Mohon tunggu...
Saujana Jauhari
Saujana Jauhari Mohon Tunggu... -

Kekosongan itu adalah sesuatu yang seharusnya diisi, bukan diabaikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Duka Sekuntum ''Bunga Krisan" Bagian Akhir (Tamat)

2 Agustus 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:18 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Berhari-hari sudah ia di rumah sakit. Kabar itu sampai terdengar ke Bukit Hitam Merah tempat ibu Karima dan Ibu Resin Somal tinggal. Ibu Resin Somal datang menjenguk, demikian pula Ibu Karima datang bersama Kalija, kakak dari Karima. Ibu Resin Somal menangis melihat penderitaan anaknya itu. Ia tahu, bahwa waktu Resin Somal kecil dahulu, ia sering mengabaikan anaknya itu. Ia lebih memilih mengumpulkan perhiasan yang banyak dan uang yang berlimpah dibanding kasih sayang yang tercurah kepada anak satu-satunya itu. Untuk menunjukkan kasih sayangnya, Ibu Resin Somal mendidik anaknya dengan tegas. Ia ingin anaknya agar nanti bisa mengelola kebun milik bapaknya nanti., Tetapi cara yang diajarkannya itu salah. Anaknya hanya diajari dengan kekerasan, hardikan dan kemarahan. Hal itu membuat Resin Somal merindukan kasih sayang ibu, tetapi kemudian ia hanya mendapat kasih sayang dari bapaknya. Dan ketika bapaknya tiada, bertambah meranalah ia.

***


Di suatu pagi, di Bulan November, Resin Somal memanggil istrinya sendiri, sedangkan Resin masih menangis seperti anak kecil. Ia masih terbaring di tempat tidur.


Apakah kamu masih sayang sama aku dengan keadaan yang seperti ini...??. Resin memulai pembicaraannya.


Bagaimana tidak, sejak pertama menikah tidaklah berubah kasih sayang itu sampai sekarang."


"Walaupun kamu sering ditampar, dipukul atau ditinggal kala malam....??,


"Benar, apa yang abg katakan, tidaklah berubah sedikitpun keadaaan, Karima anggap ini hanyalah sebagai ujian kehidupan.


Resin Somal kemudian menceritakan bahwa tadi malam ia bermimpi bertemu bapaknya. Bapaknya berkata bahwa ia sangat rindu akan anaknya itu dan bapaknya itu berjanji pula bahwa ia tidak akan meninggalkan anaknya itu lagi sama seperti waktu Resin Somal kecil dahulu, padahal bapaknya sekarang telah tiada. Resin Somal sampai terbawa mimpi itu, sampai-sampai ia tidak makan berhari-hari demi mengenang mimpi itu yang sampai diingatnya berhari-hari. Akhirnya kedua suami istri itupun menangis bersamaan.


Resin pun melanjutkan perkataannya, bahwa ia sangat sayang pada istrinya itu, ia meninggalkan istrinya malam-malam karena ia tidak mau penyakit yang dideritanya itu menular pada istrinya. Ia sering marah pada istrinya, karena ia tidak mau penyakit itu diketahui oleh istrinya. Iapun meminta maaf dan kemudian Karima memaafkannya. Sekaranglah Karima sadar, bahwa suaminya itu sesungguhnya sangat sayang padanya, ia sampai rela menanggung penyakit sendiri dan tidak rela penyakit itu menular padanya. Kemudian rasa kasihan Karima muncul, ia merasa bahwa yang patut dikasihani itu bukanlah dirinya, tetapi suaminya itu.

Di suatu pagi yang tenang, yang disaksikan oleh Ibu Resin Somal, Karima, dan beberapa kerabat keluarga Somal, maka Resin Somal menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia ingin selalu dekat dengan bapaknya dan keinginannya itu sekarang terpenuhi.


***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun