Sekarang masalahnya adalah kesiapan guru dan orang tua menghadapi pembelajaran jarak jaruh. Tuntutan terhadap peran guru semakin besar. Demikian pula dengan peran orang tua. Peran orang tua dikembalikan pada kondisi yang sebenarnya yaitu bahwa orang tua merupakan pendidik utama bagi setiap anak. Peran orang tua lebih ditekankan pada pendidikan karakter anak, sedangkan guru lebih menekankan pada intelektualitas atau perkembangan pengetahuan anak.
Oleh karena itu, untuk menjembatani peran orang tua dan guru dalam pendidikan diperlukan komunikasi dan kejelasan. Di satu sisi, guru wajib mengomunikasikan kepada orang tua segala sesuatu mengenai tujuan dan pencapaian pembelajaran. Di sisi lain, orang tua dituntut untuk bersedia bekerja sama dengan guru. Ini bagaikan dua sisi koin yang tak dapat dipisahkan.
Tentu masih banyak problematika yang dihadapi oleh dunia pendidikan di era kebiasaan baru ini. Namun, bukan berarti tidak dapat dihadapi. Semua pihak perlu mengusahakan solusi. Pikirkan dan terobos segala tantangan yang ada. Justru saat inilah terbukti siapa saja guru yang kreatif dan inovatif; memiliki daya tahan dan tetap gigih, meskipun banyak masalah dan tantangan. Seperti sebuah lirik lagu dari grup band Padi yang berkata, "semua tak sama, tak pernah sama". Benar, semua memang sudah tak sama lagi. Pembelajaran tradisional kini berubah menjadi pembelaaran jarak jauh atau perpaduan keduanya (blended learning). Daripada memilih terjerembab karena pandemi ini, lebih baik kita memilih untuk berjuang.
Selamat berjuang bagi para pendidik di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H