3. Lipatan ketiga adalah lipatan sebanyak lima kali yang disebut sebagai PANCANITI.
Pola iket makutawangsa menghasilkan akhir pola ikatan ke atas dan ke bawah.
Yang bermakna panceg ka luhur, tapi ulah pohang (melihat ke atas 'maksudnya pada Sang Pencipta', dan tidak sombong).
Begitulah filosofi makutawangsa yang pada masanya dipakai oleh bangsawan kerajaan alias 'pemimpin' yang tetap rendah hati, bentuk sosok pemimpin yang jarang ditemui pada masa ini.
Dari semua itu adalah sebuah simbol yang mengajak kita untuk kembali pada Budaya Bangsa, Hidup lebih membumi , Bekerja dan berkarya dengan kerendahan hati juga pesan nyata untuk merawat Bumi.
Seperti yang dilakukan dan diamalkan oleh suku Baduy.
Salam berbagi
Jakarta
16 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H