Mohon tunggu...
Apri Andi
Apri Andi Mohon Tunggu... -

manusia Indonesia kebanyakan, PNS sebagaimana adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa di Belakang Jokowi?

15 Maret 2014   19:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa dibelakang jokowi? Kalau ditanya ke akun @triomacan2000 jawabannya pasti : Pengemplang BLBI dan konglomerat hitam yang ingin berkuasa penuh. Dan kalau ditanya ke para pendukung jokowi, pasti akan dijawab dengan lantang : Rakyat Indonesia!!!

Saya tidak sepenuhnya percaya pada trio macan yang kadang-kadang kelihatan terlalu banyak sensasi, tapi jawaban para pendukung fanatik jokowi diatas juga terlalu naif.

Bagus atau jelek kinerja jokowi, tidak akan diketahui orang jika tidak terus-terusan diberitakan oleh media tanpa pernah absen sejak sebelum diangkat jadi Gubernur DKI. Dan jika tidak diketahui atau dikenal orang, mustahil pula walikota dari sebuah kota kecil yang bahkan bukan ibukota propinsi itu bakalan didukung habis-habisan.

Jujur saja, media sangat getol memberitakan hal-hal positif dari jokowi, sekalipun hal positif tersebut masih berwujud wacana. Jika boleh berandai-andai, jika sekiranya cara media memberitakan jokowi sama saja dengan caranya memberitakan tokoh kepala daerah lain. Maka judul pemberitaan yang berkaitan dengan jokowi malah justru condong negatif : "Telah diresmikan, ternyata monorail belum tanda tangan kontrak", "Jakarta memecahkan rekor, banjir berulangkali dalam satu bulan", "Sepi pembeli, pedagang blok G kembali ke pinggiran jalan", "Program KJS abaikan fungsi kontrol, sebabkan penumpukan pasien di RS".

Dan soal pemberitaan inilah yang menimbulkan pertanyaan terbesar buat saya : mengapa media merasa begitu perlu memberitakan Jokowi berkali-kali setiapharinya, sampai ke level berita yang tidak penting sekalipun? (contoh : jokowi terdiam). Lagi, kalau ditanyakan ke para pendukung jokowi, jawabannya pasti : karena jokowi itu terkenal, maka setiap pemberitaan tentang jokowi pasti menjual.

Oh, c'mon. Saat jakarta banjir besar, siapa juga yang mau-maunya baca berita tentang jokowi termenung? Dan bahkan majalah khusus gadis ABG pecinta korea sekalipun tidak melulu membahas satu boyband yang sama setiapkali terbit.

Pemberitaan jokowi yang sering tidak penting, tetapi banyak banyak sampai berulang-ulang dan terasa annoying itu serupa dengan iklan televisi yang singkat tapi berulang-ulang dan terasa menyebalkan : sekalipun menyebalkan, anda pasti akan ingat dengan produknya, plus, jingle nya yang menyebalkan itu malah terngiang-ngiang dalam kepala.

Sejak dari awal memimpin DKI, mulai dari aktivitas harian, statemen yang dikeluarkan di media, jawaban yang tidak pernah tegas saat ditanya soal pencalonan presiden, sampai kepada frekuensi pemberitaan media sekalipun, jokowi selalu terlihat seperti berkampanye. Seolah, sejak terpilih memimpin DKI, jokowi memang dipersiapkan untuk dicalonkan jadi presiden dan posisi gubernur hanyalah bagian dari kampanye untuk menjadi presiden.

Sekali lagi, jawaban bahwa yang ada dibelakang jokowi adalah Rakyat Indonesia adalah terlalu naif. Karena sesuai dengan penjelasan saya sebelumnya, dalam situasi seperti saat ini, yang disebut "rakyat" bisa dipandang sebagai sekumpulan massa yang telah berhasil dipengaruhi oleh pemberitaan tentang jokowi. Dan siapa yang mengontrol pemberitaan itulah yang saya pertanyakan.

Teori pendukung jokowi bahwa jokowi diberitakan setiap hari adalah karena banyak pemujanya dan karena itu laris diberita, saya rasa cukup logis. Tetapi satu faktor yang dilupakan disini adalah bahwa berita negatif lebih "laris" dibandingkan berita positif, karena ada faktor surprise yang akan menyebabkan pembaca berbondong-bondong membaca berita yang sensasional. Dan setelah satu tahun lebih jokowi melulu diberitakan hal positifnya, mengapa hampir tidak ada yang kemudian mencari sensasi dengan menjual berita negatif? (busway karatan atau kelemahan manajemen misalnya). Selain itu, pemberitaan jokowi sudah sampai kadar kebanyakan, sehingga tidak nikmat lagi untuk dibaca. Bahkan ada media (sebut saja namanya detik.com hehehe) yang bahkan sering memuat berita yang sama berulang-ulang, hanya dengan mengganti judul dan sedikit edit narasi, siapa juga yang mau-maunya membaca berita yang sama berulang-ulang?

Karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa teori @triomacan2000 tentang konglomerat hitam yang ingin menguasai Indonesia lewat presiden boneka yang bisa dikontrol sesuka hati. Walaupun saya berharap bahwa teori tersebut salah, tetapi ada logika dibelakangnya, siapa lagi yang bisa mengontrol beberapa media sekaligus dan memastikan ada sekian spot berita setiap hari untuk jokowi jika bukan seseorang atau organisasi yang bermodal besar? Saya tidak punya agumen untuk membenarkan ataupun menolak teori ini, tapi yang jelas kalau teori @triomacan2000 ini benar, maka jelaslah kacau cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun