Mohon tunggu...
Saujana Jauhari
Saujana Jauhari Mohon Tunggu... -

Kekosongan itu adalah sesuatu yang seharusnya diisi, bukan diabaikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Duka Sekuntum ''Bunga Krisan" Bagian Akhir (Tamat)

2 Agustus 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:18 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sudah menunjukkan pukul 08.30 malam dan Ustad Zahir mengakhiri ceritanya. Sudah satu jam lebih ia bercerita tentang pengalamannya dahulu. Pengalamannya waktu dahulu ia merantau di negeri orang, dan kami bersyukur karena ia mau membagi ceritanya kepada kami, yaitu anak-anak pengajian Ustad Zahir. Ia akan meneruskan ceritanya itu di lain waktu. Aku terkantuk-kantuk mendengarkan ceritanya itu. Walaupun begitu aku bersemangat mendengar tentang apa yang diceritakannya. Aku ingat beberapa nama yaitu : Karima, Barbirbur, Bunga Krisan dan sebuah tempat "Bukit Patah Arang", yang menjadikan aku selalu bertanya-tanya dimanakah mereka itu berada.....????


Kami tahu reputasi Ustad Zahir, semasa mudanya ia pernah mengelilingi nusantara bahkan sampai ke luar negeri. Ia pernah tinggal di beberapa pulau di sana untuk beberapa waktu. Ia berniaga dan sekali-sekali bekerja jika ada yang menawarkan pekerjaan padanya. Di usianya yang sekarang, ia sudah sukses dalam perniagaannya. Dia membeli dan membangun beberapa toko kemudian menyewakannya kepada orang lain. Dia kemudian ikut membangun masjid dan tempat belajar  di kampung kami.

Padanyalah kami sering mendengar petuah dan ajaran tentang agama dan padanya pula kami sering mendengar cerita-ceritanya tentang penduduk di luar sana yang membuat kami, anak-anak pengajiannya ingin segera melihat dunia luas ini. Dunia yang penuh dengan intrik dan polemik, dunia yang menyimpan sejuta tanda tanya dan dunia itu pula yang suatu saat akan memberi jawabannya.  Adakalanya mereka yang bisa mengambil pelajaran darinya, maka beruntunglah ia, karena orang yang beruntung itu adalah orang tidak jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya, dan tidak pula ingin menjatuhkan temannya ke dalam lubang yang sama.


Aku sudah tidak sabar mendengarkan kelanjutan ceritanya........................................................................


Empat hari kemudian Ustad Zahir datang, senyumnya yang manis, seolah menyiratkan bahwa ia peduli pada kami. Ia tidak ingin kami terjebak dalam permainan dunia yang memperdaya, yaitu permainan ketika semua yang ikut tidak akan menjadi pemenang. Kalah menjadi abu, dan kalaupun menang, menjadi arang.


Ustad Zahir melihat kami sekeliling dan dengan penuh takzim, ia melantunkan ayat-ayat suci, melantunkan puji-pujian, menyemangati kami, dan sejurus kemudian ia bertanya, "Adik-adik, sampai dimanakah cerita yang kemarin.....???, aku pun menjawab sambil teriak karena aku berada jauh darinya, "Sampai Tok-tok-tok 2 kali, pak Ustad....!!!!,. Ustad Zahir pun melihat kepadaku dan kemudian ia melanjutkan ceritanya :


Pintupun dibuka dan ternyata yang datang adalah .................,


"Oh, Ustad Zahir, ada apa gerangan malam-malam kesini bersama dengan ibu-ibu dan pemuda-pemuda lainnya....??. Karima menjawab dari balik pintu. "Kami datang kesini bersama ibu-ibu dan juga pemuda lainnya ingin mengabarkan bahwa suami ibu yang bernama Resin Somal sedang berada di rumah sakit. Kami menemukan dia tergeletak di tanah kosong dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mungkin karena terlalu banyak "minum". Teman-temannya malah pergi meninggalkannya. Maka aku memanggil pemuda-pemuda disini untuk membawanya ke rumah sakit, serta tak lupa kami singgah kemari sebentar ingin memberitahu perihal kejadian ini pada ibu Karima", Ustad Zahir menjelaskan kedatangannya demikian.


Karima pun shock dan pingsan mendengar kabar duka itu. Ibu-ibu pun datang menolong sekedar menenangkan dan menjaga anak Karima yang terbangun yang sedari tadi hanya polos melongos melihat kerumunan orang-orang banyak memasuki rumahnya.


Keesokan harinya, barulah Karima Sadar. Ia bergegas dengan anaknya pergi ke rumah sakit yang dituju ditemani oleh ibu-ibu yang menemaninya tadi malam. Untuk sementara, urusan kantor dan gudang karet itu diserahkan kepada orang yang dipercaya oleh Resin Somal dan Karima.


Resin Somal sadar di pagi hari itu. Sifatnya yang kekanak-kanakan kembali timbul. Ia merintih kesakitan. Ia menanggung cobaan yang begitu berat. Penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan, tetapi karena sifat melankolisnya yang sangat merindukan bapaknya yang telah tiada, maka bertambahlah beban derita di dadanya. Ia sudah menanggung penyakit itu sejak lama, sejak ia berkenalan dengan kota Barbirbur dan terpedaya oleh manisnya rayuan "singa betina", sehingga lupa bahwa "Raja Singa", telah menerkamnya dari kegelapan malam.


Berhari-hari sudah ia di rumah sakit. Kabar itu sampai terdengar ke Bukit Hitam Merah tempat ibu Karima dan Ibu Resin Somal tinggal. Ibu Resin Somal datang menjenguk, demikian pula Ibu Karima datang bersama Kalija, kakak dari Karima. Ibu Resin Somal menangis melihat penderitaan anaknya itu. Ia tahu, bahwa waktu Resin Somal kecil dahulu, ia sering mengabaikan anaknya itu. Ia lebih memilih mengumpulkan perhiasan yang banyak dan uang yang berlimpah dibanding kasih sayang yang tercurah kepada anak satu-satunya itu. Untuk menunjukkan kasih sayangnya, Ibu Resin Somal mendidik anaknya dengan tegas. Ia ingin anaknya agar nanti bisa mengelola kebun milik bapaknya nanti., Tetapi cara yang diajarkannya itu salah. Anaknya hanya diajari dengan kekerasan, hardikan dan kemarahan. Hal itu membuat Resin Somal merindukan kasih sayang ibu, tetapi kemudian ia hanya mendapat kasih sayang dari bapaknya. Dan ketika bapaknya tiada, bertambah meranalah ia.

***


Di suatu pagi, di Bulan November, Resin Somal memanggil istrinya sendiri, sedangkan Resin masih menangis seperti anak kecil. Ia masih terbaring di tempat tidur.


Apakah kamu masih sayang sama aku dengan keadaan yang seperti ini...??. Resin memulai pembicaraannya.


Bagaimana tidak, sejak pertama menikah tidaklah berubah kasih sayang itu sampai sekarang."


"Walaupun kamu sering ditampar, dipukul atau ditinggal kala malam....??,


"Benar, apa yang abg katakan, tidaklah berubah sedikitpun keadaaan, Karima anggap ini hanyalah sebagai ujian kehidupan.


Resin Somal kemudian menceritakan bahwa tadi malam ia bermimpi bertemu bapaknya. Bapaknya berkata bahwa ia sangat rindu akan anaknya itu dan bapaknya itu berjanji pula bahwa ia tidak akan meninggalkan anaknya itu lagi sama seperti waktu Resin Somal kecil dahulu, padahal bapaknya sekarang telah tiada. Resin Somal sampai terbawa mimpi itu, sampai-sampai ia tidak makan berhari-hari demi mengenang mimpi itu yang sampai diingatnya berhari-hari. Akhirnya kedua suami istri itupun menangis bersamaan.


Resin pun melanjutkan perkataannya, bahwa ia sangat sayang pada istrinya itu, ia meninggalkan istrinya malam-malam karena ia tidak mau penyakit yang dideritanya itu menular pada istrinya. Ia sering marah pada istrinya, karena ia tidak mau penyakit itu diketahui oleh istrinya. Iapun meminta maaf dan kemudian Karima memaafkannya. Sekaranglah Karima sadar, bahwa suaminya itu sesungguhnya sangat sayang padanya, ia sampai rela menanggung penyakit sendiri dan tidak rela penyakit itu menular padanya. Kemudian rasa kasihan Karima muncul, ia merasa bahwa yang patut dikasihani itu bukanlah dirinya, tetapi suaminya itu.

Di suatu pagi yang tenang, yang disaksikan oleh Ibu Resin Somal, Karima, dan beberapa kerabat keluarga Somal, maka Resin Somal menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia ingin selalu dekat dengan bapaknya dan keinginannya itu sekarang terpenuhi.


***


Sesudah kejadian itu, Karima resmi menjadi janda, tetapi sekarang ia menerima status itu dengan lapang hati, sabar dan tegar. Ia merasa bahwa suaminya itu masih sayang padanya dan sayangnya itu pula yang sampai dibawa ke alam sana. Karima merasa bangga. Ia adalah Janda "Bunga Krisan", janda yang menabur bunga krisan di pemakaman suaminya dan bunga krisan itu pula yang akan menghiasi hari-hari berikutnya. Ialah perempuan Bulan November, perempuan musim gugur, kala musim gugur itu akan berakhir. Yang gugur itu sebenarnya bukanlah kebaikan dan ketulusan pada suaminya, tetapi sesungguhnya dosa dan kejahatan itu yang gugur bersama musim.


***


Di tahun tahun berikutnya, Karima mengelola kebun karet itu dibantu oleh beberapa karyawan lainnya. Dalam pada itu, Kaukas bertambah besar dan seringkali Ibu Karima dan Kalija menengoknya di kota. Dan keadaan itu bertambah gembira karena ada yang melamar Karima, yaitu seorang yang dikenalkan oleh Ustad Zahir yang bernama Satiya Sarnata, pemuda gagah yang baru datang dari kampung dan Satiya Sarnata itu sedikit banyak mengetahui tentang agama, sesuatu yang sangat berharga untuk bekal kehidupan di dunia ini maupun akhirat.  Ia bersama-sama mengelola kebun serta kantor dan gudang di kota untuk sang pewaris tunggal keluarga Somal yaitu Kaukas Somal. Ustad Zahir tidak mungkin menjadikan Karima sebagai istri karena Ustad Zahir sudah punya istri yang setia.


Kalija pun berani untuk meminang Halima, gadis kampung yang sama seperti dirinya. Pesta itu dilangsungkan di Bukit Hitam Merah. Ketika pesta itu berlangsung, ada satu kebahagiaan lagi, Bapak Karima yang telah menghilang selama 18 tahun kembali dari perantauannya. Bapaknya mengatakan bahwa ia pergi ke suatu tempat yang jauh seperti padang pasir disana dan tidak tahu menemukan cara jalan pulang. Ia menikah disana dengan sesama pendatang yang berasal dari Nusantara, tetapi tidak mendapatkan keturunan. Ia kembali berdua dengan istrinya, tetapi kemudian ia berpisah di Nusantara.


Barbirbur, Ombak kembali berdebur, Elang laut jatuh tercebur,


Jadi manusia jangan takabur, suatu saat akan masuk kubur.


Barbirbur, Ombak kembali berdebur, Burung Camar jatuh tercebur,


Kejahatan akan terkubur, Kebaikan akan tumbuh subur.


"Begitulah Ustad Zahir menyelesaikan ceritanya". Aku tidak begitu paham dengan penyebab kematian Resin Somal. Yang aku ingat hanyalah bahwa keluarga mereka pergi ke kebun binatang, dan Resin Somal tersesat di "kandang Singa", ia mendekat kepada "Singa Betina", kemudian "Raja Singa" marah kepadanya, dan menerkamnya sehingga tamatlah riwayatnya.


THE END.


Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat dan peristiwa, sesungguhnya itu adalah suatu hal yang tidak disengaja. Ini ditulis tidak untuk menyinggung sesuatu apapun tetapi hanya sebagai bahan bacaan sekedarnya.


Sekian.


Salam dari Jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun