Seperti yang kita ketahui pendidikan itu sangat penting untuk kita semua. Dalam Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar Setiap Peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri serta berlandaskan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat nantinya.
Pendidikan saat ini sudah terbagi beberapa jenjang dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan termasuk Perguruan tinggi. Pada hakekatnya pendidikan tidak mengenal waktu, belajar sepanjang hayat dari kita lahir sampai kita mati.
Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang formal dan paling awal dari proses perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini sering dikatakan masa emas, dimana seorang anak dengan mudah meniru orang yang mereka lihat maupun mereka senangi. Mengapa di katakan hal seperti itu, seorang anak PAUD akan mempelajari dan menirukan setiap aktifitas maupun perkataan yang di ucapkan guru maupun orang disekitarnya.
Pembelajaran di PAUD menggunakan sistem bermain sambil belajar. Kegiatan yang dilakukan di sekolah PAUD cenderung melaksanakan kegiatan bermain. Namun sejatinya, dalam permainan yang di lakukan tersebut mengandung unsur pembelajaran secara tidak langsung. Dengan bermain anak-anak akan mengenal huruf, angka dan lain lain.
Perlu kita ketahui juga bagaimana proses pembelajaran calistung pada anak usia dini, sehingga sebagai orang tua siswa mampu mengimplementasikan dirumah sesuai dengan kemampuan anak sendiri.
Pada dasarnya, anak-anak belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan antusias pada usia empat tahun menurut Montessori. Sebaliknya, jika seorang anak harus menunggu sampai usia enam atau tujuh tahun seperti di sekolah, tugas ini akan menjadi sulit karena masa sensitif bahasa telah berlalu.
Konteks pembelajaran calistung di masa kanak-kanak harus ditempatkan dalam kerangka perkembangan penuh anak, dicapai melalui pendekatan yang menyenangkan dan adaptif terhadap tugas-tugas perkembangan anak. Menciptakan lingkungan yang kaya "literasi" akan memotivasi anak untuk bersiap memulai aktivitas fisik.
Untuk mulai membaca, pendidik tidak serta merta mengharuskan anak menghafal abjad satu per satu. Begitu pula untuk mulai mengenalkan angka pada anak, Anda tidak perlu menghafal simbol angka yang ada. Tapi itu bisa dilakukan sambil bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain, dan anak-anak akan dapat belajar  lebih bermakna jika mereka bersenang-senang. Banyak permainan dan metode telah dirancang untuk belajar calistung. Hanya kreativitas pendidik yang harus didekati agar pembelajaran calistung terjadi secara alami dan bahagia.
Calistung merupakan hal dasar yang harus dikenalkan kepada anak sejak dini. Anak yang sudah bisa membaca dan menulis  akan mampu menyerap dan menyampaikan semua informasi yang diterimanya, dan dengan berhitung anak akan lebih mampu mengembangkan aspek berpikir logis.
Kemampuan membaca sebagai  gerbang kognitif  memegang peranan penting dalam seluruh kehidupan manusia, terutama  kontak dan komunikasi. Menulis adalah cara anak  menyampaikan pesan dengan menggunakan tanda sebelum anak membentuk dan bahkan mengenal huruf.
Membaca melibatkan pengubahan simbol (huruf) menjadi suara yang terkait dengan kata-kata (Djamarah, 2010). Lebih lanjut Hodgson (dalam Tarigan, 2008) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang  disampaikan pengarang melalui bahasa lisan/tulisan (Tarigan, 2008). Tahapan membaca pada masa kanak-kanak, yaitu:
- Tahap I: Membaca gambar, yaitu anak diberikan gambar, yang dalam satu halaman hanya memuat satu jenis gambar, misalnya jika gambar buah apel, maka gambar tidak boleh dihasi dengan gambar lain.
- Tahap II: Membaca Gambar dan Huruf. Pada tahap ini dengan membaca huruf sesuai dengan huruf awal gambar. Contoh Apel A
- Tahap III: Membaca Gambar dan kata. Keterampilan pada tahap ini dengan memperlihatkan gambar dan tulisan makna gambar. Contoh Ayam.
- Tahap IV: Membaca Kalimat. Tahap membaca kalimat merupakan tahapan yang paling matang pada keterampilan membaca. Anak sudah banyak mengetahui kosa kata dan dapat merangkainya menjadi kalimat.
Menulis terdiri dari membuat huruf (angka, dll), yang dilakukan dengan pena (pensil, cat, dll) (Susanto, 2014). Penulisan sebelum alfabet disingkat atau tidak terbaca. Anak-anak hanya mencoret-coret atau gambar  tidak masuk akal. Menulis abjad adalah: a) Kegiatan awal menulis huruf, biasanya anak dapat menulis urutan huruf yang dapat dibaca dan tidak dapat mengenal spasi, b) Setelah menulis rangkaian huruf, anak mulai memperhatikan bunyi. huruf kapital. huruf dan  mengenal spasi, c) Menulis kalimat, anak yang mengetahui huruf besar dan huruf kecil mengetahui spasi antar huruf dan dapat menulis kalimat.
Kemampuan menulis setiap anak akan mengalami perkembangan secara bertahap. Seiring bertambahnya usia anak, perkembangan menulis mereka meningkat. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memperhatikan prinsip-prinsip kegiatan menulis ini.
Menghitung adalah langkah dasar untuk operasi matematika. Berhitung diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan komputasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari anak. Metode berhitung di masa kecil diajarkan secara beberapa tahapan meliputi:
- Pengalaman, berhitung diajarkan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri menggunakan benda konkret.
- Simbol, berhitung menggunakan simbol apabila tidak memungkinkan mengunakan benda konkret.
- Tulisan merupakan bilangan yang sangat abstrak bagi anak-anak.
Prinsip  berhitung pada anak antara lain membuat pelajaran menjadi menarik, mengajak anak berpartisipasi secara langsung, mengembangkan kemauan pribadi untuk mengatur berhitung, berlatih Fokus pada apa yang telah dicapai anak (Suyanto,2015). Pada prinsipnya pembelajaran berhitung pada anak  merupakan proses belajar yang terus menerus yang dilakukan oleh anak melalui permainan yang diberikan selama masa bermain anak dan tidak memaksakan kehendak guru.
Dengan mengetahui proses pembelajaran calistung pada pendidikan anak usia dini, kita sebagai masyarakat umum maupun orang tua murid khususnya jadi lebih mengetahui dan dapat membimbing anak dalam masa tumbuh kembangnya dan tanpa memaksa seorang anak untuk pintar calistung melebihi kemampuan kemampuan dan perkembangan anak itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H