1."Terlalu tinggi untuk kugapai, sejajar saja tak mungkin, apalagi mengharap hendak  bersanding"
2."Pekat hitam ronaku, noda-noda masa sekujur tubuh
Berkaca pada ronamu, rasaku sirna
biarkan dia binasa"
3."Menemukan sebagian impian, meraihmu tanganku patah, berujar lidahku putus,Â
sebab engkau bukanlah kamu"
4."Aku seorang kagum, dan  kagum adalah engkau
Aku adalah tidur, engkau adalah bangun.
Aku adalah Mayapada, engkau adalah sorgaloka"
Wahai hatiku semoga kuatlah engkau, yang harus kupatahkan dengan sengaja.
Biarkan aku bercanda dengan luka, agar tak terlalu kejam sakit yang akan kurasa.
Aku merayu pilu agar dia tidak membekukanku, biarkan kupatahkan saja hatiku sebelum lidah mungilmu yang melafadzkanya ! Lalu berakhir dengan patah yang tak terkira.
Hatiku, bukankah engkau sudah terbiasa dengan luka yang menganga,?Â
berdarah parah dan melahirkan kesah,
 saat ini duhai hatiku, sadarlah !!                  Asmara tentangnya hanya singgah, menyiratkan senyuman sinis yang mengiris.
Maafkanlah aku hatiku,Â
mematahkanmu kala baru mendapat semburan-semburan dan bibit cinta, kau tetap harus dipatahkan, bukanya aku kejam terhadapmu, tapi semua harus kulakukan,Â
"sebab aku punya suatu pemahaman duhai hatiku", luka yang ditorehkan sendiri setidaknya tidak menyumpahi dia, setidaknya kita selamat dari satu dosa lisan yang terluka.
*******
Tangerang, 29 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H