagai penyedia sumberdaya alam, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, penyedia jasa kenyamanan dan sebagai penerima limbah dari aktivitas pembangunan yang terdapat di lahan atas (lahan daratan) seperti kegiatan permukiman aktivitas perdagangan, perikanan dan kegiatan industri. Sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir adalah ekosistem estuaria, ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem pulau-pulau kecil; yang mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis untuk keberlanjutan dari wilayah pesisir di masa yang akan datang (Asyiawati dan Akliyah, 2020) dalam (Siahaan, 2021).
Banyak tempat wisata di Indonesia khususnya yang berada di Sumatera Utara yang menawarkan tempat liburan bagi para masyarakat untuk merefreshkan pikiran dari kegiatan pekerjaan sehari-hari. Masing-masing tempat wisata menawarkan tempat wisatanya dengan berbagai sarana maupun prasarana yang berbeda antara satu tempat wisata dengan tempat wisata lainnya. Untuk di daerah Sumatera Utara khusunya tempat wisata yang mengandalkan potensi pesisir banyak dijumpain di sepanjang pesisir pantai timur yang berada di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Di Kecamatan Perbaungan terdapat beberapa tempat wisata seperti ekowisata mangrove kampoeng nipah dan juga pantai Romance Bay yang berada di wilayah Desa Sei Nagalawan (Harahap, 2021).
2.2 Desa Sei Nagalawan
Desa Sei Nagalawan merupakan salah satu Desa yang ada di dalam Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Letak Desa Sei Nagalawan dari kecamatan Perabungan berjarak kurang lebih 16 km, dengan jarak seperti itu membuat Desa Sei Nagalawan menjadi Desa terujung sebelah timur atau terjauh dari pusat kecamatan Perbaungan (kota Perbaungan), kalau dihitung dalam menit jarak tempuh yang diperlukan untuk ke Desa Sei Nagalawan dari kota Perbaungan adalah 30 menit menuju ke arah kecamatan Pantai Cermin. Untuk luas wilayah Desa Sei Nagalawan berdasarkan data BPS Tahun 2018 sebesar 5,580 km2 atau 5% dari total luas wilayah Kecamatan Perbaungan (Harahap, 2021).
BAB III
METODE
3.1 Metode
Penelitian ini menggunakan metode  deskriptif  kualitatif untuk memahami pengembangan infrastruktur wisata alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan.  Data hasil penelitian  ini berdasarkan pada studi kepustakaan  berupa literatur baik  berbentuk jurnal dan artikel.
Â