Mohon tunggu...
Syifa Aulia
Syifa Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - 99

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Anak pada Pengamen Jalanan

5 April 2019   09:19 Diperbarui: 5 April 2019   09:43 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pelaku yang melakukan eksploitasi anak, salah satunya eksploitasi pekerja sebagai pengamen jalanan tentu motif utamanya yaitu kondisi ekonomi. Ai menjelaskan, biasanya modus para pelaku tentu ingin mendapatkan keuntungan berupa materi dan kekuasaan kepada anak-anak jalanan karena mudah diatur. 

"Pelaku ini jadi bosnya. Penghasilan dari anak-anak bisa dipotong 80% atau 50%. Anak-anak ini kan tidak terlalu mengerti," tutur perempuan kelahiran 1980.

Kebutuhan anak-anak tersebut tidak seperti orang dewasa dalam memahami pekerjaan seperti mendapatkan makan siang, uang transport, dan uang lelah. Anak-anak hanya berpikir bahwa dirinya dapat membantu orang tua dalam mencari uang tambahan. "Jadi mereka gak tahu kalo mereka masih anak-anak. Yang mereka pikirkan hanya seperti itu," tuturnya.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Ai Maryati menjelaskan bahwa pemerintah sudah melakukan pendataan dan pemetaan pada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dari hasil pendataan tersebut maka komitmen Negara seharusnya mengintervensi. 

"Sekarang kita sudah punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan program Keluarga Harapan sebenarnya membendung itu. Sehingga kalo di Jakarta sebetulnya yang punya KTP dan KK itu udah semua bisa sekolah. Semua bisa dapet fasilitas, buku gratis dan lain-lain," ucap Ai di ruangannya.

Upaya untuk mencegahnya bagi Ai harus memanfaatkan lingkungan dimana dia berada untuk kehidupan yang lebih baik. Seperti menciptakan lapangan pekerjaan dan mengutamakan pendidikan. Langkah pencegahan berikutnya adalah melalui kesadaran setiap individu dan keluarga untuk menahan diri tidak melihat silaunya Jakarta.

Ai mengajak semua orang agar mencintai anak Indonesia. "Anak Indonesia itu punya hak yang sama. Bagaimana semua pihak memposisikan anak ini sebagai tunas bangsa. Sebagai penyambung peradaban," tuturnya. Ia berpesan kepada masyarakat agar jangan pekerjakan atau perlakukan anak sebagai eksploitasi. Para pelaku sudah seharusnya disadarkan. 

Jika tindakan tersebut sudah berlebihan dalam tindak pidana, Ai menyarankan untuk berani melapor. Pelaporan itu bukan untuk membuat para pelaku membuka aib. Hanya saja ada yang tidak mengerti bahwa mereka sedang menjual anak tersebut yang menjadi korban.

Sementara HS mengatakan bahwa jika negaranya kaya maka tidak akan terjadi eksploitasi anak. Selama permasalahannya dengan hidup seperti rendahnya pendidikan dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan tentu akan ada kasus eksploitasi anak. "Kita tidak bisa mengharapkan tidak ada eksploitasi anak. Tapi kita juga harus lihat keadaan di tempat kita," ucap HS.

Selain itu juga tergantung pada masing-masing individu yang tidak memiliki pendidikan dan keterampilan. Sehingga banyak anak-anak dijadikan pengamen jalanan demi keuntungan orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun