Mohon tunggu...
Saydillah Isya Akbar
Saydillah Isya Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Panggilan Saya Aidil

Dalam Keadaan Apapun HArus Bisa Mandiri & Berdiri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Daya Dukung Infrastuktur dan Tata Ruang Pemulihan Wisata Alam Pantai Mangrove Akibat Pandemi

13 Desember 2021   19:35 Diperbarui: 13 Desember 2021   19:38 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem mangrove adalah suatu keadaan lingkungan yang ciri khusus dari hutannya  memiliki genangan air.  Dimana genangan air ini dipengaruhi oleh yang  namanya  salinitas serta  adanya  fluktausi ketinggian  dari  permukaan  airnya.  Dengan  adanya salinitas   dan   fluktuasi   yang   akan   menyebabkan pasang    surut    air    terjadi(Duke, 1992).    Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal  woodland,  vloedbos  dan  hutan  payau (Kusmana et  al.,  2005)  yang  terletak  di  perbatasan antara darat dan laut, tepatnya di daerah pantai dan di sekitar  muara  sungai  yang  dipengaruhi  oleh adanya pasang  surut  air  laut  (Sumaharni,  1994).  Menurut Kusmana et al., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe   hutan   yang   tumbuh   di   daerah   pasang   surut (terutama  di  pantai  yang  terlindung,  laguna,  muara sungai)  yang  tergenang  waktu  air  laut  pasang  dan bebas  dari  genangan  pada  saat  air  laut  surut,  yang komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun  ciri-ciri  dari  hutanmangrove,  terlepas dari   habitatnya   yang   unik,   adalah   memiliki  jenis pohon  yang  relatif  sedikit;  memiliki  akar  yang  unik memiliki  banyak  lentisel  pada  bagian  kulit  pohon. Dan  adapun  habitat  hutan  mangrove  yang  memiliki kondisi  tanah  yang  digenangi  oleh  air.,  baik  setiap hari  atau  hanya  tergenang  pada  saat  pasang;  tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;  daerahnya  terlindung  dari  gelombang  besar dan  arus  pasang  surut  yang  kuat;  airnya  berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22 ‰) (Sari, 2021).

Pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan negara-negara di berbagai belahan dunia, berdampak sangat berat tidak hanya di bidang Kesehatan, tetapi juga di bidang Ekonomi. Banyak usaha ekonomi terpaksa gulung tikar, banyak pekerja kehilangan pekerjaan, daya beli masyarakat menurun tajam, hingga pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah juga turun signifikan. Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 ini dengan berbagai cara serta dengan segenap potensi yang ada dan yang mungkin dapat dipertahankan atau dikembangkan (Sabrina, 2021).

Salah satu yang dibutuhkan dalam kegiatan Ekowisata adalah Pusat Ekowisata itu sendiri sebagai media yang menampung kegiatan mengelolah dan berwisata. Melalui pusat ekowisata, pengunjung dapat menikmati alam mangrove dengan rute yang baik. dan juga mendapatkan kenyamanan dari segi visual, thermal dalam berkegiatan di dalam tata peruangan yang terorganisir. Sehingga ini mempermudah pengunjung dalam berkegiatan tidak hanya mendapatkan wisata visual tetapi juga mendapatkan pembelajaran melalui observasi langsung (Ikhsan, 2021).

1.2 Tujuan 

Tujuan dari penelitian ini adalah

  • Mengetahui Daya dukung infrastruktur (transportasi, komunikasi, ekonomi, kesehatan, sosial, pendidikan dll) terhadap pemulihan dan pengembangan obyek wisata alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan di Serdang Bedagai Sumatera Utara.
  • Menganalisis Kesesuaian penatan ruang (struktur dan fungsi ruang) di tingkat Kabupaten/Kota (Umum dan/atau detail) terhadap  pemulihan dan pengembangan Obyek Wisata Alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan di Serdang Bedagai Sumatera Utara.
  • Menganalisis prioritas penanganan infrastuktur dan kebijakan penataan ruang untuk percepatan pemulihan dan pengembangan Obyek Wisata Alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan di Serdang Bedagai Sumatera Utara.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekowisata Hutan Mangrove

Dalam  usaha  pengembangannya  Indonesia  wajib  memperhatikan  dampak-dampak yang  ditimbulkannya,  sehingga  yang  paling  tepat  dikembangkan  adalah  sektor  ekowisata dan  pariwisata  alternatif  yang  diartikan  sebagai  konsisten  dengan  nilai-nilai  alam,  sosial dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara para pelakunya.Secara  global,  sektor  pariwisata  (termasuk  ekowisata)  pada  saat  ini  menjadi  harapan bagi  banyak  Negara  termasuk  Indonesia  sebagai  sektor  yang  dapat  diandalkan  dalam pembangunan ekonomi. Pada saat ini sektor pariwisata telah menjadi industri swastayang terpenting di dunia. Menurut World Travel and Tourism Council, terbukti pada tahun 1993 pariwisata  merupakan  industri  terbesar  di  dunia  dengan  pendapatan  lebih  dari  US$  3,5 triliyun atau 6 %.Masalah  kerusakan  sumber  daya  alam  dan  lingkungan  pada  saat  ini  sangat  menonjol dan  menjadi  isu  internasional  yang  mendapat  perhatian  khusus.  Di  sisi  lain,  justru kepariwisataan    alam    mengalami    perkembangan    yang    meningkat    dan    signifikan. Kepariwisataan  alam  kemudian  berkembang  ke  arah  pola  wisata  ekologis  yang  dikenal dengan istilah ekowisata (ecotourism) dan wisata minat khusus (alternative tourism) (Wijaya, 2021).

Wilayah pesisir mempunyai peranan penting untuk kesejahteraan hidup masyarakat, khususnya bagi masyarakat di wilayah pesisir. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang terletak antara wilayah daratan dan wilayah lautan, yang menyediakan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Wilayah pesisir mempunyai fungsi sebagai penyedia sumberdaya alam, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, penyedia jasa kenyamanan dan sebagai penerima limbah dari aktivitas pembangunan yang terdapat di lahan atas (lahan daratan) seperti kegiatan permukiman aktivitas perdagangan, perikanan dan kegiatan industri. Sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir adalah ekosistem estuaria, ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem pulau-pulau kecil; yang mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis untuk keberlanjutan dari wilayah pesisir di masa yang akan datang (Asyiawati dan Akliyah, 2020) dalam (Siahaan, 2021).

Banyak tempat wisata di Indonesia khususnya yang berada di Sumatera Utara yang menawarkan tempat liburan bagi para masyarakat untuk merefreshkan pikiran dari kegiatan pekerjaan sehari-hari. Masing-masing tempat wisata menawarkan tempat wisatanya dengan berbagai sarana maupun prasarana yang berbeda antara satu tempat wisata dengan tempat wisata lainnya. Untuk di daerah Sumatera Utara khusunya tempat wisata yang mengandalkan potensi pesisir banyak dijumpain di sepanjang pesisir pantai timur yang berada di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Di Kecamatan Perbaungan terdapat beberapa tempat wisata seperti ekowisata mangrove kampoeng nipah dan juga pantai Romance Bay yang berada di wilayah Desa Sei Nagalawan (Harahap, 2021).

2.2 Desa Sei Nagalawan

Desa Sei Nagalawan merupakan salah satu Desa yang ada di dalam Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Letak Desa Sei Nagalawan dari kecamatan Perabungan berjarak kurang lebih 16 km, dengan jarak seperti itu membuat Desa Sei Nagalawan menjadi Desa terujung sebelah timur atau terjauh dari pusat kecamatan Perbaungan (kota Perbaungan), kalau dihitung dalam menit jarak tempuh yang diperlukan untuk ke Desa Sei Nagalawan dari kota Perbaungan adalah 30 menit menuju ke arah kecamatan Pantai Cermin. Untuk luas wilayah Desa Sei Nagalawan berdasarkan data BPS Tahun 2018 sebesar 5,580 km2 atau 5% dari total luas wilayah Kecamatan Perbaungan (Harahap, 2021).

BAB III

METODE

3.1 Metode

Penelitian ini menggunakan metode  deskriptif  kualitatif untuk memahami pengembangan infrastruktur wisata alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan.  Data hasil penelitian  ini berdasarkan pada studi kepustakaan  berupa literatur baik  berbentuk jurnal dan artikel.

 

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Daya dukung infrastruktur erhadap pemulihan dan pengembangan obyek wisata alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan di Serdang Bedagai Sumatera Utara.

Pantai Wisata Mangrove adalah sebuah tempat wisata yang mengusung tema edukasi. Sesuai dengan namanya, Pantai Mangrove memiliki lahan mangrove yang dengan sengaja ditanam oleh pengelola sebagai aspek keunggulan dari pantai ini. Proses terbentuknya tempat wisata ini juga diawali dengan kesadaran masyarakat untuk mulai menanam mangrove di wilayah pesisir pantai. Penanaman ini juga didasari oleh adanya kesadaran akan pentingnya mangrove bagi wilayah pesisir yang nantinya akan menolong nelayan dalam jangka waktu yang panjang. Bila kita berkunjung ke tempat wisata ini maka kita akan disuguhkan dengan pemandangan hijaunya mangrove di sepanjang pintu masuk, kemudian di wilayah muara pantai serta disegala sisi pantai yang memungkinkan untuk penanaman mangrove ini. Selain itu, aspek kebersihan dari tempat wisata ini sangat terjaga betul, tidak terlihat sampah-sampah berserakan di seluruh wilayah pantai, justru mata kita terhibur dengan hiassan-hiasan pantai yang membuat semangat untuk berselfi atau berfoto bersama. Memang kebersihkan sangat di jaga oleh pengelola pantai (Harahap, 2021).

Pantai Mangrove mengalami penurunan pendapatan yang sangat signifikan yang sangat membuat pengelola harus memutar otak untuk menarik para wisatawan untuk datang berkunjung ke Pantai Mangrove selain karena adanya peraturan Pemerintah yang mengharuskan masyarakat untuk tetap dirumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Hal ini sangat mempengaruhi pendaptan dari tempat wisata yang ada. Setelah 2 tahun berjalan peraturan Pemerintah membolehkan untuk tempat wisata membuka lagi dengan peraturan protokol kesehatan yang ketat. Pengembangan infrastruktur terhadap pemulihan Covid 19 semakin banyaknya atraksi yang ditambahkan di Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan antara lain Homestay yang sedang dibangun, atraksi selfie yang semakin menarik, adanya kapal penyeberangan, pondok-pondok untuk bersantai semakin banyak dan adanya Coffee Shop Pantai Mangrove.

aidil-2-61b73ac261b14b25ff3276b2.jpg
aidil-2-61b73ac261b14b25ff3276b2.jpg
Gambar 1. Peta Foto Udara Pantai Mangrove Kampung Nipah Sei Nagalawan Serdang Berdagai.

Aksesibilitas yang ada di pantai Manrove Kampung Nipah cukup memadai dengan adanya informasi melalui sosial media medan letak jelas Kampung Nipah tetapi untuk orang yang tidak mengetahui secara persis daerah Serdang Bedagai akan merasa kebingunan dengan kurang besarnya penunjuk arah untuk ke Pantai Mangrove. Dengan adanya perbaikan seperti penunjuk jalan yang lebih besar diawal jalan utama Serdang Bedagai dan didalam jalan menuju daerah Pantai Mangrove akan memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan akses jalan yang kurang bagus masih berbatuan dan berlobang diharapkan dapat berkoordinasi dengan Pemerintah setempat agar diadakan pengaspalan ataupun perbaikan jalan menuju akses tempat Wisata.

aidil-3-61b73be506310e0f151c1022.jpg
aidil-3-61b73be506310e0f151c1022.jpg
aidil-4-61b73bf706310e1d916e7b7c.jpg
aidil-4-61b73bf706310e1d916e7b7c.jpg
aidil-5-61b73c0961b14b21652f9ee4.jpg
aidil-5-61b73c0961b14b21652f9ee4.jpg
aidil-6-61b73c1462a70437be4d5c63.jpg
aidil-6-61b73c1462a70437be4d5c63.jpg
Gambar 2 Aksesibilitas Menuju Pantai Mangrove Kampung Nipah Sei Nagalawan Serdang Berdagai

4.2 Prioritas Penanganan Infrastuktur Dan Kebijakan Penataan Ruang Untuk Percepatan Pemulihan Dan Pengembangan Obyek Wisata Alam Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan Di Serdang Bedagai Sumatera Utara

Fasilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan ekowisata di  Kawasan Nipah. Fasilitas ekowisata yang terdapat di Kawasan Nipah sejauh ini masih  minim, hal ni dikarenakan pengembangan daya tarik ini tidak banyak dibantu oleh pemerintah daerah, perkembangan banyak dikelola oleh Komunitas dari Kawasan nipah yang tidak memiliki cukup sumber daya modal untuk melalukan perkembangan  yang  lebih  baik.  Hal  tersebut dapat dilihat dari fasilitas ekowisata yang tersedia di Kawasan nipah saat ini yaitu, tempat bilas, kano, perahu boat/vyber, shelter, jalur tracking, MCK dan papan Informasi, dapat menunjukan keterbatasan pengelola untuk mengembangakan fasilitas ekowisata di Kawasan Nipah.  

Peningkatan aksesibilitas dan amenitas dapat dilakukan dengan dukungan pemerintah daerah adalah penting, baik berupa modal pengembangan juga dalam bentuk arahan atau bimbingan bagi pengelola, agar mampu mengembangkan fasilitas yang dibutuhkan ataupun  memperbaiki fasilitas yang sudah ada. Dikarenakan jika hanya mengandalkan dari uang tiket masuk saja akan lama proses pembangunan dan perbaikan semua fasilitas yang ada di Pantai mangrove, Pak Sutrisno mengatakan pendapatan mereka cukup besar tetapi itu tidak cukup untuk membangun fasilitas ataupun memperbaiki fasilitas yang ada dikarenakan mereka harus menggaji pegawa yang bekerja di Pantai Mangrove ada sekitar 50 orang. Dengan melakukan penambahan informasi secara aktif melalui media sosial akan menambah pengetahuan masyarakat dengan adanya Pantai Mangrove sehingga tidak hanya masyarakat di sekitar Medan saja tetapi bisa diketahui oleh masyarakat Indonesia dan merasa penasaran dengan Pantai Mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, A. M., Harahap, R. H., & Kusmanto, H. (2021). Pola Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir yang Berkelanjutan. PERSPEKTIF, 10(2), 515-526.

Ikhsan, M. (2021). Perancangan Pusat Ekowisata Mangrove di Kawasan Sicanang Kota Medan (Arsitektur Ekologi).

Sabrina, R. (2021, October). Bertahan Di Tengah Badai Pandemi Covid-19 Dengan Rehabilitasi Mangrove Dan Pemanfaatan Ekonominya. In Prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan (Vol. 2, No. 1).

Sari, D. M., & Saidah, S. (2021). Dampak Degradasi Hutan Mangrove Terhadap Kehidupan Nelayan Di Desa Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. In SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Vol. 2, No. 1, pp. 54-59).

Wijaya, Y. A. (2021). EKOWISATA HUTAN MANGROVE SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA DI BELAWAN SUMATERA UTARA. SINTAKSIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 71-81.

Siahaan, S. J. R. (2021). Keanekaragaman dan Pola Distribusi Moluska di Pantai Mangrove Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun