Mohon tunggu...
Syifa Aulia
Syifa Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - 99

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksploitasi Anak pada Pengamen Jalanan

5 April 2019   09:19 Diperbarui: 5 April 2019   09:43 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pojok satu jabar Demi meraup keuntungan untuk menyambung hidup, banyak anak-anak yang dieksploitasi menjadi pengamen jalanan.

Kasus eksploitasi anak masih marak terjadi di Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendapatkan kasus-kasus tersebut berdasarkan pengaduan dan pantauan media. Ada berbagai macam korban eksploitasi seperti korban seks komersial, perdagangan, prostitusi, dan korban pekerja. 

Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak, Ai Maryati Solihah menyebutkan pada tahun 2018 terdapat 92 kasus eksploitasi pengamen anak jalanan yang masuk ke dalam kategori korban pekerja. "Berapa detailnya tentu kita terlalu besar kalau menghafal data," ucapnya.

Sementara 1 kasus dapat terdiri dari 5 sampai 10 orang pengamen. Ai menjelaskan, berdasarkan konvensi ILO (International Labour Organization atau Organisasi Buruh Internasional), terdapat pekerja anak yang berada dalam situasi dan kondisi buruh. 

Salah satu contoh dalam situasi tersebut yaitu menjadi pengamen jalanan. Menurut Ai, itu merupakan pekerjaan terburuk bagi anak.

Salah satu korban eksploitasi pengamen anak jalanan, Akbar yang berusia 10 tahun mengaku sudah mengamen selama hampir 1 tahun di Jakarta. "Tahun kemarin diajakin sama abang sampe sekarang," ucapnya dengan raut wajah polos. Ia menuturkan bahwa jadwal  mengamennya yaitu setelah jam 12 sampai jam 8 malam. 

"Kadang sampe adzan magrib. Gatau beda-beda tergantung abang," ucapnya. Abang yang dimaksud oleh Akbar bukanlah kakak kandung melainkan orang asing yang tidak sengaja bertemu di jalan. Kemudian diajak untuk menginap di tempatnya sampai disuruh mengamen.

Ketika ditanya mengenai keluarganya, Akbar hanya menjawab tidak tahu. Ia lupa bagaimana bisa berpisah dengan keluarganya. Ia juga lupa jalan pulang menuju ke rumahnya. Akbar hanya tahu kalau rumahnya berada di Jakarta Utara. Penghasilan dari jerih payahnya selama sehari berjumlah 80 ribu rupiah. 

"Gatau juga suka berubah-ubah. Kadang dapet 200 ribu," tuturnya. Uangnya dihitung oleh abangnya sedangkan Akbar hanya diberi tahu mengenai jumlah nominalnya. "Abang nyebutin aku dapet berapa. Trus aku langsung dikasih makan," ucap laki-laki berbaju merah saat ditemui di Terminal Blok M.

Ia juga mengatakan kalau tempat mengamennya selalu berpindah tempat. Akan tetapi ia tidak tahu nama daerah yang ia tempati untuk mengamen. "Gak tau, abang gak bilang daerah mana," tuturnya. Akbar hanya tahu tempat yang ia pakai untuk mengamen adalah lampu merah. 

Akbar selalu menuruti perintah Abang yang mengoordinirnya karena dijanjikan untuk diantar pulang ke rumah orang tuanya. "Aku takut diomelin kalo gak ngamen, soalnya biar dianter ke mama," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun