“Dulu termasuk puskesmas setiap ada kegiatan selalu ada sponsor dari susu formula. Kemudian teman-teman yang sudah konselor berkomitmen bahwa sebesar apapun acaranya, kita tidak boleh meminta sponsor dari perusahaan susu. Yang lebih membuat saya senang adalah begitu teman-teman bidan selesai pelatihan dengan sukarela memberikan (susu formula) secara gratis dan setelah itu berhenti mengambil. Memang mereka sendiri yang berkomitmen.” Jelas Dina
Save the Children – Yayasan Sayangi Tunas Cilik sendiri menggandeng Yayasan SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) di bawah Pakar Bidang Menyusui, Dr. Utami Roesli sebagai pelatih sekaligus quality control dalam kegiatan implementasi 10 LMKM termasuk didalamnya pelatihan konseling menyusui beserta pendampingan pasca pelatihan. SELASI menekankan pentingnya skill konseling untuk dapat membantu ibu untuk dapat sukses menyusui.
“Saya merasakan sendiri kesadaran petugas dan cara memotovasi ibu berbeda setelah mereka mengikuti pelatihan yang diadakan Save the Children – Yayasan Sayangi Tunas Cilik. Kemampuan komunikasi melalui konseling membuat mereka lebih percaya diri. Tinggal penguasaan materi yang apabila semakin sering dilakukan (konseling) maka akan semakin mantap.” Jelas Dr. Utami Roesli
Puskesmas Tulangan adalah salah satu puskesmas yang berkomitmen akan menerapkan 10 langkah Menuju Keberhasilan Menyusui untuk mewujudkan Fasilitas Kesehatan Ramah Bayi. Sebagai tindak lanjutnya Dina sudah membuat beberapa kebijakan di tingkat puskesmas untuk mendukungnya. Langkah pertama adalah membuat Surat Keputusan 10 LMKM untuk di lingkungan kerja puskesmas.
Dina menuturkan “Mulai bulan Agustus kemarin, kita juga sudah memberlakukan harus menyerahkan surat pernyataan untuk tidak bekerjasama dengan perusahaan susu formula sebagai syarat wajib pengurusan Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) baik pembuatan baru maupun perpanjangan. Itu aturan dari puskesmas sendiri. Saya harap di IBI (Ikatan Bidan Indonesia) juga ada. Butuh dukungan juga dari organisasi profesi.”
Dina juga telah membuat kegiatan sosialisasi tentang ASI dan Menyusui bagi seluruh karyawan puskesmas. Tidak terkecuali staf non tenaga kesehatan baik tenaga administrasi sampai tukang parkir. Kegiatan tersebut dibagi dalam beberapa gelombang yang hingga saat ini sudah 3 gelombang yang dilaksanakan. Sebagai pemateri adalah para konselor secara bergilir. Durasi sosialisasi minimal 4 jam dari jam 10.00 sampai jam 14.00 lengkap dengan konsumsi yang disediakan puskesmas.
“Bila ada penjelasan konselor yang dirasa kurang sesuai, maka Bu Dina meminta diulang. Pun bila ada yang berhalangan hadir maka harus digantikan oleh konselor lain. Intinya poin-poin materi yang vital untuk diketahui seperti IMD dan ASI Eksklusif. Bagaimana caranya dalam kurun waktu 4 jam itu peserta mengerti.” Tutur Nur Khasanah, salah seorang Bidan Puskesmas Tulangan yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui dan pemberian makan pada bayi dan anak.
Setelah kegiatan sosialisasi, Dina melakukan review terhadap materi yang disampaikan kepada peserta.
“Saya yang pertama kali memberikan materi ini ketika sosialisasi. Setelah selesai Bu Dina menanyakan kembali ke peserta tentang poin-poin sosialisasi seperti apa itu IMD. Ketika itu jawabannya kurang nyambung. Akhirnya saya dianggap gagal dan saya harus mengulang kembali keesokan harinya.” Cerita Rikno, salah satu konselor menyusui. Hal tersebut akhirnya memacu untuk dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum memberikan sosialisasi.
Ada juga kebijakan praktek Pelayanan Konseling Pemberian Makan Pada bayi dan Anak di puskesmas dengan memaksimalkan pelayanan di bagian KIA. Setiap hari ada 2 bidan desa yang piket di puskesmas. Anak usia kurang dari 24 bulan baik sakit maupun tidak wajib untuk dikonseling.
Selain fokus pada sosialisasi ASI eksklusif dan menyusui, Dina juga menaruh perhatian pada praktek Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak secara lebih menyeluruh. Puskesmas Tulangan memperbanyak buku saku Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), yang diberikan saat pelatihan konseling PMBA, untuk dibagikan ke semua posyandu wilayah kerja puskesmas sebagai pegangan. Selain itu, puskesmas juga membagikan brosur kepada masyarakat, meskipun tidak memakai kertas yang bagus. Penggandaan ini sendiri menggunakan dana JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).