Aku dibuat kagum dengan sikap tegar dan tidak cengengnya. Â Ia melayani kami dengan sabar dan selalu memberikan alternatif-alternatif bahan dan harga yang sesuai dengan minat juga kemampuan kami.
Jika suatu hari mengunjungi Jepara jangan lupa berbelanja di toko Ge.Er milik mbak Yenni ya.
2. Mbak Dyah, Lasem
Perempuan muda yang berprofesi sebagai MUA, kutemui ketika berada di Lasem. Â Walaupun tubuhnya berisi, ia sangat gesit dan trampil.
Aku memakai jasanya karena akan melakukan pemotretan di rumah-rumah tua yang legendaris di Kota Lasem (cerita tentang Lasem akan kuceritakan di tulisan berikutnya).
Mbak Dyah dengan segala bawaan dan gembolannya untuk merias wajah datang tepat waktu jam 6 pagi. Â Cerah ceria dan penuh optimisme sehingga kantuk dan cemasku menguap dibawa angin pagi.
Dengan cepat namun teliti, mbak Dyah memulai tugasnya meriasku. Â Sambil mengobrol agar suasana menjadi akrab dan cair, aku menanyakan tentang cara ia bertahan dalam kondisi pandemi karena sejauh yang aku tahu bisnis pariwisata dan event organizer sangat terkena dampaknya.
Jawabnya dengan ringan bahwa dia membanting setir, dari hobinya main game ia berhasil bertahan hidup bahkan mampu membayar cicilan mobil, dll. Diawal pandemi semua pekerjaan yang sudah dijadwalkan harus di cancel sehingga pemasukan berkurang bahkan Nol. Â Tabungan juga terkuras sedangkan PPKM masih berlanjut. Â Namun ia terus berikhtiar menjaring rejeki karena suaminya juga diberhentikan oleh tempatnya bekerja. Â Akhirnya dari hobi main gamenya, ia mulai menjaul voucher sehingga mendapatkan penghasilan yang lumayan.
Sekarang ketika level PPKM diturunkan dan sudah ada order lagi, ia mulai melayani panggilan untuk merias penganten di Lasem bahkan sampai Jakarta, Semarang dan Surabaya.