"Ternyata beginilah keadaan anak kecil dalam kuburan"
Assalamualikum sobat  dimanapun berada sesi kali ini kita akan mengulas mengenai hal tak kasat mata, sesuatu yang selalu berada di dalam kita, dan mengikuti kita  setiap saat.
dalam ilmu tasawuf  Manusia terdiri dari berbagai komponen, yaitu jasad,nafsu, qolbu,ruh dan akal. Kesemuanya saling berkaitan satu sama lain. Ketika sesorang meninggal tentu ruhnya akan keluar dari jasad. Kemudian setekah jasadnya di makamkan, ruh tersebut dikembalikan lagi kepada jasadnya, setelah itu akan datang malaikat munkar dan nakir yang memberikan pertanyaan. Sudah jelas bahwa setiap orang pasti tidak terlewatkan oleh pertanyaan malaikat munkar dan nakir, nah bagaimana dengan anak kecil yang belum baligh, dan juga belum mukallaf,,,?
Salah seorang ulama besar yang bermadzab hambali , Imam syamsuddin abu abdillah atau yang terkenal dengan imam ibnu qayum al jauziyah beliau adalah seorang mufassir, ahli hadits, ahli ilmu kalam, menulis buku yang berjudul Ar-Ruh , merupakan buku yang mengupas tentang seluk beluk Ruh,Dalam masalah ini terdapat dua pendapat dan kedua pendapat tersebut berasal dari di kalangan pengikut mazhab Imam Ahmad. Bagi yang berpendapat bahwa anak-anak itu ditanya di dalam kubur, mereka berhujah bahwa disyariatkan untuk menshalati jenazah mereka, mendoakan mereka, dan memohonkan kepada Allah agar mereka dilindungi dari siksa dan fitnah kubur.
Imam Malik menyebutkan di dalam kitabnya Al-Muwaththa', dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah menshalati jenazah anak-anak dan Abu Hurairah mendengar beliau mengucapkan doa:
Yang artinya :
"Ya Allah, lindungilah ia dari siksa kubur."
Mereka juga berhujah dengan riwayat Ali bin Ma'bad, dari Aisyah bahwa ada jenazah anak-anak yang lewat di depan rumah Aisyah lalu ia pun menangis. Ada seseorang yang bertanya, "Apa yang membuat engkau menangis, wahai Ummul Mukminin?" Ia menjawab, "Aku menangisi anak itu karena rasa sayang kepadanya dari sesak (himpitan) kubur." Mereka juga berhujah dengan riwayat Hannad bin as-Sari, Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Musayyab, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Jika Rasulullah menshalati jenazah seseorang yang berbuat dosa, beliau berdoa:
Yang artinya :
Ya Allah, lindungilah ia dari siksa kubur." Mereka berkata, "Allah menyempurnakan akal bagi mereka agar mereka mengetahui kedudukan diri sendiri dan mereka diberi ilham jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada mereka."Â
Hal ini telah ditunjukkan beberapa hadis yang isinya menjelaskan bahwa anak kecil itu akan mendapat pertanyaan di akhirat, Al-Asy'ari telah mengisahkannya dari para pakar sunnah dan hadis bahwa jika mereka ditanya di akhirat, tidak ada halangan bagi mereka untuk ditanyai di dalam kubur.
Pendapat yang kedua mengatakan, bahwa Pertanyaan hanya ditujukan kepada orang yang dapat memikirkan siapa rasul dan apa yang dibawa oleh rasul sehingga ia dapat ditanya apakah ia beriman kepada rasul dan menaatinya ataukah tidak.
Oleh karena itu, seorang anak kecil belum bisa membedakan perkara ini dari sisi mana pun. Bagaimana mungkin ia diberi pertanyaan tentang apakah ia menaati perintah rasulnya? Sekiranya akalnya dikembalikan kepadanya di dalam kubur, ia tidak akan ditanya tentang hal-hal yang tidak mungkin diketahuinya sebab pertanyaan tersebut tidak bermanfaat baginya.
Hal ini berbeda dengan pertanyaan yang diajukan kepada mereka di akhirat. Allah mengutus seorang rasul kepada mereka lalu rasul itu memerintahkan agar mereka taat kepadanya dan mereka mempunyai akal untuk memikirkan hal ini.
Orang yang taat kepada rasul maka ia akan selamat. Dan orang yang mendurhakai rasul maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Adapun berkaitan dengan hadis Abu Hurairah, yang dimaksudkan dengan siksa kubur bagi anak bukanlah hukuman yang dijatuhkan kepadanya karena meninggalkan ketaatan atau karena mengerjakan hal yang dilarang. Â Pasalnya, Allah tidak menyiksa seseorang karena dosa yang tidak dilakukannya. Namun, siksa kubur yang dimaksudkan di sini bisa berarti penderitaan yang dirasakan orang yang meninggal karena sebab orang lain meskipun bukan berupa siksaan atas amal yang dilakukannya, Di antaranya adalah sabda Nabi:
Â
Â
Yang artinya :
"Sesungguhnya, orang yang meninggal dunia benar-benar disiksa karena tangis keluarganya."
Makna disiksa adalah menderita atau merasa sakit karenanya, bukan berarti ia disiksa karena dosa orang yang masih hidup, karena Allah telah berfirman,
Â
Yang artinya :
"Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain." (QS. Al-An'am: 164)Â
Jadi, arti kata siksa itu lebih umum daripada arti kata hukuman. Karena itu, tidak diragu lagi bahwa di dalam kubur ada penderitaan, kegundahan, dan penyesalan yang bisa berpengaruh pada anak-anak kecil sehingga ia merasa tersiksa karenanya. Maka orang yang menshalati jenazah anak kecil, hendaknya memohon kepada Allah agar Dia melindunginya dari siksaan yang seperti itu.
Sahabat muslimin dimanapun berada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentu hal yang lumrah, 2 pendapat diatas juga memiliki hujahnya masing-masing, namun di sini ibnul qoyum al jauziyah sang pengarang kitab, lebih memilih bahwa anak kecil tersebut tentu bisa saja disiksa bukan karena amalnya namun karena tangisan keluarga ataupun orang lain yang sangat meratapi kepergianya.
Semoga kita selalu diliputi keberkahan dan mendapatkan rihdonya
Waalu a'lam bis showab (salam)
REF : Kitab Ar-Ruh karya ibnul qayum al jauziyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H