Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menunggu "Bajingan"

25 November 2018   17:30 Diperbarui: 25 November 2018   17:40 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Karya Pribadi

Sayangnya kata "bajingan" tersebut belum juga keluar. Dia masih menunggu-nunggu. Situasi politik saat ini belum juga mereda. Saling menertawakan. Saling menampakkan kesalahan, itu semua masih terjadi.

"Padahal kita harusnya tau diri, bahwa Tuhanlah yang berhak menampakkan kesalahan seseorang," Saprol berkata dengan sangat pelan di antara perang kata-kata dua ekor, eh, manusia tadi.

Ternyata mereka mendengar ucapan Saprol, sehingga bertanya: "Apa, Prol?" Tapi Saprol tak menjawab dan melanjutkan menikmati hisapan demi hisapan rokoknya.

Walaupun harus bersabar menunggu "bajingan" keluar, tapi Saprol masih optimistis berharap akan adanya objektivitas di antara keduanya. Ini yang menjadi masalah besar. Tak adanya objektivitas itu bisa terjadi karena tak adanya penggunaan nalar, logika, sehingga baik benarnya sesuatu tak lagi bisa dinilai secara sama.

Suatu kesalahan bisa dibenarkan karena subjektivitas. Sebaliknya, suatu kebaikan bisa menjadi keburukan. Walaupun baik dan benarnya sesuatu itu masih dikatakan relatif, tapi secara umum penilaiannya masih sama bagi semua manusia.

Seketika pikiran Saprol berhenti. Pada malam itu dia tiba-tiba menangis. Terkesan sangat sedih. Gundul Kiwo dan Gobang keheranan sambil saling bertanya-tanya. Bukan, bukan karena subjektivitas tersebut membuntukan titik temu, melainkan karena sebuah lagu yang berbunyi:

Knife...

Cuts like a knife...

How will i ever heal...

Kedua manusia yang tadinya keheranan pun jadi ikut menangis. Dalam hati Saprol berkata sambil terus menangis: "Inilah objektivitas itu..."

Ada yang tahu lagunya, gaes? Alright, let's sing together! Let's cry together!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun