Mohon tunggu...
Aris P. Zebua
Aris P. Zebua Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seharusnya pendidikan merupakan hadiah bagi semua orang | Blog pribadi: satyaaris.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semua Tak Sama

12 Juli 2020   12:28 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:29 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bayangkan sebuah gedung dengan ruang kelas berukuran sama. Setiap ruang terdapat meja dan kursi tersusun rapi, ada papan tulis, lambang negara dan foto presiden dan wakilnya terpampang di dinding, dan peralatan lainnya yang sama di setiap ruang.

Setiap pagi sekelompok anak memasuki ruangan tersebut. Tiap ruangan diisi oleh anak-anak yang seumuran. Mereka menempati kursi-meja yang telah ditentukan bagi mereka masing-masing. Kemudian seorang dewasa juga masuk dengan membawa buku dan alat tulis. Orang dewasa tersebut mulai berbicara dan setiap anak mendengarkan.

Tidak sulit menebak bahwa yang penulis maksud di atas adalah gambaran sebuah sekolah. Bahkan pembaca bisa melanjutkan, misalnya, di setiap ruangan tersebut orang dewasa sedang membicarakan atau mengajarkan suatu hal; di satu ruang membahas ilmu alam, di ruang lain sedang membahas sejarah bangsa, dan seterusnya.

Namun, sekarang penulis kembali mengajak pembaca untuk membayangkan hal lain. Setiap anak dari rumah masing-masing sedang berada di depan laptop atau sedang memainkan smartfon. Ada yang duduk di kursi, ada yang berbaring, ada yang di meja makan, di kamar, atau di beranda rumah. Anak-anak itu tidak sedang main gim atau menonton film. Mereka sedang mengikuti sebuah penjelasan pelajaran secara daring. Dari layar laptop terlihat seorang dewasa berusaha menjelaskan sesuatu agar terlihat menarik dan tidak membosankan. Sementara si anak, dengan berbagai ekspresi, berusaha untuk mengikuti.

Pembaca barangkali sudah menebak dari pertengahan paragraf di atas. Itu adalah kegiatan pembelajaran daring. Pembelajaran daring atau online learning menjadi trend akhir-akhir ini. Pendorongnya, tidak lain, adalah pandemi covid-19. Guru dan siswa dipaksa atau terpaksa menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan pembelajaran.

Berdasarkan cerita di atas -- yang mengajak kita untuk mengimajinasikan sesuatu -- kita bisa melihat perbedaan antara belajar di dalam kelas secara bersama-sama (biasanya disebut pembelajaran tradisional) dengan belajar daring yang dapat dilakukan dari rumah atau dari mana saja. Perbedaan lain tentu bisa dituliskan lebih banyak lagi.

Beberapa perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan pembelajaran daring. Tentu pembaca dapat menambahkan hal lain. Dalam pembelajaran tradisional setiap siswa membawa buku, terjadi transfer pengetahuan; guru dapat berinteraksi, memperhatikan, dan menilai siswa secara langsung; siswa dapat belajar dengan siswa lain, guru harus bisa menguasai kelas. Sedangkan dalam pembelajaran daring, siswa membawa smartfon atau gadget, siswa dituntut untuk belajar mandiri dan mengonstruksi pengetahuan sendiri (susah untuk belajar kelompok), guru dituntut untuk melek teknologi, kreatif dalam membuat bahan ajar dan harus mampu menyajikannya secara daring; penilaian berdasarkan laporan belajar siswa yang juga dikirimkan secara daring.

Ini bukanlah hal baru bahwa pandemi covid-19 memang telah memaksa kita berubah. 'Saat ini' atau 'waktu-sekarang' telah menjadi era kebiasaan baru (new normal). Kalau sebelumnya 'zaman dulu' berarti 50 tahun lalu atau lebih, maka sekarang 'zaman dulu' berarti setahun lalu. Ini semua karena kebiasaan masyarakat berubah secara signifikan.

Kegiatan belajar-mengajar telah berubah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi kebiasaan baru yang mau tidak mau harus dijalankan saat ini. Sebagian dapat menerima, namun barangkali masih banyak yang enggan menerima. Memang melaksanakan PJJ bukanlah tanpa kendala.

Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa pandemi telah mendisrupsi berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Meskipun demikian, ada sisi positif yang dapat kita petik sebagai pembelajaran selama pandemi ini. Sisi positif itu adalah percepatan teknologi. Pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan memang telah lama digaungkan, tetapi terlalu lambat untuk diterapkan. Dengan adanya pandemi ini, kita dipaksa untuk memanfaatkannya. Dan ternyata kita mampu, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada.

Sisi positif lainnya adalah diselenggarakannya berbagai webinar atau seminar daring yang dapat diikuti oleh masyarakat dari seluruh pelosok negeri. Bayangkan dahulu, seminar-seminar seperti ini hanya dapat diikuti oleh mereka yang memiliki akses. Itu pun harus mengeluarkan biaya untuk keperluan tertentu. Sekarang tidak perlu lagi. Tinggal daftarkan diri ke webinar yang dibutuhkan secara daring, lalu ikuti seminarnya dari tempat masing-masing di mana pun secara langsung. Bahkan bisa ditonton ulang manakala dirasa perlu.

Sekarang masalahnya adalah kesiapan guru dan orang tua menghadapi pembelajaran jarak jaruh. Tuntutan terhadap peran guru semakin besar. Demikian pula dengan peran orang tua. Peran orang tua dikembalikan pada kondisi yang sebenarnya yaitu bahwa orang tua merupakan pendidik utama bagi setiap anak. Peran orang tua lebih ditekankan pada pendidikan karakter anak, sedangkan guru lebih menekankan pada intelektualitas atau perkembangan pengetahuan anak.

Oleh karena itu, untuk menjembatani peran orang tua dan guru dalam pendidikan diperlukan komunikasi dan kejelasan. Di satu sisi, guru wajib mengomunikasikan kepada orang tua segala sesuatu mengenai tujuan dan pencapaian pembelajaran. Di sisi lain, orang tua dituntut untuk bersedia bekerja sama dengan guru. Ini bagaikan dua sisi koin yang tak dapat dipisahkan.

Tentu masih banyak problematika yang dihadapi oleh dunia pendidikan di era kebiasaan baru ini. Namun, bukan berarti tidak dapat dihadapi. Semua pihak perlu mengusahakan solusi. Pikirkan dan terobos segala tantangan yang ada. Justru saat inilah terbukti siapa saja guru yang kreatif dan inovatif; memiliki daya tahan dan tetap gigih, meskipun banyak masalah dan tantangan. Seperti sebuah lirik lagu dari grup band Padi yang berkata, "semua tak sama, tak pernah sama". Benar, semua memang sudah tak sama lagi. Pembelajaran tradisional kini berubah menjadi pembelaaran jarak jauh atau perpaduan keduanya (blended learning). Daripada memilih terjerembab karena pandemi ini, lebih baik kita memilih untuk berjuang.

Selamat berjuang bagi para pendidik di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun