Mohon tunggu...
Savita Karyatama Apr
Savita Karyatama Apr Mohon Tunggu... Freelancer - Event Enthusiast

Seorang pengembara yang suka bercerita tentang kehidupan, peristiwa, sejarah, dan hal seru lainnya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pt.2 | Anak Hutan di Kaki Pelangi: Kenapa Mataku?

15 Maret 2024   14:22 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:28 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustari: Savita Karyatama Apr

Singkat cerita perjalanan pengobatan mata Mona di Bandung pun dimulai.

Setelah beberapa rangkaian dasar, Mona dirujuk untuk mengikuti tes lanjutan yang lebih spesifik. Pada tahap ini ia diarahkan untuk memasuki ruangan yang besar, dingin, dan minim cahaya. Ditengah ruangan terdapat alat besar entah apa namanya, bisa saja alat yang disebut NCT, Foto Fundus, OCT, atau HFA. Mona tidak tau pasti, yang jelas adalah fakta selanjutnya yang akan ia terima.

Mona didiagnosis positif toksoplasmosis, tidak hanya mata kirinya, namun juga mata kanannya. Seperti toksoplasmosis pada umumnya, penyakit Mona terjadi karena infeksi parasit Toxoplasma gondii. Umumnya infeksi tersebut ditularkan oleh ibu hamil ke bayi mereka (kongenital atau bawaan) atau melalui makanan yang terkontaminasi atau daging setengah matang. Yang berbahaya dari parasit ini adalah orang yang terinfeksi tidak memiliki tanda-tanda yang mudah di identifikasi, mereka tidak akan tahu bahwa dirinya sedang terjangkit parasit ini. Parahnya toksoplasmosis dapat menyebabkan masalah serius bagi yang memiliki kekebalan tubuh lemah, apalagi infeksi pada retina dan koroid mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan sementara hingga kebutaan permanen.

Yang terjadi pada Mona adalah saat parasit toksoplasma tersebut menggerogoti retinanya, saat itulah penglihatannya mulai kabur. Namun Mona mengabaikan hal tersebut karna memang ia merasa tidak sakit apapun. Hingga detik diagnosis itu dibacakan sang dokter, ternyata parasit yang mengobrak-abrik matanya sudah hilang musnah karena sistem kekebalan tubuh Mona sendiri yang mengusirnya. Yang tersisa adalah lesi atau bekas luka yang tidak ada obatnya. Lesi tersebut menutup pintu masuknya cahaya ke retina di mata kiri Mona, jika digambarkan maka setiap penglihatan Mona akan hilang dibagian tengahnya. Seperti ada lingkaran besar berwarna hitam yang menutup ruang melihatnya. Sedangkan matanya harus mendapatkan cahaya sehingga mengakibatkan perubahan posisi normal mata. Atau yang disebut juling. Ya, Mona menjadi juling. Tidak bisa melihat dengan benar dan simetris lagi. Bisa dikatakan mata kiri Mona tidak bisa digunakan secara maksimal lagi, bahkan untuk mengecek minus atau tidak saja data mata Mona sudah tidak terbaca lagi. Hanya pada mata kanan kini ia bergantung.

Beruntung lesi di mata kanannya tidak terlalu mengganggu retinanya, padahal jika dilihat dari hasil rontgennya, letak lesi tersebut nyaris mengenai retinanya juga. Jika hal itu terjadi, maka Mona tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat dunia lagi. Satu-satunya yang bisa ia andalkan adalah mata kanan yang sudah minus 7 itu. Jika ia tidak bisa menjaga matanya lagi kali ini, maka tidak tahu apa yang terjadi. Mendengar hal tersebut, hati siapa yang tidak terpukul?

"Dok, tolonglah dibantu gimana ini supaya anak saya bisa sembuh seperti dulu lagi. Tolonglah dok.." pinta ayah Mona diruangan dokter yang mungkin suaranya bisa menggema hingga ke ruangan lain.

"Memang tidak ada pak, ini sudah lesi, sudah bekas luka, tidak ada lagi obatnya" jelas sang dokter sekali lagi

Ayah Mona tertunduk lesu sementara sang ibu sudah berkaca-kaca. Apapun yang dikatakan ayah, ibu, bahkan dokter tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Namun ayah dan ibu Mona tidak menyerah. Keesokan harinya mereka pergi ke sebuah rumah praktik dokter spesialis mata yang katanya legenda dalam hal ini. Ke rumah seorang laki-laki tua yang menyambut dengan baju batik berwarna coklat dan celana hitam bergaya tahun 80an. Rumahnya asri hijau dengan wangi pepohonan seperti setting rumah Milea dalam film Dilan 1990. Hasilnya? Nihil. Sang legenda spesialis mata tersebut juga mengatakan bahwa tidak ada obat untuk menyembuhkan mata Mona.

Mona sekeluarga pulang dengan tangan kosong dari kota yang terkenal dengan julukan lautan api itu membawa fakta-fakta yang tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya.

Fakta pertama, jawaban dari seluruh keluhan matanya adalah akibat parasit yang kini ia beri nama toxoplasma sialan gondii. Ia akan mengingat nama parasit ini selamanya.

Fakta kedua, ia akan juling dan harus memakai kacamata kemana-mana. 15 tahun hidup secara normal dengan mata yang normal harus berubah menjadi kebalikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun