“Lo liat juga kan?” Tanya Bima memastikan. Okta hanya mengangguk.
Keduanya segera berlari mengelilingi pekarangan rumah menuju ruang depan.
“Woyy… buruan beresin barang-barang. Kita Cabut! Rumah ini ngga beres.” Seru Bima kepada teman-temannya di ruang depan. Mereka segera menuruti perintah Bima meskipun setengah bertanya-tanya.
Setibanya di mobil, Bima memerintahkan temannya yang menyetir untuk menjalankan kendaraannya dengan kencang. Beberapa saat setelah mobil berjalan, Okta dan Bima lalu menceritakan kepada yang lain tentang kejadian yang mereka alami di dapur. Suasana mobil menjadi hening. Semua orang tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Angga yang menyetir kendaraan, tiba-tiba menegur Bima yang duduk di kursi penumpang depan.
“Lu jangan sampe ketiduran ya, Bim. Pokoknya ajak gue ngobrol.” Meskipun sedikit heran, Bima hanya mengiyakan permintaan aneh tersebut.
Belakangan Angga mengaku, bahwa dalam perjalanan pulang Ia berkali-kali mendengar bisikan yang memerintahkannya untuk membelokkan kemudi di rute lurus yang memang sudah sering Ia lewati dan hapalkan di luar kepala.
Anehnya, dalam perjalanan kali ini, rute yang seharusnya hanya membentuk satu jalur lurus terlihat seolah-olah memiliki beberapa percabangan di tengah-tengah. Dan Angga ingat sekali kalau jalur-jalur yang bercabang tersebut seharusnya tidak ada.
***
Waktu kurang-lebih sudah berlalu tiga puluh menit semenjak Bima memulai ceritanya. Beberapa dari kami tak tahan berkomentar untuk menanggapi setelah mendengar cerita Bima tersebut. Mungkin Bima memang memiliki bakat sebagai story-teller. Suasana angker yang ia ceritakan begitu terasa meskipun kami tidak ikut mengalami kejadian tersebut. Satu-dua orang dari kami bahkan mengaku kalau bulu kuduk-nya sempat merinding saat Bima menceritakan pengalamannya tersebut.
Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara Mukhlis.