Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Mana Malaikat dan Tuhan Pun Tahu

18 Desember 2018   21:05 Diperbarui: 18 Desember 2018   21:07 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Karya Pribadi

"Radikalisme itu memang bisa berkedok apa saja," Saprol berkata dalam hati. Tak ada yang tahu apa yang dipikirkannya. Hanya malaikat penjaganya dan Tuhanlah yang tahu.

Tak usah heran kalau Saprol bisa berkonklusi demikian. Kalian tak perlu bertanya-tanya. Apalagi kalau sampai mencari jawaban di Google, terkait apa yang sedang dipikirkan Saprol tadi, yaitu soal radikalisme.

"Memang begitu sifat-sifat radikalis. Mereka hobi melarang ini-itu. Bahkan tak ada toleransi sedikitpun terhadap apa yang tak mereka sukai. Mereka merasa takut, khawatir, terancam dengan sesuatu yang asing yang bagi mereka itu tak sesuai dengan prinsip mereka," ucap Saprol lagi.

"Tapi ini bukan soal agama. Awal atau sumber masalahnya bukan pada agama, melainkan pada caa berpikir manusia, yang itu kemudian mengkibatkan kesalahan dalam menyikapi sesuatu," yakin Saprol.

Dia diam, lalu kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Ini lucu! Ini lucu! Kok bisa mereka merasa khawatir dengan hal-hal asing di sana itu. Sedangkan mereka terus mengatakan iman iman iman, takwa takwa takwa dan lain sebagainya. Mereka terus menyebut itu. Mereka terus menyebut-nyebut soal agama. Tapi kenapa kekhawatiran itu masih ada di dalam diri mereka? Bukannya ketika iman dan takwa itu sudah cukup, berarti sudah tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan? Bukannya iman dan takwa itu prinsip? Bukannya iman dan takwa itu semacam benteng? Hahahahaha!" tawanya menggelegar terdengar ke segala penjuru. Kali ini bukan cuma malaikat penjaganya dan Tuhan saja yang mendengar.

"Padahal..." lanjut Saprol sambil meredam tawanya, "Padahal... kalau saja kualitas iman dan takwa itu sudah cukup, segala hal-hal asing itu akan disikapi dengan bijak. Jelas bukan dengan cara melarang-larang, memboikot, menjelek-jelekkan dan lain sebagainya. Itu sama sekali tak bijak. Itu sama sekali bukan cerminan orang-orang beriman dan bertakwa."

Saprol mulai membuka smartphone-nya. Dicarinya sesuatu, dimana hanya malaikat penjaga dan Tuhan saja yang tahu apa yang sedang dicarinya.

Seketika Saprol berpikir lagi, dengan smartphone yang masih di tangan.

"Apa kita masih berpikir naif kalau kita sama sekali tak terpengaruh oleh hal-hal asing yang itu katanya tak sesuai dengan budaya dan agama bangsa ini. Tak mungkin hal-hal itu bisa sepenuhnya kita elakkan. Apalagi di zaman yang sudah sedemikian terbuka ini.

Bukan hanya melalui televisi. Bahkan melalui jaringan internet maupun situs-situs atau media sosial saja kita sudah melihat fenomena yang ada di luar sana." Saprol melanjutkan apa yang dicarinya. Tapi dia mulai kesal karena jaringan internet yang agak ngadat. Maklumlah, kalau sudah malam begini pengguna internet harus berebutan data yang internet."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun