Mohon tunggu...
Savira Dea Masitha
Savira Dea Masitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perempuan

20th, Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Diet Ekstrim Pemicu Gangguan Makan yang Dapat Menurunkan Fungsi Kerja Otak

27 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   09:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Gangguan makan dapat menyerang semua orang, namun sering kali dialami oleh perempuan. Menurut artikel yang dilansir dari American Psychological Association (APA), sebanyak 20 juta perempuan di dunia pernah mengalami gangguan makan, dimana jumlahnya dua kali lipat lebih besar dari laki-laki. Gangguan makan atau eating disorder adalah sebuah kondisi dimana penderitanya mengembangkan pola makan yang ekstrim karena diliputi oleh rasa khawatir mengenai kenaikan berat badan. Jenis gangguan makan yang banyak diketahui, antara lain anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

Secara singkat, anorexia nervosa adalah gangguan makan dimana penderitanya mengonsumsi makanan dalam jumlah yang abnormal atau sangat sedikit dan selalu merasa jika dirinya kelebihan berat badan. Sedangkan bulimia nervosa adalah gangguan makan yang memiliki selang periode waktu makan. Penderitanya akan makan banyak dalam kurun waktu tertentu kemudian dengan sengaja akan memuntahkannya kembali dan mereka setelahnya melakukan diet yang snagat  ketat. Kedua jenis gangguan makan tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika terjadi secara kronis.

2017 yang lalu, saya sempat mengalami gangguan makan. Saat itu saya memiliki berat badan yang menurut saya tidak ideal. Pada awalnya saya tidak begitu memikirkan hal-hal seputar penampilan, namun ada beberapa teman yang melontarkan kalimat-kalimat kurang mengenakkan dengan alasan hanya bercanda. Tentu saja saya merasa sakit hati dan menjadi kurang percaya diri dengan penampilan saya, terutama bentuk tubuh saya. Karena itulah saya menjadi termotivasi untuk menurunkan berat badan dengan diet.

Diet yang saya jalani selama kurang lebih 6 bulan sangat tidak sehat dan tergolong diet ekstrim karena berat saya turun secara drastis. Saya membatasi konsumsi kalori harian dengan ketat dan berolahraga dengan durasi 90 menit setiap harinya. Jadwal makan berat saya hanya satu kali dalam sehari. Biasanya untuk sarapan saya hanya meminum susu atau memakan buah saja. Lalu ketika istirahat di sekolah saya hanya mengonsumsi snack bar rendah kalori dan air putih 2 liter. Sepulang sekolah barulah saya mengonsumsi nasi, itupun hanya sebanyak 5 sendok makan saja. Dan malamnya, sekitar pukul 7 malam saya berolahraga dengan mengikuti sebuah video workout di youtube.

Selama melakukan diet ketat tersebut, banyak efek negative yang saya rasakan. Saya menjadi mudah lelah, sulit berkonsentrasi, sering lupa, menstruasi menjadi tidak lancar, dan takut terhadap makanan. Setiap kali saya melihat nasi, saya selalu terbayang akan kenaikan berat badan dan berakhirlah hanya mengonsumsi beberapa sendok nasi saja. Hal itu berlangsung selama 3 tahun, bahkan hingga saat ini saya terkadang masih merasakan takut akan kenaikan berat badan jika mengonsumsi banyak nasi dan memiliki persepsi jika badan saya gemuk. Bahkan saya sempat beberapa kali memiliki keinginan untuk memuntahkan kembali apa yang telah saya makan.

Dalam perspektif Islam, diet ekstrim seperti ini sangat tidak anjurkan karena hal itu menyiksa diri sendiri. Diet yang baik menurut Islam adalah diet yang memperhatikan asupan gizi seimbang dan tidak berlebihan. QS. Al-A'raf ayat 31 menjelaskan tentang perintah untuk tidak mengonsumsi sesuatu secara berlebihan karena Allah SWT tidak menyukai hal-hal yang berlebihan. Selain itu, dalam surat At-Takasur ayat 8 juga memerintahkan kepada kita sebagai umat muslim untuk selalu menjaga kesehatan dengan cara yang baik agar berdampak baik pula ke jasmani kita.

Gangguan makan seperti yang saya alami di atas jika dilihat dari kacamata biopsikologi memiliki kaitan dengan fungsi kerja otak kita. Makan merupakan perilaku interes yang dilakukan setiap orang demi memenuhi kebutuhan energy sehari-hari untuk bertahan hidup. Ada 3 jenis energy yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu lemak, asam amino, dan glukosa. Lemak menjadi csdangan energy yang paling banyak disimpan oleh tubuh.

Blundell 1984, 1986; Leibowitz & Shor-Posner 1986; Leibowitz et al. 1988; Samanin 1983, menyatakan jika serotonin sangat penting bagi otak dalam mengendalikan perilaku kita, yang meliputi persepsi, suasana hati, nafsu makan, memori, perhatian, dsb. Serotonin adalah sebuah neurotransmitter yang juga memiliki peran dalam mengatur pola makan dan pemilihan nutrisi yang letaknya berada di hipotalamus medial. Disanalah terjadi aktivitas serotonergik yang dapat memicu rasa lapar dikarenakan adanya defisit penyimpanan energy. Serotonin menjadi aktif ketika bertemu dengan makronutrien (lemak, karbohidrat, dan protein) dengan mengaktifkan neuron kenyang yang berada di hipotalamus medial untuk menghentikan makanan yang kaya akan karbohidrat.

Orang dengan gangguan makan cenderung mengalami penurunan fungsi otaknya dalam hal perhatian, fokus, dan memori karena mereka membatasi asupan nutrisi dan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Dengan membatasi asupan makanan, tentunya akan membawa dampak yang cukup buruk bagi otak karena tidak mendapatkan nutrisi dan gizi yang cukup. Dampaknya otak akan mengalami kesulitan dalam berpikir, mengelola emosi, serta dalam memproses sebuah informasi.

Referensi

Association, A. P. (2020). This fact sheet explains how psychotherapy can help people recover from these dangerous disorders. Eating Disorders, p. 1.

Barnes, J. P. (2019). Biopsikologi Edisi 10. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, B. L. (2013). MAKANAN DAN MINUMAN Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains. Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. 

Berger, M., Gray, J. A., & Roth, B. L. (2009). The expanded biology of serotonin. Annual review of medicine, 60, 355-366.

Leibowitz, S. F. (1990). The role of serotonin in eating disorders. Drugs, 39(3), 33-48.

Wahyudi, M. N. (2015). Pola hidup sehat dalam perspektif al-Quran (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun