Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Fakta, Ahok Tidak Perlu Dibela?

31 Agustus 2015   11:49 Diperbarui: 31 Agustus 2015   13:05 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dipikirkan dengan cukup matang akhirnya penulis bertanya-tanya mengapa “Teman Ahok” membela Ahok? Sebaliknya mengapa ada pula yang menamakan dirinya “Bukan Teman Ahok”. Jadi seperti sebuah acara talk show ngakaknya si Tukul Arwana , yang setelah dibredeli oleh Komisi Penyiaran dia besoknya nama acaranya berubah menjadi Bukan Empat Mata, sebelumnya acara itu bernama Empat Mata. Apakah orang-orang yang membela Ahok itu tidak punya kesibukan lain? Sebaliknya apakah mereka yang mengkritrik Ahok itu terlalu santai? Bukankah saat ini lebih baik mengambil waktu kerja, kerja dan kerja. Membela Ahok itu nampaknya sedang menjamur di Jakarta, temasuk juga diIndonesia dan para netizen baik yang di dalam maupun luar negeri.

Penulis mencoba amat-amati dari jauh mengapa orang begitu membela dia, padahal sebagain bukan pemegang KTP Jakarta, hanya ikut-ikutan menjadi team pemain figuran yang barang kali Ahok tidak mengenalnya. Ada beberapa fakta kebenaran yang membuat penulis merasa geram dengan mereka yang di Jakarta, alasannya adalah bukankah semua program Ahok telah mulai dinikmati oleh orang-orang Jakarta sedikit demi sedikit, lalu bila masih dalam proses kerjanya yang belum selesai tentu tidak ada seorangpun yang berhak menilai. Nah di luar rumah menikmati hasil karya Ahok, tetapi sesudah itu mencaci Ahok? Jadi hanya mau enaknya saja. Orang-orang inilah yang menciptakan suasana “galau” sehingga Ahok di bela? Padahal sebenarnya mereka yang selalu mencari kesalahan Ahok itu yang dipertanyakan.

Jabatan seorang Gubernur sebenarnya diibaratkan seorang ayah yang mengayomi, menjaga , memelihara anak-anak. Anak-anak diberi kasih-sayang dan kepintaran supaya kelak menjadi anak yang baik. Tatkala proses mendidik anak ini kadang sang Ayah harus marah, cubit, jewer, dan barang kali sesekali memakai rotan. Waktu sang anak menjalani proses itu mereka meras sakit dan terpikir kenapa si ayah begitu jahat. Sedangkan sang Ayah tahu jelas bahwa kasih itu tidak harus memanja; oleh sebab itu asalkan kebenaran diajarkan maka ayah tidak pernah takut disalahkan, kecuali sang ayah kelewatan “jahat”. Selama tujuan sang ayah demi kebaikan anak-anaknya maka sang anak yang sehari-hari bertambah dewasa akan berpikir secara dewasa pula. Nah analoginya sama seperti Ahok, dalam proses pembangunan, maka ada waktu untuk bongkar dan pasang, ada waktu untuk memindahkan, ada waktu untuk berlaku “agak kasar” karena sang anak bandel dengan harapan bahwa kelak Jakarta menjadi kota nomer satu di dunia.

Makanya jikalau Ahok mau kedudukannya aman, disayang orang banyak, ia cukup menjalankan tugas apa adanya, seperti para pegawai negeri jaman dulu, yang penting habis bulan terima gaji buta lalu dua bulan sekali pergi ke Luar Negeri. Ternyata yang menjadi sakit-kepala banyak orang, karena Ahok tidak peduli dan tidak takut akan jabatannya diambil orang, baginya jikalau memang di priode mendatang jikalau memang ada yang lebih baik dari dia ya jangan pilih dia kembali, gitu aja koq repot.

Fakta di sini menunjukkan bahwa Ahok tidak perlu dibela, kenapa? Karena Ahok memang tidak bersalah, kesalahannya terletak pada orang-orang yang mempersalahkan dia. Jikalau hukum mau ditegakkan maka fakta bahwa Ahok benar dalam menjalankan tugasnya, yang menjadi masalah adalah yang berseberangan dengan dia yang selalu mencari kesalahannya. Hal ini tentu hal yang biasa, karena yang berseberangan dengannya juga pengin berkuasa.

1. Pembayar Pajak : Ketegasan dan ketelitian Ahok di dalam jabatannya, ia ingin semua orang membayar pajak, khususnya para pengusaha hingga yang kelas kakap. Selama ini banyak orang yang mempermainkan pajak, itu sebabnya para pembayar pajak ini merasa terganggu, mestinya mereka bisa mendapat keuntungan lebih banyak. Tetapi gara-gara Ahok, keuntungannya berkurang. Nah jikalau memang ada orang yang ngak suka pada Ahok, ya orang-orang ini, namun kenyataannya kan tidak demikian, Ahok tetap saja berkawan dengan mereka dan mereka tetap support program Ahok.

2. Staff Ahok : Begitu Ahok menduduki jabatan beliau mengadakan pembaharuan dalam organisasi, itu sebabnya mereka yang kerjanya tidak becus di staffkan, lalu mereka yang terlibat korupsi dipecat; tentu hal ini membuat banyak orang merasa tidak nyaman dan barangkali ada yang tidak senang dan tersinggung. Namun jikalau piker ulang ngapaian tersinggung, toh memang anda yang salah kerjanya tidak becus serta menerima uang untuk pribadi. Dengan kata lain bukan salah Ahok, karena para pegawai yang kerjanya tidak baik.

3. Para PKL : Pedagang Kaki Lima yang dipindahkan kemudian ditepatkan ke dalam kios-kios dalam pasar tentu merupakan bentuk nyata kinerja Ahok membangun kota Jakarta, buktinya sebagian kota yang tadi macet total telah berubah menjadi lancar, ditambah lagi jalanannya menjadi rapih dan enak dipandang mata.

4. Wakil Rakyat : Wakil Rakyat pernah merasa tersinggung akibat ucapan Ahok, namun yang diucapkan itu merupakan bukti nyata sehingga Ahok telah menyelamatkan uang berapa puluhan triliun. Jika melihat kenyataan ini Ahok berada pada pihak yang benar dan rakyat tidak perlu ikut-ikutan membenci Ahok. Lagi pula sebagai orang yang dewasa berpikir maka masalah organisasi jangan pernah dicampur dengan masalah pribadi, sehingga jika kita perhatikan bila Ahok bertemu para wakil Rakyat mereka tetap saja bersalaman dan senda gurau dan berteman.

5. Kaum Buruh : Salah satu bentuk kerja nyata Ahok adalah mengadakan negosiasi dengan kaum Buruh, walaupun tuntutan kaum buruh tidak bisa dipenuhi 100%, namun paling sedikit Ahok telah melakukan sebuah karya nyata. Kaum buruh yang demo tidak dianggap musuh, tetapi mereka adalah teman yang boleh berdialog dan berkomunikasi. Jikalau sudah begini masih dianggap salah tentu kelewatan orang-orang yang menuduhnya.

6. Ormas : Cara Ahok menyelesaikan masalah serta ucapan-ucapan Ahok yang dianggap kasar sering kali dianggap sebagai kesalahan yang besar bagi sebagian orang yang mengganggap dirinya mewakali masyarakat. Namun bila dilihat kebalikannya, ada orang yang benar-benar tegar tengkuk, bandel, tidak mau taat, tengtu dapat memancing seseorang menjadi marah. Untuk menegakkan disiplin Ahok perlu tegas dan tidak main-main; salah satu caranya yaitu marah. Dan sesuai dengan kepercayaannya, dia marah atas perbuatannya bukan benci orangnya dan semestinya sebelum matahari tenggelam kemarahannya sudah padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun