Mohon tunggu...
Savita Karyatama Apr
Savita Karyatama Apr Mohon Tunggu... Freelancer - Event Enthusiast

Seorang pengembara yang suka bercerita tentang kehidupan, peristiwa, sejarah, dan hal seru lainnya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pt.1 | Anak Hutan di Kaki Pelangi

1 Maret 2024   11:50 Diperbarui: 13 Maret 2024   09:29 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pribadi: Savita Karyatama Apr

Ternyata perpisahan tidak semenyakitkan itu, pikirnya. Ketika teman-teman yang lain tidak ingin ditinggalkan oleh keluarganya, Mona justru terlihat baik-baik saja dan mempersilahkan ayah ibunya pulang dengan lapang dada. Mona melambaikan tangan pada punggung mobil yang melaju meninggalkan ia sendirian disana. Lalu Mona tiba-tiba tertawa, seperti dibawah air hujan yang wanginya seperti tanah bumi.

Mona akhirnya menjalani kehidupannya di asrama. Di hari pertamanya, ia menyaksikan semua teman-temannya menangis sebab merindukan orang tuanya. Padahal baru sekitar lima jam sejak adegan pamit-pamitan tadi berlangsung.

Salah satu di antara mereka yang tangisnya paling kencang adalah Iren, tak tau apa penyebab yang membuat ia sangat histeris. Hal itu mengundang pertanyaan di hati Mona dan membuatnya menghampiri gadis dengan pipi gempal itu.

"Kenapa kamu histeris sekali?" tanya Mona kepada Iren sembari duduk disebelahnya

"Aku rindu mama, aku gak bisa tidur kalau tidak disebelahnya. Hiks hiks" ucap Iren lirih dalam isak tangisnya

"Bersabar saja ya Ren, kamu pasti akan terbiasa" ucap Mona menepuk pundak Iren

"Memangnya kamu tidak sedih?" tanya Iren

Mona langsung tertawa dan beranjak dari duduknya, ia berputar-putar di tengah ruangan dan melompat-lompat seperti anak ayam. Lalu ia berjalan kesana kemari seperti komidi putar.

"Tentu saja tidak, aku sangat senang disini, tidak ada yang memarahiku, tidak ada yang memukulku, tidak ada yang mengekangku untuk meluapkan perasaan" ucap Mona dengan lantang hingga seluruh teman asramanya mendengar

"Dan yang terpenting... Aku tidak kesepian!" lanjut Mona masih dengan tertawa

Mona merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa pergi dari rumah yang sama saja penjara baginya. Ia senang tidak bertemu dengan ibunya, dan berfikir bahwa ibunya pasti juga senang jika tidak ada dirinya dirumah. Sejenak Mona menyadari bahwa mungkin memang ibunya sangat membenci dirinya, itulah sebabnya kenapa ibunya bersikeras untuk menempatkan Mona di asrama. Mona benar-benar menikmati setiap detik dalam hidupnya untuk tertawa, berlarian keluar ketika hujan datang, dan bermain bersama teman-temannya. Ia menceritakan kisah apapun kepada temannya, ia pandai dalam bercerita, dan semua menunggu Mona untuk bercerita. Hal yang tidak pernah ia lakukan dirumah justru dapat dicurahkan kepada orang lain yang sejatinya bukan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun