“Astagfirullah!” Sambil menyerukan kalimat Istigfar, Mukhlis mengarahkan pandangannya ke luar jendela, ke seberang paviliun.
Ruang tamu kami memang memiliki jendela yang sangat besar. Sepertiga dinding paviliun ini memang dibangun dari kaca, sehingga keadaaan di ruang tamu akan terlihat jelas apabila dilihat dari luar.
Serentak kami mengalihkan perhatian kami ke arah tatapan Mukhlis. Kami melihat dengan jelas sosok yang terbalut kain putih dari kepala sampai kaki, terseok-seok menuruni anak tangga yang berada di rumah induk semang.
Tak percaya dengan pemandangan yang terlihat, tak satupun dari kami yang dapat bersuara selama beberapa saat. Seolah-olah tenggorokan kami semua tersumbat. Keheningan yang sejurus kemudian berubah menjadi keriuhan.
“Bubar! Bubar! Seru Adi. “Bentar lagi subuh. Ibu kost udah berangkat ke masjid, tuh.”
Kami pun lalu tergelak menyadari kekonyolan kami. Sempat takut juga. Abis kaget, sih… :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H