Saya pun menerima permintaan itu dengan tulus, sehingga jadilah foto ilustrasi yang sudah anda lihat di atas. Gimana gaes? Serasi ya kan?
So... foto itulah yang membuat Gambalena merengek pada Saprol. Tapi Saprol enggan. Dengan niat menjaga imej, Saprol mengelak.
"Gembel..." kata Saprol lembut kepada kekasihnya, "Kamu kan tau kalo aku ini hobinya bahas soal politik, filsafat, atau hal-hal yang berat. Masa' aku harus main gituan sih..."
Gambalena tak terima pembelaan Saprol. Dia mulai duduk di tanah, merengek, menggerak-gerakkan kakinya sehingga debu-debu beterbangan.
"Aaaaaa! Pokoknya aku mau main stikeran, Bep!" rengek Gambalena. "Kalo kamu gak mau nanti aku push up 100 kali lho," ancamnya.
Sebenarnya bukan Saprol tak ingin melakukannya. Tentu saja dia ingin. Tapi jelas bukan dengan Gambalena.
"Shit! Kalau strikeran sama Irene Red Velvet sih aku mau," ucap Saprol dalam hati, dan berharap Irene, sang leader Red Velvet, akan mendengar isi hatinya yang dibawa angin, dan berharap semoga angin itu tidak nyasar ke Samudera Hindia.
"Beeeep... Ayok main strikeran!' rajuk Gambalena yang kini berguling-gulingan di tanah. Saprol diam saja. Dia membayangkan bagaimana asyiknya jika bisa main strikeran dengan Irene yang keibuan itu.
"Beep... Beep... Woi, bajingan!!!" teriak Gambalena kesal lalu jungkir balik 15 kali secara membabi-buta. Padahal sudah jelas, bahwa babi buta pun tak pernah melakukan itu.
Tapi Saprol tetap saja diam bagaikan patung. Saprol sadar bahwa dia tak akan bisa lari dari suatu permasalahan. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi permasalahan itu dengan diam, diam, diam... lalu tersenyum karena dia sedangkan membayangkan Irene tersenyum padanya.