[caption id="attachment_92117" align="alignleft" width="300" caption="sumber: eanmencaricintasejati.blogspot.com"][/caption] Tiga minggu berlalu sejak postingan pertama 10 Film Drama Terbaik yang Mengubah Karakter part I dan part II, postingan saya mendadak jadi tulisan terekomendasi kompasiana, dan tulisan saya yang biasanya paling banter dibaca dikisaran 400 orang, secara mengejutkan menembus angka 1800 lebih. Itu belum seberapa, postingan saya yang dimuat ulang di kanal entertainment.kompas.com secara tak terduga dibaca masing-masing posting 5000 dan 9000 kali dibaca. Sungguh suatu hal yang tidak terduga, ternyata postingan ini mendapat apresiasi yang tidak sedikit.
Dari banyak apresiasi itu, setidaknya ada yang memberi masukan film-film terbaik dalam list ini. Masukan itu membuat saya memilah ulang dan menyebabkan postingan ini delay dalam waktu dua minggu. Waktu yang cukup lama, mengingat seharusnya rilis seminggu yang lalu, tapi its okay! The list must go on, yang patut dicatat adalah list ini mengetengahkan 10 Film dari genre Drama Terbaik yang mampu menggerakkan orang untuk mengubah karakter dalam diri menjadi lebih baik. Jadi kalau ada film setengah drama, setengah action, setengah drama setengah komedi, sudah pasti tidak masuk dalam list ini... hehehe...
Dari Dua postingan terdahulu sudah di dapat 5 Film Drama Terbaik yang Mengubah Karakter yakni 1. A Walk To Remember 2. I Am Sam 3. My Sisters Keeper 4. Freedom Writers dan 5. Pusuit of Happiness. Postingan Berikut mengulas 5 film lanjutannya, so here we go.
Sandra Bullock bisa jadi bangga karena bermain di film ini, karena untuk pertama kalinya Sandra mendapat nominasi dan langsung keluar sebagai pemenang Best Actress in Leading Role pada pagelaran Academy Award tahun lalu. Film ini berkutat pada jalan hidup Michael Oher, siswa kulit hitam yang berbadan bongsor. Dikarenakan orang tuanya yang miskin dan tinggal di kawasan kumuh Memphis, Michael di asuh oleh orang tua asuh yang sedikitpun tidak peduli pada dirinya, bahkan mengolok-oloknya, yang membuat Michael akhirnya harus berpindah-pindah tempat tidur dengan hanya satu kantong plastik.
Beruntung Michael dimasukkan kedalam sekolah Kristen oleh seorang pelatih football yang memang membutuhkan orang dengan perawakan seperti Michael yang tinggi gemuk dan besar. Walaupun begitu Michael tetaplah seorang Tuna Wisma yang tidur berganti-ganti tempat dengan satu kantung plastik. Dalam keadaan seperti itu, Michael yang diperankan oleh Quentin Aaron, bertemu seorang ibu dan wanita karir bergaya slebor namun berhati Malaikat, Leigh Anne Toughy (Sandra Bullock).
Keluarga Toughy pada mulanya ragu mengenai keputusan yang memberi tempat untuk Michael Oher, namun lambat laun, karena keteguhan hati Leigh Anne, Michael benar-benar bisa diterima di keluarga Toughy, bahkan dalam foto keluarga saat Natal, Michael diperkenankan untuk ikut bersama. Sungguh suatu teladan yang baik mengenai keterbukaan pada orang asing. Di tangan Leigh lah Michael Oher, seorang anak terbuang yang miskin, tuna wisma yang selalu mengucapkan kata-kata "I dunno" akhirnya bisa menjadi pemain football terkenal.
Leigh Anne berusaha sekuat tenaga mendorong sisi positif dalam diri Michael, menemukan bakat naluri alami berupa insting protektif, memberikan kenyamanan suasana keluarga yang membuat Michael merasa percaya diri, bahwa dirinya penting dan menemukan jati dirinya.
Tagline film ini begitu memikat dan langsung menyedot antusiasme penonton "Life is like a box of chocolates... you never know what you're gonna get" tapi yang membuat saya kagum dan begitu semangat adalah saat Forrest dikejar-kejar teman-teman SD nya yang nakal dan Jenny teman kecilnya menyemangati Forrest untuk terus berlari menghindar "run forrest run!" begitu teriak Jenny, dan Forrest terus berlari, alat bantu yang menopangnya berjalan akhirnya rusak dan membebaskannya untuk terus berlari. Inilah film yang memenangkan 6 Piala Oscar termasuk best picture, best performance by an actor in leading role dan best director.
Film ini begitu memikat karena seperti maksud tagline film ini, hidup memang tidak bisa ditebak. Forrest Gump adalah film mengenai seorang anak manusia bernama Forrest Gump (Tom Hanks), yang sewaktu kecil memiliki IQ 75 dan memiliki kaki yang sedikit pincang yang membuatnya tidak bisa memasuki sekolah manapun. Namun ibunya suatu hari pernah berkata, "ayo Forrest kita buktikan bahwa kamu bisa" dan waktu memang menjawab ucapan ibunya tersebut.
Berbekal kemampuan larinya yang cepat, siapa yang menyangka, Forrest Gump, anak berkaki pincang dan ber IQ 75 bisa mendapat bintang kehormatan kongres dalam bidang militer, bertemu tokoh-tokoh bersejarah, atlet ternama, pebisnis udang yang tangguh, dan selebriti yang mempengaruhi budaya pop. Namun sayang seribu sayang, peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya tidak pernah ia sadari karena ia memang tidak mampu menyadarinya.
Film bertemakan perempuan ini memang agak berat terutama dari sisi ideologi, sangat kental propaganda feminismenya. Karena kental dengan ide feminis, film ini terkadang diputar saat perayaan hari kartini. Walaupun begitu apa boleh dikata, penampilan Julia Roberts, Julia Stiles, Kirsten Dunst dan Maggie Gyllenhall memang memukau, alur ceritanya juga bagus dan membenturkan beragam karakter utama yang nyata.
Ada Katherine Watson, dosen sejarah seni yang getol mempromosikan bahwa wanita tidak harus menikah sewaktu kuliah, bahkan harus meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karakter Katherine yang diperankan oleh Julia Roberts harus bertentangan dengan karakter Betty Warren (Kirsten Dunst), putri anggota dewan sekolah yang gemar mempromosikan bahwa kodrat wanita adalah menjadi istri, bagaimanapun sekolah di universitas harus tunduk dengan tradisi menikah sebelum lulus kuliah. Selain keduanya ada Joan Broadwyn (Julia Stiles) yang bimbang antara menikah dan melanjutkan studi ke Yale University, walaupun pada akhirnya ia memilih "apa yang saya inginkan". Ada Juga Giselle Levy (Maggie Gyllenhal) Layang-Layang Yahudi New York yang menjadi pencari kesenangan di jalanan, baginya hidup seorang wanita adalah menggoda laki-laki. Terakhir ada Connie Baker (Ginnifer Goodwin) mahasiswi lugu yang gampang percaya pada teman-temannya.
Dengan setting Amerika pada tahun 1940, adalah wajar jikalau Katherine Watson begitu getol mempromosikan kesetaraan kesempatan gender untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Kampanye Katherine akhirnya memang tidak begitu berhasil, karena dewan sekolah masih tetap berpaku pada peraturan hukum setempat, tapi efek pengajarannya mencerahkan banyak mahasiswinya.
Dibuka dengan gambaran mengenai amal kebajikan yang dilakukan oleh orang asing kepada seorang wartawan "bagaimana aku harus membalasmu" ujar sang wartawan, "pay it forward" ujar orang asing tersebut. Dan kemudian sang wartawan menyadari dia harus membalas kebaikan ini kepada orang asing lain yang mungkin bakalan ia temui dijalanan. Jadilah kemudian "Pay It Forward" menjadi sebuah gerakan yang meluas di Las Vegas, tapi tidak seorang pun yang tahu, dari mana asal mula gerakan ini berawal.
Tenyata gerakan Pay It Forward bermula dari seorang anak kecil bernama Trevor McKinney (Haley Joel Osment) yang mempunyai seorang ibu pemabuk yang parah bernama Arlene. Dalam sebuah tugas di kelas Ilmu Sosial, guru Trevor, Mr. Simonet menugaskan setiap anak didiknya untuk menuliskan ide sederhana untuk bisa mengubah dunia. Dan Trevor mempresentasikan ide sederhana "membalas kedepan" ide ini berkutat pada upaya Trevor untuk mengubah kebiasaan buruk ibunya yang suka minum, selain itu ia juga ingin agar temannya berani melawan anak-anak nakal, dan ingin juga mengubah pemuda pecandu narkoba bernama Jerry. Namun setiap usaha sederhana ini sepertinya tidak pernah berdampak berarti, kepada Jerry, ia tidak berhasil, kepada temannya yang suka diganggu, non sense, satu-satunya harapan idenya adalah pada ibunya.
Dalam upaya mengubah Ibunya inilah ada banyak keharuan dan kelucuan yang mengibur. Untuk mengubah ibunya, Trevor mempertemukan Arlene dengan Mr Simonet (Kevin Spacey), dalam artian berusaha menjodohkannya. Usahanya cukup berhasil walau kedatangan ayah kandungnya yang juga pemabuk membuyarkan semua idenya.
Walaupun begitu toh, setiap usaha tidak pernah sia-sia, saat-saat terakhir Trevor memperjuangkan idenya untuk membantu temannya yang dipukuli, Trevor tewas terbunuh. Sebelum tewas terbunuh, Trevor lebih dahulu diwawancari oleh tv setempat dan siapa sangka, kematiannya adalah awal dari sebuah gerakan amal kebaikan yang populer dan berkembang pesat di Las Vegas.
Saat film-film yang lain membuat saya mengharu biru, ada film lain yang tak sekedar membuat kita terenyuh tapi juga membuat kita bertepuk tangan sangat keras, yakni film Akeelah and The Bee. Saat-saat dimana Akeelah dan Dylan harus saling mengalah hingga akhirnya Juri memutuskan mereka berdua keluar sebagai double champions, sungguh sangat mengharukan dan membuat penonton bertepuk tangan riuh rendah.
Akeelah and The Bee adalah kisah mengenai gadis kecil berkulit hitam yang asik bermain eja kata (spelling bee) di komputer dan tidak lupa menuliskan setiap kata baru yang diperolehnya di buku dengan hanya ditemani foto ayahnya. Namun siapa yang menyangka kebiasaannya ini membuat dirinya mewakili sekolah dalam berbagai kejuaraan spelling bee. Awalnya Akeelah cuek dengan berbagai kompetisi ini, tapi berkat bantuan Dr Larabee (Lawrence Fisburne) doktor linguistik Yahudi yang menyadarkan bakat dan kemampuannya, Akeelah akhirnya terpikat dan berjanji memenangkan National Spelling Bee Competition.
Tapi bukan berarti Akeelah tidak menghadapi berbagai masalah, Ibunya yang trauma dengan masa lalunya melarang Akeelah bergaul dengan kulit putih, teman-temannya tidak peduli, yang peduli hanya kepala sekolah dan Dr. Larabee, serta mungkin ayahnya yang berada dalam foto. Namun jalan cerita tetap membuat Akeelah berketetapan hati memangkan kompetisi ini, saat-saat terakhir di kejuaraan, Dr Larabee mengundurkan diri sebagai pelatihnya dan yang membuat penonton juga terharu adalah saat akhirnya seluruh sekolah, keluarga dan lingkungan dimana Akeelah tinggal mendukung dan membantu setiap ejaan Akeelah, tujuannya hanya satu agar Akeelah memenangkan kejuaraan ini. Usahanya tidak sia-sia Akeelah memang keluar sebagai juara nasional kompetisi mengeja.
Akhirnya list ini selesai juga dikerjakan walau jadwal tayangnya mundur dari yang semula direncanakan. Ada banyak film yang tidak bisa masuk kualifikasi ini dan mungkin membuat banyak pembaca kecewa tapi ya namanya juga list 10 Film jadi hanya sepuluh saja yang saya masukkan dan saya yakin masih banyak film terbaik lainnya yang belum di review atau mungkin belum saya tonton. Niatnya kan hanya memberi rekomendasi tontonan yang baik kepada pembaca, dari pada menonton sinetron yang jalan ceritanya yang itu-itu saja mending menonton film berkarakter seperti yang penulis paparkan.
Berikut adalah complete list 10 Film Drama Terbaik yang Mengubah Karakter
- A Walk To Remember
- I Am Sam
- My Sisters Keeper
- Freedom Writers
- Pursuit of Happiness
- The Blind Side
- Forrest Gump
- Monalisa Smile
- Pay It Forward
- Akeelah and The Bee
---------------------------------------------- Baca juga 10 Film Drama Terbaik yang Mengubah Karakter (I) atau link ini 10 Film Drama Terbaik yang Mengubah Karakter (II) atau link ini kunjungi juga web saya di The Saumi Rizqiyanto's Review
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H