Aku kemudian menyapa istriku dan mengenalkan Icca kepadanya, meskipun jauh sebelumnya keduanya sudah saling mengenal.
"Say...ini Icca. Teman seperjuangan di Tim Parraikatte. Sengaja aku  ke rumah kita untuk silaturrahim. Jangan sampai kita mendengar isu atau ada orang yang melhat kami berdua jalan bersama, lalu kita salah menilai. Gimana Say?"
Dengan tersenyum istriku menjawab, "Ya, Say... Aku juga sudah tahu." Ternyata istriku orang yang sangat paham dan mengerti dengan perjalanan hidupku selama ini. Tak sedikit pun terbersit dalam hatinya rasa curiga ataupun cemburu atas pertemananku dengan Icca.
"Icca...! demikian sapa istriku.
"Iye Bu," jawab Icca.
"Aku sudah tahu sejak awal perjuangan kalian hingga saat ini. Bagiku, Icca  sudah kuanggap saudara dan keluarga sendiri. Jangan peduli dengan kata orang. Persaudaraan itu lebih penting bagiku dan keluargaku. Saya tahu, suamiku. Dia orangnya mudah bersahabat dengan siapa saja.Kami memang sudah saling percaya. Kami menanamkan prinsip saling percaya dan jujur. Alhmdulillah hingga saat ini suamiku belum pernah menghianatiku."
Tak kuduga istriku bisa berkata demikian di depan Icca. Sebab beberapa hari sebelumnya, istriku mendapat pesan messenjer dari seseorang yang tak dikenal.
 "Asslm. Wr.wb. Bu. Benar ini dengan istri  Pak Sarif?" tanya orang itu.
 "Bu....coba perhatikan ke mana langkah suami Ibu setiap malam? Kami warga di sini terus terang resah karena kehadiran suami Ibu di rumah Icca. Mereka selalu jalan berdua, entah ke mana. Ibu tau 'kan? Maaf Bu, percaya atau tidak terserah ...Bu." Demikian isi pesan messenjer yang disampaikan ke handphone istriku.
Istriku tiba-tiba datang menyampaikan isi pesan itu kepadaku.
"Say... Siapa ini. Kok, tiba-tiba ada pesan seperti ini."