Di sisi lain, ditempat yang mungkin tidak kita ketahui.
Ibu dan ayah Mona telah sampai di rumah mereka. Sejenak ibu Mona terdengar menarik nafas Panjang hingga ayah Mona bertanya apakah dirinya baik-baik saja atau tidak
"Ya, aku baik-baik saja" jawab ibu Mona seraya berjalan memasuki kamar, kemudian menutup pintunya.
Sudah cukup lama ibu Mona tidak membuka pintu kamarnya, sang ayah kemudian bergegas untuk menghampirinya. Ia menemukan ada seorang wanita yang baru saja melaksanajan ibadah dan berdoa agar anaknya menjadi anak yang mandiri. Berdoa agar anaknya bisa membanggakan orang tua. Seorang wanita yang mungkin saja, semenjak tadi, menjadi tokoh 'orang jahat' dalam sepanjang kisah ini. Ya. Ibu Mona. Dalam setiap doanya, sang ibu selalu menyertakan nama Mona dalam bait-bait permintaan tulusnya kepada Tuhan. Ia berharap semoga Mona tetap sehat dan berbahagia meskipun dirinya tidak ada di sampingnya. Baginya, Mona adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan untuk dirinya sehingga ia rela berkorban apa saja untuk Mona. Iya, baginya Mona begitu berharga.
Mona terus menjalani hari-harinya di sekolah berasrama. Ia mengikuti kegiatan belajar dengan baik, mengikuti ekstrakurikuler, dan berteman baik dengan seluruh penghuni asrama. Tapi apakah benar ia baik-baik saja?
Pesan moral: Perlunya untuk memahami satu sama lain. Karena setiap tindakan belum tentu dimaknai dengan makna yang sesungguhnya. Diperlukan juga kata-kata untuk menjelaskannya. Anakmu tidak tau segalanya, dan ibumu belum tentu memberitahukan segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H