Padahal ke depannya, digitalisasi itu adalah hal yang sangat penting bagi minat bahasa, ketika bahasa--bahasa masuk ke dalam kehidupan kita. "Ya kita bisa tahu sendiri bahasa dan kekayaan bahasa kita akan semakin menipis," tutur Erlangga. Ketika kita tidak mencoba memasukkan hal tersebut, maka itu akan menjadi hal--hal yang terasingkan.
Pria berkacamata itu mengatakan bahwa bahasa itu selalu berkembang. Apalagi di media digital sekarang ini penggunaan kata prokem akan semakin meningkat dan semakin banyak.Â
Seperti yang kita ketahui, prokem adalah bahasa sandi yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja tertentu. Bahasa prokem itu digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tetentu.Â
Baca juga : Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Kekayaan sebuah bahasa itu bisa dilihat dari kekayaan kosakatanya. Semakin banyak kosakatanya maka semakin besar juga kemampuan komunikasi dari masyarakatnya.
Erlangga juga mengungkapkan bahwa bahasa prokem juga bisa dikembangkan menjadi bahasa baku. Hanya saja perlu dilakukan pertimbangan--pertimbangan yang matang.Â
Salah satunya adalah seberapa sering penggunaan kata ini digunakan di masyarakat yang sangat luas, dan berlangsung dengan sangat lama.Â
Apabila bahasa prokem itu muncul pada momen tertentu saja dan hanya dalam kurun waktu yang singkat, maka akan sulit dimasukkan ke dalam kekayaan bahasa Indonesia. Harus mempunyai konsistensi yang kuat apakah bahasa prokem digunakan secara luas dan mempunya etimologi tertentu.
Menurutnya, bahasa dan digitalisasi itu sangat berpengaruh. Ketika buku--buku yang diterjemahkan ke bahasa asing dan sebaliknya semakin banyak, maka hal tersebut merupakan digitalisasi dan hal itu juga menggunakan literasi di media internet.Â
"Nah kalau kita buku--buku Indonesia ini jarang dilihat, jarang juga kita menggunakan buku--buku asing ke bahasa Indonesia. Bagaimana literasi kita di masa mendatang?," ucapnya.
Erlangga berpesan, sebagai masyarakat Indonesia kita harus bisa melihat dimana kelemahan dan kelebihan dalam diri kita. Sudah sangat jelas dilihat kalau tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah. Hal itu juga terpengaruh dari jumlah karya-karya yang dihasilkan. Akibatnya, banyak berterbaran berita hoax -- berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya.