Mohon tunggu...
Syifa Aulia
Syifa Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - 99

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Anak pada Pengamen Jalanan

5 April 2019   09:19 Diperbarui: 5 April 2019   09:43 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi pengamen jalanan akan sangat beruntung jika terkena penertiban petugas oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Pihaknya akan membawa anak-anak jalanan tersebut ke tempat yang layak yaitu Panti Sosial. 

Ai menghimbau bagi Satpol PP atau pihak kepolisian agar tetap harus menjaga sikap dalam merazia anak-anak jalanan. "Jangan perlakukan anaknya. Tapi siapa orang dewasa yang bersama kamu. 

Bukan bertanya dengan nada tinggi 'kamu ngamen ya'," tuturnya saat ditemui di Kantor KPAI, Jakarta Pusat. Ia juga menambahkan dalam menegakkan keamanan juga harus penuh dengan pengetahuan dengan siapa kita berbicara. Anak-anak dan orang dewasa mempunyai cara pendekatan yang berbeda.

Menurut HS, petugas Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1, terdapat sekitar 20-30 anak yang merupakan para pengamen jalanan korban eksploitasi. "Memang dulu banyak sekali anak-anak itu. 

Tapi gak lama kemudian udah ada yang jemput," ucapnya. HS mengatakan pihaknya tidak tahu menahu tentang siapa orang yang menjemput anak-anak pengamen jalanan itu. Entah memang keluarganya atau orang yang mengoordinasinya ketika berada di jalan.

"Anak jalanan kan hidupnya dikoordinir. Untuk mandi, makan, kalau tidur pake kasur, uang keamanan. Nah itu beda-beda harga setorannya dari hasil mengamen itu," jelas HS. Kini menurut penuturan HS, anak-anak pengamen jalanan itu sudah hampir tidak ada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1. "Mereka langsung direbut untuk kembali dieksploitasi. Karena anak-anak itu menguntungkan," tutur HS saat ditemui di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1, Klender pada Jumat (29/3).

Kilas balik pada kasus bayi berusia 11 bulan, Muhammad Ucok, yang menjadi korban eksploitasi oleh ayah kandungnya sendiri. Ucok ditemukan lemas tak bertenaga di dalam minimarket. Ayahnya datang ke minimarket tersebut untuk menukarkan uang receh dari hasil mengamennya. 

Dalam video yang beredar, ayahnya sedang fokus menghitung uang sembari duduk di kursi. Sedangkan Ucok dibiarkan tergeletak di lantai minimarket.

Pada kasus seperti itu, menurut Ai Maryati, banyak orang-orang yang merasa iba dengan adanya Ucok yang dibawa mengamen oleh ayah kandungnya sendiri. "Pendapatan mereka bisa 3,5 juta perhari. Ini kan kasus eksploitasinya bukan anak yang bekerja tapi anak ini dibawa. Apalagi anak ini masih bayi," ucap perempuan yang lahir di Cianjur. 

Berdasarkan hasil medis, menurut pantauan Ai anak tersebut tidak ada tanda-tanda hasil dibius. Kondisi anak tersebut lemah karena kurangnya asupan gizi. "Anak 8 bulan keatas itu sudah pake MPASI. Tapi karena tidak punya uang tidak dikasih makan karena takut anaknya buang air besar dan ayahnya tidak mau belikan pampers," jelasnya. 

MPASI merupakan singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu. MPASI ini sangat dibutuhkan untuk asupan-asupan gizi bagi bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun