Mohon tunggu...
La OdeMuhamad
La OdeMuhamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Salah Menilaiku

9 April 2019   20:16 Diperbarui: 9 April 2019   20:49 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku juga terkejut dengan kepanikan istriku.  Aku berpikir, istriku pasti marah dengan aku. Setelah kubaca isi pesan itu, istriku justru tersenyum, lalu berkata padaku.

"Pak, hati-hati. Ternyata ada yang tidak senang kalau Say berteman dengan Icca."

Aku memahami betul pernyataan istriku itu karena selama aku berteman dengan Icca, tidak pernah luput dari pengetahuannya. Aku selalu meminta izin kepadanya, jikalau aku diminta oleh Icca datang ke rumahnya ataupun mengantarnya ke mana pun ia pergi.

Penasaran dengan isi pesan tadi, akhirnya aku meminta istriku untuk menelepon langsung nomor itu. Dring...dring....handphone orang itu ternyata aktif dan mau mengangkat panggilan handphone istriku.

"Assalamualaikum. Mohon maaf ganggu. Apa benar ini dengan orang yang mengirim pesan ke nomor ini?"
Sengaja istriku menambah volume suaranya, biar aku ikut mendengarnya.

"Kalau boleh tahu, dengan siapa ini" Terdengar olehku suara laki-laki di balik handphone itu.

Istriku kembali melanjutkan investigasinya ke orang tersebut.

"Maaf Pak..., Kalau boleh tahu ini aku bicara dengan Pak siapa, ya?" tanya istriku kepada orang itu.

"Ah, ga perlu Ibu tahu, tidak penting itu Bu. Yang penting, Ibu tau ke mana aja suaminya kalau malam-malam. Maaf Bu, bukannya melapor, tapi cek sendiri aja, ke mana suaminya."

Rasanya, aku pengen mencekik leher orang itu. Orang itu telah mencoba memprovokasi istriku. Akhirnya, aku merebut handphone istriku, dan bicara dengan orang itu. "Hei, Boss...! Aku ini, suaminya. Ada maksud apa, Bapak mengirim pesan messenjer  seperti itu ke nomor istriku?"  Belum sempat menjawab, orang itu mematikan handphonenya. .

Aku kesal dengan orang itu, tapi istriku terus menenangkanku. "Sabar Say. Tenang, tak perlu ditanggapi itu. Toh, aku juga tahu siapa yang dia maksud orang itu. Pasti Icca." Memang, Say...pernah ke rumah Icca, tapi Say ditemani dengan Pak Ir, kan? Ah sudahlah ...Say. Yang penting sampaikan ke Icca agar jangan menanggapi info hoax seperti ini. Nanti, aku telepon Icca menceritakan kejadian ini kepadanya.  Orang itu, salah....salah menilaimu, Say.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun