Para staf di puskesmas juga merasakan perubahan yang terjadi setelah ada program BADUTA, terutama dari Dina sendiri setelah beliau menjadi konselor. Dina sangat bersemangat untuk melakukan konseling.
“Bu Dina orangnya tanggap sekali. Bila ada pasien di KIA, dia minta untuk dikonseling. Anak buah Bu Dina itu jadi kalah sungkan karena Bu Dina bersemangat sekali. Kita setiap hari diingatkan untuk konseling, konseling, dan konseling.” Kata Bu Rikno.
Nur Khasanah juga mengisahkan bahwa Dina meminta dibonceng kemana-mana, berkeliling ke bidan-bidan desa agar dia mendapatkan kesempatan konseling ibu menyusui dan mempraktekkan proses IMD.
Seiring waktu, program BADUTA dapat menjadi dorongan untuk pemegang kebijakan di tingkat lokal untuk menyadari pentingnya masa 1000 hari pertama kehidupan demi masa depan bangsa. Ke depannya Dina berharap adanya dukungan dari semua pihak untuk dapat mewujudkan peningkatan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui dan anak bawah dua tahun. Termasuk dari pemerintah desa, organisasi profesi, serta Dinas Kesehatan.
“Saya berharap sekalipun sudah tidak ada program BADUTA, kami tetap bisa lanjut. Ada atau tidak ada dana yang mendukung, kalau kita anggap semua itu ibadah maka bisa kita lakukan.”
Lutfiatul Chamidah, Project Assistant BADUTA Save the Children – Yayasan Sayangi Tunas Cilik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H